Parpol, Golput, dan Siasat Jokowi vs Foke

Joko Widodo dan Fauzi Bowo
Sumber :

VIVAnews - Hasil penghitungan cepat Pilkada Jakarta yang dilakukan sejumlah lembaga survei menempatkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaya Purnama sebagai jawara di putaran perdana. Pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli membuntut di urutan ke dua.

Kedua pasangan itu hampir dipastikan melenggang ke ronde ke dua. Jokowi-Ahok menggenggam 43 persen lebih suara. Sementara Foke-Nara bermodal 33 persen lebih suara.

Setengah Penjualan Suzuki Berasal dari Mobil Ini

Angka itu memang tidak berbanding lurus dengan hasil berbagai survei yang dipapar tuntas sebelum Pilkada digelar. Survei menyebut Foke selalu menang dan Jokowi mengekor di belakangnya.

Kedua pasangan telah menyatakan siap bertarung di putaran ke dua. Meski mengaku belum menemukan formula pasti, tim sukses kedua pasangan ini mulai merancang siasat untuk laga ke dua pada 20 September 2012. Kedua pasangan sama-sama optimis mampu mengalahkan satu sama lain.

Merayu parpol
Menyongsong putaran ke dua, Jokowi mengaku tidak akan mempersiapkan strategi besar dengan dana yang besar pula. Bagi dia, strategi kecil asal mesin partai bergerak, akan lebih mujarab. "PDI Perjuangan, Gerindra, rakyat, relawan, semua bergerak," kata Jokowi.

Tak lupa pria yang masih menjabat sebagai Walikota Solo itu juga menekankan pentingnya silaturahmi dengan keempat pasang calon lain yang tidak lolos ke putaran dua. "Yang penting mereka didolani (dikunjungi). Saya akan dolani mereka semua," ujar Jokowi.

Dan Jokowi sudah bertandang ke markas sejumlah kontestan lain yang tidak punya peluang masuk putaran dua. Jokowi mengklaim sudah dapat lampu hijau dari empat kandidat lain yang kemungkinan gagal di putaran pertama.

"Tinggal saya mengkongkritkan. Ke Pak Hidayat juga sudah ketemu, kongkritkan. Ke Pak Alex juga sudah janjian, kongkritkan. Dengan Pak Faisal juga sudah tadi. Dengan Pak Hendarji sudah didahului dari sana, kongkritkan," kata dia.

Strategi Jokowi ini didukung oleh  partai pendukungnya, Gerindra dan PDI Perjuangan. Mereka menyatakan siap menggaet calon yang tak masuk putaran dua dan pendukungnya. Tangan mereka terbuka lebar kepada partai mana pun, asal bukan pendukung Foke.

Doa Ibunda untuk Ernando Ari dan Indonesia U-23

"Kami mengajak semuanya, tentunya di luar partai pendukung Foke (Fauzi Bowo), untuk memenangkan Jokowi dan Ahok," kata Ketua Umum Gerindra, Suhardi kepada VIVAnews, Kamis 12 Juli 2012.

Sementara itu, kubu Foke tidak mau berlarut-larut meratapi hasil putaran pertama ini. Mereka segera menghilangkan efek kejut yang dihentakkan pasangan Jokowi-Ahok. Masih ada putaran ke dua. Masih ada kesempatan.

Meski belum menetapkan sikap, telah tergambar siasat apa yang bakal digunakan pada babak ke dua. Tak beda dengan siasat Jokowi, kubu Foke juga akan mendekati partai lainnya. Bedanya, jika kubu Jokowi ingin merangkul semua partai, kubu Foke fokus pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mendukung pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik Rachbini.

"Ada potensi 20 persen dari partai-partai yang calonnya kalah, di mana 12 persennya berasa dari pendukung Hidayat Nur Wahid,” kata Wakil Sekjen Demokrat, Ramadhan Pohan saat berbincang dengan VIVAnews.

Ramadhan menambahkan, kubu Foke optimis mampu membalikkan keadaan di putaran ke dua nanti. Pendukung Foke dipastikan akan all out hingga injury time. "Seluruh kader harus bergerak cepat dan all out. Semua potensi yang ada pada kami harus dikerahkan. Tidak ada pilihan lain," kata dia.

Yang jelas, tambah Ramadhan, Demokrat dan pendukung Foke-Nara tidak boleh menunggu. Mereka harus aktif dan segera merumuskan strategi baru di masa 'rehat' ini.

"Kami sekarang harus lari cepat. Tak bisa lagi passing panjang, harus tiki-taka (gaya bermain sepak bola dengan umpan pendek, dan cepat--red). Ada atau tidak ada bola, seluruh kader harus bergerak, kerja keras," kata Wakil Ketua Komisi I DPR itu.

Saling tunggu
Strategi ini dipastikan tidak mudah. Tak bisa buru-buru pula dilakukan oleh kedua kubu. Sebab, sejumlah pihak yang berusaha didekati menyatakan masih menunggu hasil akhir dari Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) misalnya. Pendukung pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono ini menyatakan masih pikir-pikir sambil menunggu pengumuman KPU DKI. "Soal koalisi, kami masih menunggu hasil resmi KPU. Pada saatnya PPP akan menentukan sikap, kepada siapa kami akan memberikan dukungan," ujar Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan, Arwani Thomafi.

Dia mengaku, partainya sangat kaget dengan hasil Pilkada Jakarta ini. Menurut dia, sebuah fenomena menarik telah disajikan dalam Pilkada ini. Dia menyebut Jokowi yang memimpin sementara memiliki karakter kuat, punya sikap sederhana dan bersahaja. "Kemudian rekam jejaknya selama memimpin Kota Solo juga bagus,” ujar anggota DPR itu.

Sementara itu, mitra PPP dalam Pilkada ini, Partai Golkar, juga belum menentukan sikapnya. Apakah menyokong Jokowi-Ahok atau berada di belakang Foke-Nara. Wakil Sekjen Golkar, Nurul Arifin mengatakan keputusan berada di tangan Alex-Nono. "Inikan soal kebijakan partai dan juga tergantung kandidatnya lebih condong ke mana," kata dia.

Meski demikian, Nurul menilai pengalihan suara ini tidaklah signifikan. Karena pasangan Alex-Nono hanya maraup 4,74 persen suara (versi Lembaga Survei Indonesia). "Ada baiknya bila dilepas saja. Toh perolehannya tidak terlalu signifikan," kata Nurul.

Sama halnya dengan PPP dan Golkar, PKS juga masih menunggu. Partai berlogo padi dan dua bulan sabit ini lebih memilih menyelesaikan penghitungan perolehan suara pasangan yang mereka usung. Meski berdasarkan hitung cepat Lembaga Survei Indonesia pasangan Hidayat-Didik hanya mendapat 11,96 persen suara. "Untuk putaran kedua Pilkada, kami belum menetapkan sikap," kata Tim Sukses Hidayat-Didik, Yudi Widiana Adia, kepada VIVAnews.

Meski belum menentukan sikap, Yudi mengatakan PKS memiliki tiga opsi menghadapi putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. "Pilihannya ke Foke, Jokowi, atau tidak ke keduanya. Saat ini masih terlalu dini untuk menentukan sikap," ujarnya.

Berbeda dengaan parpol-parpol itu, dua pasang calon independen, Faisal Basri-Biem Benjamin dan Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria, menyatakan tidak akan menjual suara yang mereka peroleh di putaran pertama. "Kami akan menjadi pengingat, oposisi, terhadap siapapun yang menang. Kami tidak akan menjual suara rakyat. Kami tidak akan bernegosisasi dengan siapapun untuk menyerahkan suara rakyat," kata Faisal.

Meski demikian, Faisal-Biem yang didukung 4,94 persen pemilih ini memberikan kebebasan kepada para pendukungnya untuk memilih pasangan mana dalam putaran ke dua. "Yang mendukung kami cukup paham tentang program yang ditawarkan, kira-kira siapa yang paling dekat. Tidak ada pengarahan. Kami anggap pendukung kami orang yang cerdas," kata dia.

Sikap keras ditunjukkan oleh pasangan Hendardji-Riza. Pasangan yang didukung 2,05 persen suara ini tegas-tegas tidak akan menjual suara ke calon yang melaju ke putaran ke dua. "Saya tidak memberikan suara saya dan pendukung saya kepada salah satu kandidat. Biar ini diserahkan pada perseorangan saja untuk memilih siapa calon yang layak unuk jadi gubernur," ujar Hendardji kepada VIVAnews.

Bahkan, dia membantah telah menyerahkan suara pendukungnya kepada Jokowi-Ahok. "Kalau saya mengucapkan selamat kepada Pak Jokowi itu benar. Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada dua kandidat yang lolos, termasuk Pak Fauzi Bowo," kata.

Berebut suara golput
Meski menganggap penting tambahan tenaga parpol, kubu Jokowi maupun Foke tidak lupa dengan eksekutor akhir yang menentukan dalam pemilihan. Yaitu para pemilih. Dan yang menjadi sasaran adalah warga DKI Jakarta yang tidak mencoblos pada putaran awal alias golput.

Sejumlah lembaga survei yang melakukan penghitungan cepat memperoleh hasil tingginya angka golput dalam Pilkada Jakarta ini. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mencatat angka golput hampir mancapai 40 persen.

Hasil Lembaga Survei Indonesia menunjukkan angka golput mencapai 35,54 persen. Sedangkan catatan Indobarometer menunjukkan persentase golput sebesar 37,05. Mengambil rata-rata angka itu dan jumlah pemilih pilkada Jakarta sebanyak 6.692.348, maka jumlah golput dalam pilkada putaran pertama sekitar 2,6 juta.

Menurut Suhardi, tim sukses Jokowi tak hanya terfokus mencari suntikan tenaga dari partai dan calon yang gagal di putaran pertama saja. Namun, mereka akan serius menggarap para pemilih yang tak menggunakan haknya ini.

Gerindra dan PDIP, kata dia, akan menggodok formula khusus untuk mendekati mereka yang abstain ini. "Mesin partai kami siap bekerja untuk hal ini. Bagaimana caranya kita bicarakan akhir minggu ini bersama-sama," kata Suhardi.

Suhardi mengimbau kepada warga DKI Jakarta yang belum menggunakan hak pilihnya untuk ikut memilih pada putaran ke dua nanti. "Jangan sia-siakan kesempatan ini. Golput hanya merugikan warga Jakarta, karena tidak membantu terjadinya perubahan," katanya.

Peluang ini juga tak luput dari pengamatan tim sukses Foke. Mereka juga akan membujuk mereka yang tidak mencoblos pada 11 Juli kemarin untuk berduyun-duyun ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 20 September mendatang.

"Kami yakin ini akan segera ada pembenahan karena golputnya tinggi juga. Kami sekarang akan merangsang yang golput-golput akan datang karena golput itu yakin Pak Foke akan menang," kata Ketua DPP Partai Demokrat, Gede Pasek Swardika di Gedung DPR.

Namun demikian, Gede Pasek enggan menyebut trik apa yang akan digunakan untuk merengkuh suara kalangan yang golput di pagelaran pertama ini. "Strategi rahasia yang penting sampai injury time bisa menang, yang penting berlangsung suportif," kata dia. (eh)

Main Series Bareng Nicholas Saputra, Lee Sang Heon Jadi Bisa Masak Orek Tempe
Rizky Nazar dan Syifa Hadju

Tegaskan Hubungan dengan Syifa Hadju Baik-baik Saja, Rizky Nazar: Tidak Ada Orang Ketiga

Aktor Rizky Nazar akhirnya angkat bicara mengklarifikasi kabar miring tentang dirinya yang diduga telah berselingkuh. Diketahui, hubungan asmara Rizky dengan Syifa Hadju.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024