Narkoba, Cicit Soeharto dan Perwira Polri

Kasus Narkoba Putri Ari Sigit Soeharto
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Perwira polisi itu terancam dipecat. Dosanya sungguh berat. Sang penegak hukum ini tertangkap basah sedang mengosumsi shabu-shabu di Hotel Maharani, Jakarta Selatan, Jumat malam pekan lalu. Hingga Senin 21 Maret 2011, bersama empat kawannya, perwira berinisial ES itu meringkuk di kamar tahanan Polda Metro Jaya.

BMKG Sebut Gelombang hingga 2,5 Meter Bakal Terjadi di Perairan Indonesia, Ini Lokasinya

Salah satu dari anggota kelompok ini adalah Putri Aryanti Haryowibowo. Putri adalah cicit Soeharto, mantan Presiden yang pernah memimpin Indonesia selama 32 tahun. Dia adalah anak Ary Sigit dari pernikahan pertamanya dengan Gusti Maya Firanti Noor, yang sohor dipanggil Maya Sigit. Kini keduanya sudah bercerai.

Penangkapan para penguna narkoba ramai terjadi belakangan ini. Yang membuat peristiwa ini menguras perhatian publik adalah keterlibatan sang perwira polisi dan cicit Soeharto itu. Si perwira itu berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP), jenjang yang tergolong matang di karir kepolisian. Kasus ini mempertaruhkan nama baik kepolisian.

Mobil Listrik Vinfast Pakai Sistem Sewa Baterai, Segini Biayanya

Itu sebabnya Polri serius mengusut. Sang perwira diperiksa langsung oleh Divisi Profesi dan Pengamanan Mabes Polri. Dan hukuman berat sudah menunggu perwira yang bertugas di bagian keuangan Mabes Polri itu. "Itu berat ya, dipecat," kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Ito Sumardi di Mabes Polri, Senin 21 Maret 2011.

Selain ancaman pemecatan itu, kata Ito, sang perwira juga segera diproses secara pidana. Jika terbukti, ES bakal menyudahi karirnya di kamar penjara.

Namun Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar memastikan bahwa  kepolisian  akan memproses unsur pidana yang dilakukan ES terlebih dahulu. "Setelah itu, baru akan diajukan ke sidang kode etik," kata Boy.

Dominasi Skuad Timnas U-23 di Piala Asia, Menpora Dito Akan Terus Maksimalkan PPLP dan SKO

Apa hubungan sang perwira dengan Putri, cicit mantan Presiden Soeharto itu? Belum jelas memang. Hingga kini polisi masih menelusurinya. Sumber VIVAnews.com di kepolisian menuturkan bahwa ES adalah salah satu pengawal keluarga Cendana.  Betulkah? "Saya belum tahu," kata Boy Rafli Amar.

Titik terang hubungan antara Putri dengan sang perwira dikisahkan oleh Direktur Narkoba Polda Merro Jaya, Komisaris Besar Anjan Pramuka. Keduanya, kata Anjan, sudah lama saling kenal. Mereka sudah pernah memakai  narkoba secara bersama-sama sebelum dibekuk Jumat pekan lalu itu.

Polisi menduga bahwa Putri sengaja memakai shabu-shabu dengan ES karena alasan keamanan. "Mungkin Putri merasa nyaman dan aman memakai shabu bersama polisi," kata Kepala Satuan II Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi, Hendra Joni.

Dari Pelataran Plasa Semanggi

Perburuan kelompok ini cukup berliku. Bemula dari pelataran Plasa Semanggi, sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat. Polisi, kata Anjan, semula hanya membidik GN, yang pernah menjadi sopir pribadi AKBP ES. Pintu menuju GN itu terbuka setelah polisi menciduk seseorang berinisial JS di pelataran Semanggi itu. JS ditangkap dengan barang bukti 0,54 gram shabu-shabu.

Dari keterangan si JS ini, pukul 11 malam Jumat pekan lalu itu polisi bergerak ke sebuah kamar di Hotel Maharani di Jakarta Selatan. Di sana polisi memergoki Putri, ES dan GN sedang menggunakan shabu-shabu. Barang bukti yang disita di kamar hotel itu adalah 0,88 gram shabu dan alat hisap.

Ditangkap sekitar pukul 11 malam, polisi menggiring Putri dan kedua temannya itu pukul 3 pagi, Sabtu 19 Maret 2011. Artinya, empat jam mereka diinterogasi di hotel itu.

Dan "Berdasarkan keterangan GN, kami melakukan pengembangan dan menangkap bandar berinisial AT di kawasan Tanah Abang V, Jakarta Pusat.  Barang bukti yang disita seberat 32,30 gram," ujar Anjan, Senin 21 Maret 2011.

Penelusuran jaringan kelompok ini memang dilakukan berjenjang. Sesudah menginterogasi AT, polisi kemudian menangkap bandar lain berinisial RS, di sebuah kafe di belakang Terminal Grogol, Jakarta Barat. Dari si RS ini disita  barang bukti 500 butir ekstasi, dan shabu seberat 5,8 gram.

Kini polisi masih memburu satu tersangka berinisial KO, yang diduga kuat sebagai bandar besar  yang memasok narkoba kepada sejumlah anggota jaringan ini.

Diumumkan Minggu, 20 Maret

Penangkapan Putri Aryanti, ramai beredar lewat BlackBerry Messenger dan situs jejaring sosial Twitter, Sabtu 19 Maret 2011. Pada pesan yang beredar secara massal itu dituliskan bahwa "Putri Ari Sigit, cicit Pak Harto, ditangkap polisi Jumat dini hari ditangkap. Polisi menyita sejumlah barang bukti.

Tapi kabar ini tidak jelas asal-usulnya. Sempat pula dianggap bohong atau hoax, karena dalam pesan berantai itu disebutkan bahwa barang bukti yang diamankan polisi 30 kg shabu-shabu dan 500 butir pil ekstasi. Jumlahnya terlalu fantastis.

Baru pada Minggu 20 Maret 2011, Direktur Narkoba Polda Metro Jaya, Komisaris Ajan Pramuka Putra, melansir pernyataan resmi bahwa polisi telah menangkap tiga pengguna narkoba, yang salah satunya adalah Putri Aryanti.

Hingga kini Putri masih menjalani proses pemeriksaan di Polda Metro Jaya. Ia diancam dengan UU Nomor 35 2009 tentang narkotika.

Kuasa hukum Putri, Sandy Arifin membantah keras bahwa barang haram shabu 0,88 gram adalah milik kliennya.  Semua barang bukti yang disita itu, "Bukan milik Putri," kata Sandy. Mereka yang ditangkap di Hotel Maharani itu, lanjutnya, sama sekali tidak terkait dengan Putri. Kebetulan saja dia ada di sana.

Dalam pemeriksaan polisi, lanjut Sandy, Putri disodorkan  14 pertanyaan, seputar kronologi dan soal pemakaian shabu-shabu itu. "Pemeriksaan masih akan berlanjut. Kondisinya kurang enak badan, dia kena radang tenggorokan dan pusing," ujar Sandy Arifin.

Senin malam, 21 Maret 2011, sekitar pukul 18.30 WIB, orangtua Putri, Ary Sigit mendatangi rumah tahanan narkoba Polda Metro Jaya. Menjenguk sang anak dia mengenakan baju hitam. Datang sendirian, tidak tampak anggota keluarga lainnya. Ary tidak menjawab pertanyaan wartawan. Hanya melambaikan tangan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya