Suap Impor Sapi, Sengman dan Bunda Putri

Ridwan Hakim
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVAnews – Kasus suap pengurusan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian memasuki babak baru. Nama-nama yang sebelumnya belum pernah disebut dalam kasus itu, tiba-tiba muncul dalam persidangan.

Kemenhub Pastikan Mudik 2024 Lancar, Intip Daerah Tujuan Terbanyak hingga Angkutan Terfavorit

Nama-nama itu terkuak ketika Jaksa Penuntut Umum KPK memutar rekaman penyadapan atas terdakwa mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan orang dekatnya Ahmad Fathanah, serta saksi Ridwan Hakim yang merupakan putra Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin.

Setidaknya ada dua nama baru yang paling mencolok: Sengman dan Bunda Putri. Dari rekaman penyadapan, Sengman diketahui berperan membawa uang Rp40 miliar dari PT Indoguna Utama untuk diserahkan kepada Hilmi Aminuddin. Indoguna adalah perusahaan yang mengajukan tambahan kuota impor daging sapi ke Kementerian Pertanian. Perhatian publik tersedot ketika Ridwan menyebut Sengman sebagai utusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sementara Bunda Putri dalam rekaman penyadapan terkesan punya pengaruh besar di pemerintahan. Luthfi Hasan menyebut Bunda Putri bertugas “Mengkondisikan orang-orang pengambil keputusan agar keputusannya sesuai dengan apa yang dia mau.”

5 Minuman Alami Bantu Atasi Radang Tenggorokan Selama Puasa

Oleh sebab itu Luthfi mengatakan pekerjaan Bunda Putri lebih berat ketimbang pekerjaan menteri. Sosok Bunda Putri makin misterius karena Ridwan tak mau membuka identitasnya kepada hakim. Ia hanya menyebut Bunda Putri sebagai “Mentor bisnis yang punya perkebunan pinang di Kalimantan.”

Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri tak mau berkomentar banyak soal dua sosok itu meskipun merekalah yang memutar rekaman penyadapan yang menyinggung nama kedua orang itu di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. KPK tampak berhati-hati menjawab pertanyaan media mengenai Sengman dan Bunda Putri. Namun mereka membuka peluang untuk memeriksa keduanya.

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan pihaknya masih mengumpulkan informasi. “Saya belum dapat laporan utuh dari Jaksa Penuntut mengenai kesaksian Ridwan di persidangan,” kata dia, Senin 2 September 2013.

Bambang mengatakan, KPK akan fokus lebih dulu pada keterangan saksi yang akan digunakan untuk membuktikan dakwaan terhadap terdakwa Fathanah. “Keterangan lainnya digunakan untuk pengayaan informasi. Kami akan mengkaji dan mempertimbangkan apa yang harus kami lakukan,” ujarnya.

KPK juga tak mau berterus-terang apakah sudah mengantongi identitas Bunda Putri atau belum. Menurut Jaksa KPK Muhibuddin, KPK belum sempat memeriksa Bunda Putri karena berkas perkara dua terdakwa kasus daging impor, Luthfi Hasan dan Fathanah, harus segera dilimpahkan ke pengadilan. Namun Bunda Putri masih mungkin untuk dipanggil karena KPK belum merampungkan pemeriksaan terhadap satu terdakwa lagi, Direktur Utama Indoguna Maria Elizabeth Liman.

Tim pengacara Luthfi Hasan sendiri mengaku terkejut dengan munculnya nama-nama baru di rekaman penyadapan KPK tersebut. “Selama saya berinteraksi dengan Luthfi, nama-nama itu tidak muncul. Kami berkentingan sekali untuk menanyakan kepada Luthfi sejauh apa pengetahuannya soal Sengman, Bunda Putri,” kata M. Assegaf.

Sengman Donatur SBY?

Rekaman penyadapan antara Fathanah dan Ridwan yang diputar di Pengadilan Tipikor, Kamis 29 Agustus 2013, sedang memperbincangkan kiriman uang dari Elizabeth Liman. Fathanah terdengar kaget ketika Ridwan mengatakan kiriman uang itu belum sampai ke kediaman Hilmi di Lembang.

“Rp40 miliar ditenteng langsung kok sama Ibu untuk disampaikan ke Lembang. Masak nggak nyampe? Ya Allah Ya Robbi, masak Sengman dan Hendra nggak nyampein? Eh, semua kewajiban Ibu El ke Engkong berapa?” kata Fathanah dalam percakapan via telepon dengan Ridwan yang disadap KPK.

Itulah kali pertama nama Sengman muncul di kasus suap impor daging. Hakim kemudian menanyakan siapa Sengman yang dimaksud Ridwan. Putra keempat Hilmi itu mengatakan Sengman adalah utusan Presiden. Hakim bertanya lagi Presiden apa yang ia maksud. “Ya Presiden SBY,” ujar Ridwan.

Secara terpisah, Ketua DPR yang juga Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Marzuki Alie mengatakan kenal dengan seseorang yang bernama Sengman. Marzuki kenal Sengman di kota kelahirannya, Palembang. Ketika itu Marzuki masih pengusaha yang belum terjun ke dunia politik. “Sengman pengusaha hotel di Palembang. Tapi kami tidak pernah bertemu lagi. Hotelnya juga sudah dijual,” kata Marzuki.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Rumah Makan Indonesia (PHRI) di Sumatera Selatan, Herlan Aspiudin, membenarkan Sengman Tjahja pengusaha hotel di Palembang. Ia pemain lama di bisnis perhotelan. “Sampai sekarang Sengman tercatat sebagai anggota kami dan masih aktif. Dia pemilik Hotel Princess di Palembang,” kata Herlan ketika dihubungi VIVAnews.

Menurutnya, Sengman memang dekat dengan SBY. “Sengman dan SBY akrab sejak Pak SBY menjabat Panglima Daerah Militer II Sriwijaya tahun 1996. Saat SBY jadi Pangdam memang banyak pengusaha yang dekat dengan dia,” ujar Herlan.

Hubungan baik Sengman dan SBY tampak ketika pengusaha itu menghadiri wisuda putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, di Nanyang Technological University, Singapura, tahun 2006. Sebaliknya, SBY juga hadir di resepsi pernikahan putri Sengman, Karen Tjahja, di Hotel Mulia, Jakarta, tahun 2008.

Menurut Herlan, tahun ini Sengman ikut berinvestasi dalam pembangunan hotel di Palembang. “Ada delapan hotel yang akan dibangun di Palembang. Pembangunannya sekarang sedang dikonstruksikan. Investornya semua berasal dari lokal, termasuk Sengman,” kata dia.

Mantan Menteri Keuangan Rizal Ramli juga mengenal Sengman. “Sengman ini besar di Sumatera Selatan. Dia pengusaha yang pertama kali menyumbang untuk SBY ketika SBY masuk dunia politik. Jadi mereka dekat sekali,” kata dia.

Namun Istana membantah ada utusan Presiden yang bernama Sengman. “Saya pastikan, kami tidak pernah mendengar nama itu sebagai utusan Presiden,” kata Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha.

Bantahan senada diucapkan Sekretaris Kabinet Dipo Alam. Ia mengatakan tak kenal Sengman. “Saya tahunya tukang seng. Istana tak ada hubungannya sama sekali dengan kasus impor sapi. Kami tidak kenal mereka (nama-nama yang disebut di sidang Fathanah). Mereka tak ada hubungannya dengan Istana,” kata Dipo.

Bunda Putri, Pak Lurah, Haji Susu

Suara Bunda Putri ini ikut tersadap dalam perbincangan antara Luthfi Hasan dan Ridwan Hakim. Lewat sambungan telepon kepada Luthfi yang berada di DPR, Ridwan mengatakan ia sedang di rumah Bunda Putri. Kepada Luthfi, Ridwan mengabarkan Bunda Putri marah besar.

Di tengah percakapan itu, Ridwan kemudian memberikan telepon kepada Bunda Putri agar sang Bunda bisa berbicara langsung kepada Luthfi. Dari situlah terungkap pengaruh besar yang dimiliki Bunda Putri. Seorang menteri bahkan pernah datang ke rumahnya hingga jam 1 malam entah untuk urusan apa.

“Bunda jam 10 ditunggu Dipo sebelum dia ke JCC. Katanya ‘Bun, jadi nanti kita ketemu Mas Boed jam 2.45.’ Nggak, Bunda di Grand Hyatt  saja, supaya nggak ke mana-mana. Kalau sudah begini, males kita urusin TPA-nya. Nanti kalau Maret ada reshuffle, ya sudah. Nanti saya ngomong sama Pak Lurah, benar apa yang kamu bilang tentang Haji Susu itu. Sudah, babat saja. Bunda gituin aja, aman,” kata Bunda Putri kepada Luthfi Hasan, Januari 2013.

Dalam beberapa kalimat yang diucapkan Bunda Putri itu saja, bermunculan nama orang-orang yang identitasnya belum jelas – Dipo, Mas Boed, Pak Lurah, dan Haji Susu. (Baca )

Sekretaris Kabinet yang kebetulan bernama Dipo Alam, membantah kenal dengan Bunda Putri. “Saya kenalnya Bunda Sri, kakak saya. Saya tidak kenal Ridwan Hakim anaknya Hilmi Aminuddin. Jadi saya juga tidak kenal Bunda Putri,” kata Dipo.

Dipo mengatakan tak tahu kenapa dia kemudian ikut disebut-sebut dalam kasus itu. “Apa hubungannya saya dengan impor sapi? Itu kan urusan teknis kementerian,” ujarnya.

Dipo yakin, nama “Dipo” yang disebut dalam rekaman penyadapan KPK itu bukan dia. “Itu bukan nama saya. Bukan Dipo Alam. Mungkin ada pemain bola bernama Dipo, polisi bernama Dipo, penjahit bernama Dipo, atau pemilik Warung Padang bernama Dipo,” ujar dia. (eh)

Ilustrasi perkelahian dan pengeroyokan.

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Para anggota TNI itu diduga tak terima Prada Lukman dikeroyok preman di Pasar Cikini, Rabu, 27 Maret 2024. Prada Lukman membela ayah rekannya yang dipalak kawanan preman.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024