Kisah Pembantaian Anak-anak di Tapanuli dan Kejahatan Kemanusiaan

Anak korban pembacokan di gereja tapanuli
Sumber :
  • tvOne

VIVAnews – Jangan selalu menganggap sepele orang stres atau orang gila di sekitar kita. Meski sebagian dari mereka hanya mencelakakan dirinya sendiri, faktanya bahwa banyak dari mereka yang membahayakan orang lain. Bahkan bisa membunuh. Dan itulah yang terjadi di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Minggu 4 November 2012. Sejumlah bocah mati ditangan orang gila bernama Burhan Gultom. Banyak juga yang sekarat.

Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir

Selasa 6 November 2012, kepolisian masih menjaga ketat rumah si pelaku itu. Polisi takut keluarga para korban mengurung rumah itu demi balas dendam. "Penjagaan ini untuk mengantisipasi saja, "kata AKBP Dicky Patrianegara. Kepolisian, lanjutnya, masih menyelidiki kasus ini. Termasuk kemungkinan si pelaku pernah mempelajari ilmu hitam. (

Sejumlah organisasi di Jakarta mengirim para psikolog ke Tapanuli demi memulihkan jiwa anak-anak yang selamat dari "neraka" si gila itu."Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, lepas dari kemungkinan pelaku sakit jiwa. Ini tetap kejahatan terhadap anak yang tak berdosa, perbuatan yang keji," kata Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait.

Perasaan Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Singkirkan Korea Selatan

Komnas Anak, tambah Arist, telah berkoordinasi dengan pemimpin gereja setempat soal pengiriman para psikolog itu. "Perlu ada terapi, pasti para korban mengalami trauma berat. Padahal mereka saat itu sedang berkumpul melakukan aktivitas keagamaan," katanya. (

Sebagaimana luas diberitakan bahwa anak-anak yang menjadi korban dalam kasus ini, sedang mengikuti Sekolah Minggu di Gereja HKBP Simanosor, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah. Keceriaan anak-anak itu berubah menjadi duka dalam sekejap.

Christian Bautista Bakal Tampil di Konser Westlife: The Hits Tour 2024

Suara puluhan anak kecil yang khidmat menyanyikan lagu rohani, mendadak berubah menjadi jeritan yang memilukan. Burhan Gultom tiba-tiba masuk dari pintu samping gereja dan langsung menyabetkan parang membabi-buta ke arah anak-anak kecil itu.

Anak-anak itu pun langsung berlarian keluar gereja sambil menjerit-jerit minta tolong. Tiga dari tujuh anak yang menjadi korban pembacokan, langsung tewas di dalam gereja dengan kondisi mengenaskan. Mereka menderika luka parah di leher akibat dibacok.

Usai membantai anak-anak di dalam gereja, Burhan kemudian mengejar anak-anak lain yang mencoba lari menyelamatkan diri keluar gereja. Sesampainya di luar gereja, seorang warga yang melihat kejadian itu mencoba menenangkan Burhan. Namun alih-alih berhasil, warga itu malah ikut menjadi korban. Tangannya terluka dibacok oleh Burhan.

Setelah itu, Burhan bahkan menantang semua warga di sekitar gereja yang berdatangan ke lokasi. Burhan mengayunkan parangnya ke setiap orang yang mendekatinya. Namun warga tak surut ketakutan. Mereka justru marah melihat anak-anak kecil yang tewas di dalam gereja.

Burhan pun menjadi sasaran amuk warga. Ia akhirnya tewas dihakimi massa. Meski Burhan telah tewas, namun Polsek Sibabangun tetap akan melakukan investigasi terkait peristiwa sadis itu. “Berdasarkan info warga sekitar, pria itu mengalami ganguan jiwa. Tapi kami akan tetap periksa kasus ini walaupun dia sudah tewas. Kami akan minta keterangan dari para saksi,” kata Kapolsek Sibabangun, Iptu Ali Chandra.

Tiga korban tewas dalam peristiwa itu kini sudah diserahkan kepada pihak keluarga, yaitu Cokky Nainggolan, April Pasaribu, dan Yohanna Panggabean. Ketiganya berusia empat tahun. Sementara 5 korban kritis dirawat intensif, yaitu Dapot Pasaribu (5 tahun), Samandar Simanjuntak (8 tahun), Abeng Hutabarat (9 tahun), Ferdinand Sitompul (9 tahun), dan Samuel Pasaribu (14 tahun).

Kejahatan Kemanusiaan

Kapolres Tapanuli Tengah, AKBP Dicky Patrianegara, mengatakan Burhan sudah lama menderita gangguan jiwa. “Warga setempat dan keluarganya juga mengakui itu,” katanya.

Seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya menjelaskan, ia mengetahui Burhan mengidap sakit jiwa sejak lama. Bahkan, sesungguhnya Burhan tidak diperbolehkan pergi keluar rumah oleh keluarganya. Namun saat pembantaian terjadi, orang tua Burhan sedang tidak ada di rumah.

Warga lain menyebut, Burhan tak waras gara-gara tidak tuntas menuntut ilmu gaib. “Dia kabarnya pernah menuntut ilmu, tapi tidak diteruskan. Itulah kenapa dia sering ngamuk-ngamuk,” kata Samuel, ayah Dapot Pasaribu yang menjadi salah satu korban luka terkena bacokan.

Samuel menceritakan, Burhan sehari-hari lebih banyak berdiam diri dan mengkhayal. Tapi sekali kumat, ia sering membuat keributan di kampung. Burhan juga pernah memukuli seorang ibu warga setempat tanpa alasan saat sang ibu berkerja di ladangnya. Meski demikian, keluarga Burhan marah kalau anak mereka dibilang gila oleh warga.

Anak-anak korban sabetan parang Burhan kini dihantui trauma seumur hidup. Arist Merdeka Sirait menegaskan bahwa perbuatan Burhan tidak dapat dibenarkan meski yang bersangkutan mengidap gangguan kejiwaan. Itu adalah kejahatan kemanusiaan.

Tragedi Minggu berdarah di Gereja HKBP Simanosor itu, lanjutnya, harus menjadi momentum bagi semua pihak, termasuk tokoh-tokoh lintas agama, untuk memberikan perlindungan dan rasa aman pada anak-anak, terutama saat mereka menunaikan ibadah. “Ini juga momentum bagi institusi-institusi agama untuk menggalakkan gerakan anti pelanggaran hak asasi manusia,” ujar Arist.

Bupati Tapanuli Tengah, Bonaran Situmeang, juga prihatin atas tragedi itu. Dia mengatakan, semua pengobatan utnuk para korban luka ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah. Bonaran juga mendukung polisi terus menyelidiki peristiwa itu mesti tersangka sudah tewas.

Film Badarawuhi di Desa Penari

Film Badarawuhi di Desa Penari Bakal Tayang di 28 Negara Bagian AS

Kabar membanggakan datang dari dunia perfilman Tanah Air. Film produksi MD Pictures berjudul Badarawuhi di Desa Penari akan segera tayang di Amerika Serikat.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024