Tomy Winata Menjawab WikiLeaks

foto jangan dipakai
Sumber :

VIVAnews - Kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia yang dibocorkan WikiLeaks dan dimuat dua media Australia The Age dan Sydney Morning Herald mengguncang Istana. Salah satu bocoran Wikileaks menyebutkan adanya hubungan khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono dengan pengusaha Tomy Winata. Hubungan spesial sang bos Grup Artha Graha itu diperantarai Letjen (purn) TB Silalahi, mantan penasehat Presiden.  

Apa tanggapan Tomy? Berikut petikan tanya jawab dia dengan wartawan di Hotel Borobudur pada Minggu, 13 Maret 2011, malam.

Jangan Asal Pilih, 5 Tips Ini Harus Diperhatikan Muslimah Saat Memilih Kosmetik Halal

Bagaimana tanggapan Anda terhadap pemberitaan dua koran tersebut?

Saya sudah mengirim surat kepada Peter Fray, Editor in Chief The Sydney Morning Herald dan Paul Ramadge, Editor in Chief The Age. Pada pinsipnya saya keberatan dengan tulisan kedua koran tersebut yang mengutip dari sumber-sumber yang sulit untuk dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Termasuk adanya penulisan istilah-istilah yang ditujukan kepada saya yang istilah tersebut bahkan tidak pernah saya kenal dalam kehidupan saya, yang sangat melecehkan hak individu saya.

Sidang Sengketa Pilpres, MK Pertimbangkan Hadirkan Mensos hingga Menkeu

Saya mohon kepada kedua koran yang berskala internasional serta memiliki reputasi baik tersebut untuk meluruskan pemberitaan yang tidak didukung dengan data-data yang dapat dipercaya, agar pengabdian kami untuk memberi nafkah pada lebih dari 1 juta kepala keluarga dapat tetap berjalan dengan baik.

Sebenarnya bagaimana hubungan Anda dengan SBY?

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Saya tegaskan, hubungan saya dengan SBY hanya sebatas hubungan antara warga negara dengan presidennya. Saya tidak punya hubungan khusus. Hubungan saya adalah hubungan anak Bangsa, warga negara, dengan presiden. Kami mengusung program kerja pemerintah.

Saya kira kita semua sebagai warga negara mengerti dan mengenal Beliau. Jadi hubungan kami dengan Bapak Presiden adalah Beliau selaku Presiden dan Ibu Ani sebagai Ibu Negara yang sekarang ini diberi kekuasaan oleh rakyat, sebagai mandataris. Hubungan kami adalah hubungan sebagai warga negara anak Bangsa dengan seorang pimpinan pemerintahan yang sekarang dijabat oleh Doktor Susilo Bambang Yudhoyono.

Juga hubungan-hubungan lain dalam rangka kami mengisi pembangunan pemerintah ini, soal program ketahanan pangan, dan program-program lain. Sesuai dengan arahan yang selama ini Beliau canangkan dalam program kerja Beliau. Kami membantu program Pro Growth, Pro Poor, Pro Job, dan Pro Environment.

Di luar itu, hubungan-hubungan yang dituduhkan selama ini tidak benar. Kami tidak punya hubungan khusus sebagaimana dituduhkan oleh berita-berita media yang mengutip dari sumber-sumber yang menurut saya tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Saya kenal Pak TB Silalahi cukup lama. Sekitar 30 tahun yang lalu. Dan Beliau waktu itu sebagai Ketua Yayasan Kartika Eka Paksi. Jadi hubungan kerja kami tetap seperti biasa. Masih normal kerja sama Artha Graha Group dengan Kartika Eka Paksi.

Setelah Beliau purnabakti, dia jadi penasihat dalam banyak hal. Saat era  pemerintahan SBY, Beliau kadang kala memberikan guidance kepada kami apa yang harus diartikan dengan Pro Growth, Pro Poor, Pro Job dan yang lain. Jadi, yang dituduhkan bahwa Beliau menjembatani kami kepada pusat pemerintahan itu saya kira tuduhan yang sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Anda pernah ke Cikeas?

Ehm... pernah beberapa tahun yang lalu.

Anda datang sendiri?

Oh, tidak. Saya datang tidak sendirian, ada beberapa orang dan asosiasi.

Dalam rangka apa Anda ke Cikeas?

Waktu itu, seingat saya, harga-harga daging sedang melonjak tinggi. Jadi, kami diminta memberi saran kira-kira solusinya bagaimana dari sisi pengusaha.

Pada artikel di koran itu disebut juga Anda merupakan salah satu orang di antara 'Sembilan Naga' yang menguasai jaringan perjudian di Indonesia. Bagaimana pendapat Anda?

Yang menyangkut soal WikiLeaks, saya kira saya menyatakan bahwa itu adalah dari sumber yang sulit dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Jadi istilah-istilah yang konon WikiLeaks dapat dari Kedutaan Besar Amerika Serikat itu, saya nyatakan tidak pernah ada.

Saya tidak pernah melakukan hal-hal yang dituduhkan dalam berita Sydney Morning Herald. Kalau saya lihat, apa yang ditulis Sydney Morning Herald itu dengan keaslian apa yang di Wikileaks itu, tidak apple to apple, ada pendapat-pendapat.

Soal 'Sembilan Naga' atau segala macam itu, kalau memang nanti yang menulis menyatakan itu ada, saya ingin tanya sama dia: dasar apa dia menyebutkan hal itu. Kalau underwater saya ngerti, karena kerjaan saya setiap bulan itu di laut. Saya tiap minggu ke laut ke Tambling, ke pulau-pulau. Kalau tuduhan-tuduhan 'Sembilan Naga' itu saya kira mungkin karena mereka terkesima dengan cerita orang yang lucu-lucu itu. Kita perlu mencari siapa sebenarnya yang menyebut 'Sembilan Naga' itu agar dia bisa memberikan definisinya, apa maksud kata-kata di balik 'Sembilan Naga' itu.

Yang saya tahu, saya dari pagi sampai sore nggak pernah keluar rumah kalau tak ada janji. Setelah makan siang, saya biasanya langsung melihat kegiatan Artha Graha Peduli yang berada di 80 titik di seluruh Indonesia. Setelah itu, sore saya nongkrong di Hotel Borobudur, nungguin teman, kawan. Jam 10-11 malam saya pulang ke rumah. Undangan resmi saya jarang datang. Acara-acara formal saya jarang pergi.

Saya kira itu imajinasi mereka sendiri, berpikir terlalu tinggi soal diri saya. Sudah begitu imajinasi dia itu dijadikan suatu keyakinan yang menjadi seolah-olah benar. Lalu muncul tuduhan-tuduhan yang cenderung merugikan image kami.

Anda sendiri pernah berjudi?

Demi Tuhan, saya hanya pernah dua kali memegang gagang jackpot di tempat perjudian. Itu pun kalah. Kalau saya ngomong bohong... saya pulang bisa ketabrak mobil.

Terus bagaimana nama Anda dikaitkan dengan judi?

Saya tidak tahu. Dulu saya pernah diminta membuat proposal, kalau tidak salah pada zaman Gus Dur, untuk bagaimana caranya negara dapat manfaat dari orang-orang yang berjudi. Soalnya, kalau dihitung-hitung uang yang dihabiskan para penjudi di luar negeri jumlah kasarnya bisa mencapai US$2 miliar per tahun.

Nah, proposal itu nggak jadi. Itulah saya kira yang menyebabkan saya selalu dikaitkan dengan judi. Sudahlah saya nggak mau ngomong itu lagi. Nanti dikira Tomy ada maunya lagi.

Anda akan menggugat kedua koran itu?

Jadi intinya begini, pemberitaan WikiLeaks itu sangat merugikan kami. Saya ulangi, saya tidak pernah memberikan uang, melalui siapapun, kepada Bapak Doktor SBY ataupun kepada Ibu Negara, baik pada masa-masa yang lalu maupun pada masa ini. Kegiatan kami adalah menjalankan kewajiban kami selaku anak Bangsa untuk mengisi pembangunan di bawah kepemimpinan presiden yang sah secara konstitusi, yakni Bapak SBY.

Tuduhan itu sangat tendensius, mengadu domba, dan sama sekali tidak mendidik. Karena dalam banyak kegiatan Bapak Presiden memang kami diundang untuk hadir beramai-ramai. Kami hanya menjabarkan dan mengisi pembangunan yang dicanangkan Beliau.

