Konflik Sunni-Syiah di Madura, Mengapa?

pembakaran pesantren di madura
Sumber :
  • ANTARA/Saiful Bahri

VIVAnews - Kekerasan atas nama agama terjadi lagi. Kamis, 29 Desember sekitar pukul 9.15, pesantren milik warga Syiah di Nangkernang, Sampang, Madura, dibakar massa.

Tajul Muluk, pembina pesantren itu mengatakan, tiba-tiba massa menyerang dan membakar pesanten. "Semua habis dibakar. Rata dengan tanah," kata Tajul saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis 29 Desember 2011.

Menurut Tajul, massa yang menyerang adalah warga sekitar yang tak suka keberadaan pesantren Syiah di sana. Tak cuma membakar pesantren, sejumlah warga juga membakar rumah warga Syiah sekitar pesantren.

Saat ini, sejumlah warga Syiah sudah diungsikan, termasuk ratusan santri yang berasal dari kalangan tidak mampu. "Mereka sudah dikembalikan ke rumah masing-masing," katanya.

Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Kombes Pol Rahmad Mulyana, mengatakan bahwa aksi pembakaran pesantren ini dilakukan sekelompok massa yang mengaku Sunni. Meski demikian, kepolisian belum bisa menyimpulkan aksi brutal itu. "Semua masih kami kaji," kata dia kepada VIVAnews.com, Kamis siang.

Meski tidak menimbulkan korban, aksi ini menghanguskan tiga rumah, dan satu musala. Tokoh agama Ahmad Syafi'i Maarif mengutuk pelaku kekerasan atas nama agama. "Apa pun tindakannya, ini tidak benar," kata dia kepada VIVAnews.com, Kamis.

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Menurut dia, saat ini umat Islam telah tertular budaya kalap yang tidak bisa menerima perbedaan. "Mereka pendek akal, makanya (mereka menyelesaikan masalah) dengan kekerasan."

Tak cuma pada Syiah, kejadian pengusiran terhadap aliran yang sepaham juga kerap terjadi. Contoh saja, kejadian Ahmadiyah beberapa waktu lalu.

Kemenhub Pastikan Mudik 2024 Lancar, Intip Daerah Tujuan Terbanyak hingga Angkutan Terfavorit

Kondisi ini diperparah oleh lambannya penegakan hukum. Bila setiap pelaku kekerasan tidak diproses, pastinya dengan mudah orang bisa mengulangi lagi. "Aparat seharusnya juga bisa mengantisipasi kerusuhan semacam ini."

Anggota Komisi VIII Bidang Agama DPR, Abdul Hakim mengecam pembakaran pesantren milik warga Syiah di Nangkernang, Sampang, Madura. Aksi brutal ini harus diselesaikan dengan proses hukum. "Indonesia negara hukum, kalau ada perbedaan pandangan ya seharusnya bisa diselesaikan dengan musyawarah," kata Abdul Hakim saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis.

Menurut Hakim, peristiwa pembakaran itu termasuk tindakan brutal. Seharusnya, kata dia, setiap warga menghargai adanya perbedaan pandangan tentang agama. "Saya mengecam tindakan anarkisme seperti itu. Perbedaan pandangan agama harus dihargai," kata Hakim yang juga Sekretaris Fraksi PKS ini. Hakim mengatakan, perbedaan pandangan agama itu termasuk dalam hak asasi manusia.

Tak ada penyimpangan

Warga Syiah berada di Dusun Nangkernang sejak 1980-an. Pada 2004, mereka secara terbuka membangun pesantren. Meski demikian, tak ada tentangan dari warga sekitar. Semua beribadah dengan damai.

Masalah baru muncul sejak beberapa tokoh agama fanatik pada 2006. "Mereka mulai memprovokasi dan memfitnah kami," kata Milal.

Ketegangan itu membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sampang mengadakan pertemuan sejumlah tokoh agama, yang dihadiri aparat kepolisian dan TNI pada 2009. Dalam pertemuan itu, MUI menyatakan bahwa Syiah bukan aliran sesat, karena tidak ada penyimpangan. Sejak saat itu, perlindungan terhadap warga Syiah pun sudah dijamin MUI dan aparat keamanan.

5 Minuman Alami Bantu Atasi Radang Tenggorokan Selama Puasa

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Soekarwo meminta aparat kepolisian melakukan pendekatan persuasif dalam menangani konflik Sunni dan Syiah di Sampang, Madura. "Pendekatan persuasif merupakan langkah paling bijak. Meski tak bisa diredam dalam waktu dekat, tapi inilah yang membuat konflik bisa berakhir," ujar Soekarwo, Kamis 29 Desember 2011.

Soekarwo mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kapolda Jatim. Pemprov Jatim juga akan bertemu dengan tokoh-tokoh agama di beberapa daerah sebagai langkah antisipasi agar tidak terjadi konflik serupa.

Menurut Gubernur, konflik dua kelompok itu berawal dari masalah keluarga, dan sudah berlangsung lama. Majelis Ulama Indonesia dan Pemerintah Sampang, sudah berusaha mendamaikan kedua kelompok tersebut. "Dulu sudah kami lakukan pendekatan. Itu kakak beradik terlibat konflik yang tak kunjung terselesaikan. Hingga akhirnya merembet ke persoalan agama," kata Soekarwo menambahkan.

Sebelumnya, MUI Jatim menyarankan warga Syiah di wilayah itu direlokasi ke tempat lebih aman. "Konflik itu akan terus terjadi, jalan keluarnya kelompok itu harus dipindah," kata Ketua MUI Jatim Abdussomad Buchori.

Sunni dan Syiah

Quraish Syihab dalam bukunya "Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?" menyatakan bahwa perbedaan Sunni dan Syiah sangat kecil bila dibandingkan persamaannya. Menurut dia, perbedaan yang paling menonjol adalah menyangkut imam, yaitu siapa yang memimpin Islam setelah Nabi Muhammad SAW meninggal.

Kaum Sunni, Ahlus-Sunnah wal Jama'ah atau lebih sering disingkat Ahlul-Sunnah, dianut sekitar 80-90 persen umat Muslim sedunia. Sedangkan sisanya adalah Syiah.

Ketua Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia Jalaluddin Rahmat menyatakan letak perbedaan Sunni dan Syiah adalah penggunaan hadits. Jika hadits Sunni paling besar berasal dari para sahabat nabi, seperti Abu Hurairah, maka hadits Syiah berasal dari Ahlul Bait. "Jadi bukan berarti ajaran Sunni itu salah, dan Syiah sebaliknya," ujarnya, beberapa waktu lalu. (Laporan Tudji Martudji, Surabaya|np)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya