"Ngabangbung" di Gunung Padang

Situs Megalitikum Gunung Padang
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Situs Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur, menarik perhatian kaum spiritual, seniman dan budayawan. Tempat ini tidak hanya mengundang perhatian publik di Jawa Barat, tapi juga masyarakat internasional. Semalam, 7 Juli 2012, sejumlah seniman menggelar acara yang dinamakan sebagai "Ngabangbung".

Ketua Pelaksana Ngabangbung, Hilda Winar, menyebutkan, kegiatan ini untuk membangkitkan keseimbangan alam. Ini sebuah ritual turun temurun masyarakat Jawa Barat, untuk memanjatkan doa sepanjang malam.

Tradisi ini biasa dilakukan pada malam hari dengan patokan waktu dari awal hingga selesai munculnya bulan purnama. Kegiatan ini selalu dianggap sakral karena kerap berkaitan dengan hari besar keagamaan seperti  Maulid Nabi Muhamad SAW yang dilakukan pada 14 Maulid setiap tahunnya. Sebagai bagian dari tradisi perayaan seni tradisi menjadi bagian penting dalam prosesi doa yang kuat dengan unsur air.

“Bulan purnama dipilih karena dalam posisi ini kondisi alam sedang tidak stabil," kata Hilda. "Ini bagian dari proses alam yang harus dilalui manusia. Di saat kondisi alam tidak stabil kita harus membangun kesadaran untuk menstabilkan, sama dengan saat alam meciptakan kesetabilan baru saat purnama. Kestabilan di sini meruapakan keseimbangan lahir batin dengan melakukan pensucian dan doa,” katanya usai acara pada Minggu dinihari, 8 Juli 2012.

Hilda memaparkan, konsep pensucian yang dilakukan dalam ritual melibatkan unsur air yang kuat. “Kita selalu mendengar proses mandi air dari tujuh mata air dengan berbagai unsur angka tujuh yang mengikutinya. Dalam kegiatan ini, kami mengubah unsur utama air menjadi tujuh kelompok seniman yang menampilkan karya-karya mereka dalam merespons apa yang terjadi di Gunung Padang saat ini. Termasuk kenyataan bahwa saat ini di Gunung padang sedang terjadi kontroversi," kata Hilda.

Ngabungbung ini digelar dari Sabtu pukul 20.00 dan baru berakhir pada pukul 03.00, Minggu hari berikutnya. Lebih dari 50 orang menyaksikan acara yang melibatkan tujuh kelompok seniman. Salah satu seniman yang terlibat adalah seorang penari dari Venezuela, Estefania Pifano.

Masyarakat sekitar situs pun dari mulai anak-anak hingga yang sepuh tertarik mengikuti ritual ini. Tampak sedikit ekspresi wajah bingung mereka saat menyaksikan pagelaran karya kontemporer ini.

“Tariannya bagus, apa lagi yang menari bule. Di sini kan belum pernah ada, ada musik, ada baca puisi, tapi saya bingung apa maksudnya?" kata seorang ibu bernama Erna dengan polos.

Ia dan masyarakat ikut naik ke teras satu Gunung Padang dengan ekspektasi ada unsur zikir, salawat dan tetabuhan rebana menjadi bagian utama kegiatan. Namun rupanya Ngabangbung malam ini berbeda dengan yang pernah mereka lihat dan lakukan sebelumnya. "Kaget saja sih, kirain kaya ngabangbung yang biasa,” tuturnya.

Viral Rekaman Video Warga Israel Hancurkan Dus Berisi Mi Instan untuk Gaza Usai Blokir Bantuan

Ungkap Kekhawatiran

Kegiatan "Ngabangbung" ini kemudian ditutup diskusi para seniman, budayawan dan pemerhati Gunung Padang. Semua mencurahkan kekhawatiran dari kondisi Gunung Padang saat ini dan ke depan. Dari dialog kecil ini disepakati apa pun agamanya, apapun rasnya, apapun sukunya, mereka adalah orang Indonesia.

“Kami berharap semua dialog Gunung Padang  yang terjadi dari berbagai latar belakang pemikiran, malam ini bisa menjadi seimbang. Kami tidak ingin semua hal positif justru tenggelam di balik friksi keberadaan situs ini,” kata Hilda kepada VIVAnews. (ren)

Rupiah Mulai Bertenaga usai Pernyataan Jerome Powell soal Suku Bunga
Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin

Demokrat Ungkap Bey Machmudin Tolak Tawarannya untuk Masuk Pilkada Jabar 2024

Ketua Partai Demokrat Jawa Barat mengungkapkan bahwa tawaran mereka pada Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin untuk diusung dalam Pilgub Jabar tahun 2024 ditolak.

img_title
VIVA.co.id
15 Mei 2024