Akan menggugat? Kami akan menggunakan hak jawab kami. Jadi hak jawab akan saya sampaikan dulu.

Nama Anda juga dikaitkan dalam kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Apa komentar Anda?

Jadi, begini. Dalam dunia perbankan, saya hampir tidak pernah menjalankan fungsi operasional. Yang namanya berhubungan dengan Bank Indonesia, saya ini hampir tidak pernah berkomunikasi dengan pejabat Bank Indonesia, terkecuali ada undangan resmi atau secara formal dipanggil dalam kaitan diminta keterangan sebagai pengurus bank.

Saya kira banyak sekali yang sudah melacak soal ini. Jadi, saya pun kadang heran, banyak isu begitu. Seolah-olah, kalau ini tidak dikaitkan dengan nama saya, rasanya belum syur.

Kami selama ini bekerja menurut aturan main yang berlaku, sistem hukum yang berlaku. Saya sendiri tidak pernah, mohon maaf, berhubungan secara individu dan pribadi dengan Ibu Miranda Goeltom. Saya tidak pernah.

Mungkin rekan-rekan wartawan pun bisa ikut melacak kapan saya bertemu dengan Bapak A atau Ibu B. Yang namanya ngantor di Bank Artha Graha dan lainnya saya tidak pernah. Saya tidak pernah ngantor karena saya ini berkerja di lapangan. Rejeki saya bukan punya jabatan di kantor, tapi keluar masuk desa, keluar masuk hutan. Itu pekerjaan saya. Yang namanya ngomong banyak, kerja memakai dasi, kebetulan bukan rejeki saya. Kadang saya bingung. Saya happy sekali dengan kegiatan-kegiatan ini.

Sekarang ini yang namanya 'konon' dan 'katanya' dipaksakan jadi seperti 'harus'.

Bagaimana dengan kasus Susandi (Aan), mantan karyawan Maritim Timur Jaya, yang merupakan anak perusahaan Artha Graha Group?

Saya tidak tahu menahu. Karena posisi, jam, hari, dan prosesnya, demi Tuhan, saya tidak mengerti. A memang karyawan di anak perusahaan kami. Kalau urutan-urutan pekerjaan, dia itu ada di posisi lapis ke tujuh. Saya tahu Aan setelah adanya pemberitaan dari media.
 
Anda jadi membangun Jembatan Selat Sunda?

Begini ya, saya belum punya hak penyelenggara pembangunan Jembatan Selat Sunda. Saat ini proyek tersebut ditangani anak usaha Artha Graha, yakni PT Bangun Graha Sejahtera Mulia, bekerja sama dengan dua Pemda (Banten dan Lampung). Jadi, kami coba meski dengan risiko, membuat pra-studi dengan dua BUMD. Saya rela keluarkan US$40 juta untuk pra-studi, tapi dengan risiko belum tentu kami ditunjuk menjadi penyelenggara pembangunan.

Saya ingin pemimpin proyek ini adalah pengusaha nasional, tapi tidak apa-apa jika nantinya dibantu asing. Namun pemimpinnya harus pengusaha nasional. Ini proyek besar yang mencerminkan harga diri bangsa. Kamis ikhlas kalau tidak mendapat proyek ini. Tapi, jembatan ini harus dibangun.

Saya tidak pernah punya simpanan uang di luar negeri. Investasi pun saya tak ada di luar negeri. Saya cuma punya satu rumah di Singapura, karena untuk tempat tinggal anak saya yang sekolah di sana.

Kenapa Anda rela mengeluarkan US$40 juta  meski belum tentu mendapatkan proyek itu?

Lho, Anda kok tidak tanya orang-orang Indonesia yang berjudi di luar negeri, yang menghabiskan uang hampir US$2 miliar per tahun? Mengapa Anda tidak tanyakan uang miliaran dolar itu dihabiskan begitu saja? Kalau saya, ini kan proyek sudah diomongin sejak zaman Soeharto, tetapi tidak ada realisasinya. Ya, sudah saya timpe dulu dengan pra-studi. Paling tidak, sudah ada langkah kongkretnya, biarpun hanya sekadar pra-studi. Syukur nanti ditunjuk, kalau tidak ya tidak apa-apa. Wong, tendernya sampai saat ini juga belum ada kejelasan. (kd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya