Setelah Kelompok Teroris Solo Kembali Diringkus

Penggerebekan Teroris Depok, Jawa Barat
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

VIVAnews - Polisi kembali meringkus terduga teroris. Rabu pagi, 5 September 2012, pasukan Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri mengepung salah satu rumah di Perumahan Taman Anyelir 2, Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong, Depok, Jawa Barat. ()

Sebagian pintu rumah warga diketuk. Polisi meminta warga ke luar rumah dan mengamankan diri. Hanya ada dua rumah yang tidak diketuk polisi, yakni di Blok F2 nomor 9 dan Blok E1 nomor 1.

Rumah di Blok F2 nomor 9 dan Blok E1 nomor 1 di wilayah RT 03 RW 010 itu, diduga tempat persembunyian buronan polisi. Firman, pria berusia 20 tahun, terduga teroris.

Dari pantauan wartawan VIVAnews di lokasi, sebelum meringkus Firman, terlihat pasukan Densus 88 bersiaga di sejumlah titik.

Mereka mengenakan rompi anti peluru dan bersenjata lengkap. Mereka sudah mengintai dua rumah itu sejak malam.

Petugas keamanan Perumahan Taman Anyelir, Mursyid, kepada VIVAnews menjelaskan, Selasa malam, sekitar pukul 23.30 WIB, sejumlah anggota Densus 88 meminta izin untuk mengintai target mereka. "Mereka izin ke saya untuk mengintai," kata Mursyid.

Kemudian pada pukul 04.30 WIB, anggota Densus 88 mulai bertambah. Sekitar 30 anggota Densus bersenjata lengkap berdatangan, dan langsung menyebar, mengepung perumahan itu. Sejumlah petugas naik ke atap rumah warga yang dekat dengan dua lokasi target.

Satu jam berlalu, tepatnya pukul 05.30 WIB, pasukan Densus 88 mulai menembaki rumah di Blok F2 Nomor 9.

Menurut Mursyid, rumah yang ditembaki itu kosong, alias tak berpenghuni. "Polisi langsung berganti target, mengincar rumah keluarganya (Firman) di Blok E1, yang terletak tepat di depan rumah itu," jelasnya.

Di rumah inilah, Firman akhirnya diringkus. Rumah di Blok E1 itu adalah milik keluarga Nasuha, yang tak lain adalah pamannya. Firman menyerah, ditangkap tanpa melakukan perlawanan.

Kemenhub Pastikan Mudik 2024 Lancar, Intip Daerah Tujuan Terbanyak hingga Angkutan Terfavorit

Firman kemudian digelandang masuk ke dalam minibus hitam. Turut diamankan pula satu unit laptop dan tas ransel warna hitam milik Firman. ()

Peran Firman

5 Minuman Alami Bantu Atasi Radang Tenggorokan Selama Puasa

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Anang Iskandar menyatakan, pelaku yang diketahui bernama Firman itu, diduga anggota jaringan teroris di Solo.

Keberadaan Firman sudah diketahui, setelah operasi penangkapan di Solo pada 31 Agustus 2012 lalu. "Keterlibatannya kami ketahui dari yang ditangkap di Solo," katanya kepada VIVAnews. "Kami mengejarnya hingga ke Depok. Dia masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) kami," tambahnya.

Firman diduga terlibat dan memiliki peran penting dalam aksi teror di Solo belakangan ini. Pada Jumat 17 Agustus 2012, Pos Pengamanan Lebaran di Gemblengan diberondong senjata api. Akibat peristiwa itu, dua anggota yang sedang bertugas mengalami luka tembak.

Selang sehari, Pos Pengamanan Gladak dilempar granat oleh dua orang. Meski tak ada korban jiwa, aksi teror ini membuat panik.

Penyerangan kembali terjadi pada Kamis malam, 30 Agustus 2012. Pos Polisi Singosaren diberondong senjata api. Seorang anggota polisi, Bripka Dwi Data Subekti yang sedang bertugas tewas diterjang empat peluru tajam. 

Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyatakan, Firman diduga terlibat dalam tiga aksi tersebut. "Dia terlibat dari tiga kejadian. Mulai dari yang ada di pos pengamanan lebaran, termasuk korban meninggal dunia di salah satu pos polisi di Solo," kata Kapolri Jenderal Timur Pradopo di Halim Perdanakusumah, Jakarta.

Namun, orang nomor satu di Kepolisian Republik Indonesia itu enggan menyebut secara detil peran Firman dalam jaringannya. Polisi masih memperdalam peranan Firman dalam jaringan teroris di Indonesia.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Jenderal Boy Rafli Amar menyebutkan peran Firman dalam aksi teror di Solo.

Pada aksi serangan pos polisi, malam 17 Agustus 2012, Firman berperan membonceng Farhan --tewas dalam penyergapan pada 31 Agustus 2012 malam. Farhan sendiri berperan sebagai penembak dalam aksi malam lebaran itu.

Sementara itu, kata Boy, dua terduga lainnya, Bayu dan Muchsin--tewas bersama Farhan-- melakukan pengamatan lingkungan di sekitar lokasi pada aksi tersebut. "Mereka ikut dengan motor lain," ujar Boy.

Firman, tambah Boy, juga terlibat dalam serangan di pos polisi Singosaren pada 30 Agustus 2012. Bripka Dwi Data Subekti tewas dalam serangan ini. "Peran Firman adalah yang membonceng, sedang pelaku penembakan adalah Farhan dengan senjata yang dipegangnya," ujar Boy.

