Pencabulan Terhadap Anak Marak Terjadi, Bagaimana Mencegahnya

Tukang ojek pencabul anak Daniel Tonu
Sumber :
  • VIVAnews/Zahrul Darmawan

VIVAnews - Kasus pelecehan seksual kian marak belakangan ini. Banyak pula yang menimpa anak-anak. Usia yang sungguh tidak memahami apa itu seks dan juga tidak pernah tahu apa pula itu pelecehan. Tapi itulah yang dialami seorang gadis kecil di Depok, Selasa 4 Juni 2013. Dicabuli seorang tukang ojek, dengan cara yang mungkin tidak pernah Anda bayangkan. 

Bahlil Bocorkan Isi Pembicaraan Jokowi dan Tony Blair: Energi Baru hingga IKN

Sang tukang ojek yang bernama Daniel Tonu, berusia 42 tahun, melampiaskan aksi bejat itu di atas motor. Ketika anak kecil itu, yang kita sebut saja inisialnya RTU, duduk manis di depannya, sebagaimana lazimnya anak kecil duduk di atas motor. Posisi yang mestinya dilindungi dari celaka apapun, jadi kesempatan maksiat bagi seorang Daniel Tonu.  

Adalah Kasat Reskrim Polresta Depok Komisaris Ronald Purba yang mengisahkan kasus pencabulan ini kepada wartawan. Aksi ini bermula ketika korban pulang sekolah. Bersama Ibunya dia menumpang ojek milik Daniel.  "Sang Ibu duduk di belakangan Daniel dan korban duduk di depan tukang ojek," kisah Ronald. Perjalanan di mulai dari Stasiun Depok Lama menuju Kalimulya.

Menko Luhut Siap Beri Insentif ke Apple Agar Mau Berinvestasi di RI

Ulah bejat di Daniel ini baru terbongkar setelah mereka tiba di tempat tujuan. Sang Ibu melihat kemaluan Daniel keluar dari celana. Rok belakang anaknya juga banyak terdapat sperma. Tentu saja, sang Ibu bukan saja kaget tapi marah alang kepalang. Ia berteriak histeris. Mendengar itu wartawa datang berkerumun dan menghajar Daniel hingga babak belur.

Beruntung, polisi datang dan menyelamatkan si tukang ojek ini. Ia dibawa lari polisi ketika emosi massa masih memuncak. Di Mapolres Depok dia dinterogasi. Kepada polisi Daniel mengakui perbuatan tak terpuji itu. 

Tas Istri Daniel Mananta Dicopet di Mall, Dompet dan HP Raib

Wakil Kepala Polres Depok Ajun Komisaris Besar AM. Kamal mengatakan, motif pelaku benar-benar karena nafsu syahwat belaka. Selama perjalanan 6 kilometer itu kemaluan tersangka di gesek-gesek ke rok belakang korban yang duduk di depannya.  Selama aksi cabul itu ibu korban sama sekali tak mengetahuinya. "Agar aksinya berjalan mulus, tersangka sepanjang jalan memainkan rem dan gas," kata Kamal.

Entah apa yang ada di pikiran pelaku yang masih lajang ini. Namun yang pasti polisi kini telah menahannya dengan ancaman kurungan 15 tahun penjara sesuai Undang-undang Perlindungan Anak. "Kami juga akan periksa lebih dalam kejiwaan pelaku."  Kini, Daniel ditahan di kantor polisi untuk menjalani pemeriksaan intensif mengenai kasus pencabulan anak ini. 

Bukan kali ini saja

Kasus pemerkosaan, pencabulan dan pelecehan seksual terhadap anak memang sudah mencemaskan. Sebab jumlahnya terus meningkat. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait pernah menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2011 terdapat 2.509 laporan kekerasan terhadap anak. Dan 59 persen dari jumlah itu adalah kekerasan seksual. 

Jumlah itu meningkat tahun 2012. Sepanjang tahun lalu itu, Komnas PA menerima 2.637 kasus kekerasan terhadap anak. Dan 62 persennya adalah kekerasan seksual. Ini jumlah yang melaporkan kepada komisi yang dipimpin Arist itu. Dan tentu saja banyak yang tidak mengadu. Kenyataan di lapangan, kata Arist, jumlah kekerasan seksual terhadap anak jauh lebih tinggi.

Kekerasan seksual terhadap anak itu terjadi di banyak wilayah dengan modus yang beragam.  Dan di Depok kasus seperti ini bukan kali ini saja terjadi. Pada Mei 2013,  BM, seorang guru SDN 4 di Beji ditetapkan sebagai tersangka karena diduga mencabuli belasan siswa perempuan di sekolah itu. 

Modusnya, menurut keterangan siswa, BM menggerayangi kemaluan muridnya dengan pura-pura memberi pelajaran satu persatu. Agar aksinya tak diketahui siswa lain, BM menutupinya dengan buku. Pelaku juga mencubit jika korban macam-macam.

Di Bogonggede, Kabupaten Bogor, yang masih wilayah hukum Polresta Depok juga terjadi pelecehan anak. FBA, seorang bocah perempuan berusia 6 tahun diperkosa tiga bocah ingusan belasan tahun.

Ibunya, IS, mengatakan kisah putri kecilnya itu terbongkar setelah dia merasa janggal melihat kelakuan korban. FBA kerap meringis kesakitan saat kemaluannya dibersihkan. Setelah didesak, FBA mengaku dicabuli tiga remaja tetangganya. Dia diperkosa saat ibunya kerja. Sedangkan ayahnya telah lama meninggal.

Data kepolisian Depok mencatat, sedikitnya 28 kasus  terjadi dalam kurun kurang dari lima bulan terakhir.  Ronald mengatakan, kasus pelecehan dan pencabulan anak bisa dihitung rata-rata, satu-dua kasus per minggu. Angka ini belum dihitung secara keseluruhan dari 28 kasus yang diterimanya. “Ini butuh perhatian serius,” kata Ronald kepada VIVAnews.

Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Depok, Ajun Komisaris Aliyah juga mengungkapkan, dari 28 kasus itu pelakunya adalah orang dekat atau setidaknya antara korban dan pelaku telah saling mengenal. “Hanya yang baru ini saja, si Daniel yang tidak saling mengenal dengan korban," katanya.

Kenali orang dekat

Psikolog anak dan keluarga Sani Budiantini Hermawan mengimbau kepada orangtua agar menghindari situasi tidak aman bagi anak-anak. Ada baiknya bila orangtua sedikit protektif terhadap kemungkinan terjadinya pelecehan seksual. Misalnya saat naik ojek, alangkah baiknya anak ditaruh di tengah, antara ibu dan tukang ojek. "Bukan di depan," katanya kepada VIVAnews.

Sani juga menyarankan agar orangtua melatih anak untuk mengatakan tidak, saat terjadi kontak langsung dengan orang lain. Tentunya, orangtua harus mengajarkan mana sentuhan yang baik dan mana sentuhan yang buruk.  "Anak juga harus dibekali apa yang harus dilakukan saat terjadi sentuhan buruk," katanya.

Direktur klinik psilologi Daya Insani ini juga mengimbau agar orangtua mengetahui siapa teman-teman dan orang dekat di lingkungannya. Sebab, bisa saja pelecehan seksual dilakukan oleh orang-orang terdekat.

Dan yang terpenting adalah ajarkan komunikasi yang baik dengan anak. Biasakan anak bisa mengutarakan apa yang dipikirkannya. Sebagai orangtua, mereka juga harus tanggap bila perilaku anak mulai berubah. “Bila muram terus-menerus, itu tanda anak bermasalah,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya