Menimbang Ipar Presiden di Pucuk TNI AD

Pangkostrad Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo
Sumber :
  • ANTARA/Widodo S. Jusuf

VIVAnews - Isu pergantian kepemimpinan tengah menjadi sorotan di tubuh TNI Angkatan Darat. Ini disebabkan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta sudah bersiap memasuki masa pensiun. Sejumlah perwira bintang tiga di TNI AD pun bersiap memegang tampuk kepemimpinan tertinggi di angkatan yang konon selalu menjadi anak emas di era Presiden Soeharto.

Setidaknya ada tiga nama yang dijagokan menjadi KSAD berikutnya. Ada Wakil KSAD Letjen TNI Budiman, Inspektorat Jenderal Mabes TNI Letjen TNI Muchlis, dan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo.

Nama yang terakhir disebut menjadi sosok yang ramai dibicarakan, sebab Letjen Pramono Edhie Wibowo merupakan adik ipar dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Beredar kecurigaan, adik dari Ani Yudhoyono ini memang dipersiapkan melanjutkan kepemimpinan trah Cikeas.

Namun, Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat, Tubagus Hasanuddin, menilai Edhie Wibowo merupakan sosok terbaik untuk menggantikan Jenderal TNI George Toisutta di pucuk jabatan TNI Angkatan Darat. Dari jenjang karier kemiliteran, Edhie Wibowo dinilai layak menjadi KSAD.

Dari tiga nama yang diunggulkan, Edhie Wibowo menjadi sosok bintang tiga paling senior. "Kalau dilihat jenjangnya, yang menduduki posisi bintang tiga tertinggi itu adalah Pangkostrad Letjen Pramono Edhie," kata Hasanuddin.

Walau berasal dari PDI Perjuangan yang notabene merupakan oposisi Pemerintah, Hasanuddin menilai Panglima Kostrad ini memiliki jenjang karier yang bukan karbitan alias tidak meloncat-loncat.

"Asalkan dia ada di jalan yang betul. Kalau tidak pada treknya kita kritisi, tapi kalau bagus kita puji dia," ucap Hasanuddin.

Rekam Jejak Jenderal Edhie

Respons Surya Paloh Soal Waketum Nasdem Sambangi Rumah Prabowo Subianto Malam Ini

Sebagai anak dari sesepuh TNI Angkatan Darat Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, Edhie tidak asing tinggal di lingkungan militer. Seakan ingin mengikuti jejak ayahnya, Pramono Edhie pun masuk Akademi Militer angkatan 1980. Seperti ayahnya yang merupakan tokoh Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD, cikal bakal Kopassus), Edhie lalu tergabung dalam korps baret merah, Kopassus.

Dalam karier kepemimpinan militer, Edhie pertama kali dikenal publik sebagai Komandan V Kopassus, saat masuk ke Timor-Timur pada tahun 1999. Edhie disebut sebagai pemimpin Detasemen 81 Anti-Teror Kopassus yang masuk ke Dili pada 5 September 1999, atau sehari sebelum adanya penyerangan ke rumah Uskup Belo. Namun, tidak ada kejelasan soal peran dan pertanggungjawaban Edhie dalam kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Timtim.

Setelah itu, Edhie dipercaya TNI Angkatan Darat untuk menjadi ajudan Megawati, sejak Mega menjabat Wakil Presiden di tahun 1999 hingga Presiden. Tugas sebagai ajudan tetap dijalankan Edhie hingga detik terakhir Megawati menjabat sebagai Presiden di tahun 2004.

Walaupun saat itu ada sedikit 'ketegangan' antara Megawati dengan Susilo Bambang Yudhoyono (waktu itu menjabat Menko Polkam), Edhie Wibowo tak terpengaruh dan tetap menjalankan tugasnya sebagai ajudan.

"Tidak ada persoalan antara Ibu Mega dengan Pramono Edhie. Karena Ibu Mega taat dalam mekanisme kenegaraan, begitu pula Edhie Wibowo," kata Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

Bintang Edhie Wibowo kembali cemerlang saat dipercaya sebagai Komandan Jenderal Kopassus pada 1 Juli 2008 hingga 4 Desember 2009. Setelah mengikuti jejak sang ayah menjadi pemimpin Korps Baret Merah, Edhie Wibowo kemudian menjabat Panglima Daerah Militer Siliwangi pada tahun 2009 - 2010.

Namun, Pramono Edhie Wibowo kemudian berganti warna baret pada 30 September 2010. Menggantikan Letjen Burhanuddin Amin, Edhie Wibowo mendapat amanah memegang tongkat komando Baret Hijau, Kostrad. Jabatan Panglima Kostrad pun diemban jenderal berbintang tiga itu hingga sekarang.

Terkendala Hubungan Kerabat

Terungkap! Ini Identitas Selebgram Terjerat Kasus Narkoba di Jaksel, Salah Satunya Chandrika Chika

Dengan rekam jejaknya yang tergolong panjang, Edhie Wibowo memang dianggap layak memimpin Korps Angkatan Darat. Tapi, pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Widjajanto menilai ada satu kendala untuk Edhie menjabat KSAD: Kerabat SBY.

"Itu satu-satunya kelemahan. Seandainya tidak ada hubungan kekerabatan, mungkin tidak akan ada kebimbangan," kata Andi.

Selama ini, Edhie Wibowo dianggap menjadi calon penerus trah Cikeas. Setelah menjadi KSAD, Edhie Wibowo disebut akan dilajukan menjadi Panglima TNI, bahkan sebagai Calon Presiden pada tahun 2014.

Namun, Andi Widjajanto memperkirakan kecilnya peluang Jenderal Edhie untuk melaju ke posisi Panglima TNI. "Untuk jadi Panglima TNI susah, karena dia akan memasuki masa pensiun sekitar tahun 2013," katanya.

Sedangkan, Tubagus Hasanuddin mengatakan, hubungan kekerabatan Edhie dengan SBY seharusnya tidak boleh menjadi alasan untuk menghambatnya. "Kalau saya melihat, alangkah tidak pas kalau ada orang yang sudah pada saatnya naik tapi karena saudara Presiden jadi tidak boleh. Kita beri kesempatan," ucap Hasan.

Walau demikian, Hasto Kristiyanto mengingatkan agar pemilihan KSAD jauh dari politisasi. "Jangan sampai ranah pertimbangan politik menghancurkan proses yang sudah baik di TNI," ujar Hasto yang separtai dengan Tb Hasanuddin di PDI Perjuangan.

Tanggapan Istana


Menanggapi ini, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan Presiden menyerahkan pergantian kepemimpinan di tubuh TNI AD kepada Panglima TNI. "Itu berdasarkan usulan Panglima," kata Julian.

Presiden, Julian menambahkan, akan menghormati mekanisme dan aturan tentang pergantian kepemimpinan TNI AD. "Itu kan ada kriterianya, ada aturan main. Kalau ada nama yang masuk akan kita assesment (evaluasi) Itu kan ada prosesnya," jelas Julian.

Lalu bagaimana tanggapan Istana soal kecurigaan Edhie Wibowo akan dikatrol sebagai calon KSAD karena memiliki hubungan kekerabatan?

"Tidak ada hubungan antara proses pergantian KSAD dengan kekerabatan. Profesional saja, akan diproses sesuai kriteria yang diajukan," jawab Julian. (eh)

Sekjen Kemnaker Anwar Sanusi bersama Presiden of JICA Akihiko Tanaka

Kunjungan ke Jepang, Sekjen Kemnaker Terus Berupaya Tingkatkan Kerja Sama Pengembangan SDM

Sekjen Anwar mengungkapkan, saat ini Kemnaker sedang melakukan pengembangan fungsi Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP).

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024