Sebelum melakukan aksinya, mereka terlebih dulu latihan menembak. Latihan itu digelar sebelum melancarkan serangkaian aksi teror.

"Yang bersangkutan (Firman) telah ikut kegiatan latihan di wilayah Gunung Merbabu, Boyolali," kata Boy Rafli.

Bersama Farhan dan Muchsin, Firman berlatih senjata. Menurut Boy, latihan itu meliputi cara menembak dan bongkar pasang senjata. "Selain itu, juga melakukan latihan fisik lainnya," tutur Boy.

Boy juga mengatakan, instruktur latihan tembak kelompok ini lebih dari satu orang. Pasalnya, dua terduga teroris yang tewas dalam baku tembak dengan Densus 88 itu dikenal mahir menggunakan senjata api. Meski usia mereka masih sangat muda.

Kelompok Solo

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, teroris di Solo ini merupakan kelompok baru.

Anggotanya pun tidak banyak. Hanya beberapa orang saja. "Mereka hanya sekitar 10 orang," kata Boy.

"DPO ada beberapa kami dalami, tapi kami tidak publikasikan agar tidak semakin jauh. Ada beberapa yang masih dalam pendalaman. Munculnya nama belum bisa kami sampaikan," ujarnya.

"Orangnya tidak banyak, di bawah 10 orang. Tetapi yang jelas sudah diketahui, termasuk tempat mereka menyusun strategi," lanjutnya.

Kelompok teroris ini dalam menjalankan aksinya kerap melakukan kejahatan-kejahatan lain. Salah satunya merampok. "Mereka ingin mencari dan mendapatkan dana dengan cara merampok toko emas. Itu pernah dinyatakan (Bayu)," kata Boy.

Bayu sendiri adalah salah satu anggota teroris di Solo, Jawa Tengah yang ditangkap Densus 88 dalam keadaan hidup. Dua rekannya, Farhan dan Muchsin tewas dalam penggerebekan Jumat malam, 31 Agustus 2012 di Solo. Dari keterangan Bayu, kepolisian dapat melakukan pengembangan terkait teror di Solo.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Timur Pradopo juga menyatakan, teroris di Solo merupakan kelompok baru. Berdasarkan penyelidikan sementara kepolisian, para pelaku diketahui pernah menyelundupkan senjata api dan amunisi dari Filipina ke Indonesia. Sesuatu yang dilarang keras di Indonesia.

Timur Pradopo terkejut mengetahui bahwa usia para pelaku masih sangat belia untuk ukuran dunia keras seperti terorisme. "Ini kelompok jaringan baru. Saya juga kaget karena usia pelaku masih sangat muda yakni 19 tahun," kata Timur di Mapolresta Solo.

Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, jaringan ini diduga telah mempersiapkan sebuah serangan yang sangat berbahaya. "Mereka mempersiapkan teror bom lain," kata Ansyad kepada VIVAnews.

Namun, Ansyaad enggan membuka secara spesifik apa saja yang menjadi target pemboman kelompok ini. Yang jelas, katanya, jaringan ini berencana membidik simbol-simbol negara. Kemudian perorangan dan anggota polisi.

Menurut Ansyaad, jaringan Solo ini terkait dengan jaringan besar teroris di Indonesia dan Filipina. Sejumlah barang bukti yang ditemukan, katanya, memperkuat dugaan ini. Dari fakta jenis peluru yang digunakan, identik dengan peluru yang digunakan jaringan lain.

Pesantren Ngruki

Sama seperti Farhan dan Muchsin, Firman juga pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah.

"Muchsin, Firman dan Farhan juga sama-sama berasal dari Ponpes Ngruki. Yang bukan alumni adalah Bayu," kata Boy Rafli.

Meski begitu, Boy menegaskan, tidak serta merta lembaga pendidikan itu terlibat dalam serangkaian aksi teror di Solo. Menurutnya, Polri akan tetap berusaha proporsional dalam menuntaskan kasus terorisme.

"Bukan berarti karena mereka alumni Ngruki lantas kemudian secara kelembagaan Ngruki terlibat. Kan perencanaan penembakan tidak di sana," katanya.

Kepolisian tidak melihat adanya keterlibatan pondok pesantren yang pernah dipimpin oleh Abu Bakar Ba'asyir itu terlibat dalam berbagai aksi bekas santrinya. Dia melihat Ngruki hanya sebuah lembaga pendidikan yang tidak pernah mengajarkan terorisme.

"Sejauh ini tidak ada bukti yang menyebutkan bahwa mereka ada di balik aksi teror. Kecuali ada bukti-bukti kita bisa melakukan penangkapan," Boy menegaskan.

Direktur Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Ustadz Wahyuddin, sebelumnya menyatakan Farhan dan Muchsin, dua terduga teroris yang tewas dalam baku tembak adalah bekas santri Ngruki.

Namun Wahyuddin menegaskan, pihaknya tidak tahu-menahu menyangkut kasus terorisme yang dilakukan bekas santrinya itu. Selain itu, pihaknya juga tidak lagi bertanggungjawab dengan kegiatan para santrinya yang sudah keluar dari Ngruki.

Wahyuddin mengatakan, setelah ke luar dari Ngruki bisa saja mereka bergaul dengan banyak orang dengan berbagai pengalaman. (eh)

Ilustrasi perkelahian dan pengeroyokan.

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Para anggota TNI itu diduga tak terima Prada Lukman dikeroyok preman di Pasar Cikini, Rabu, 27 Maret 2024. Prada Lukman membela ayah rekannya yang dipalak kawanan preman.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024