Wirausaha Marak, Ekonomi Tumbuh Pesat

Ilustrasi Usaha Kecil Menengah.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Kegiatan wirausaha atau entrepreneur terus berkembang pesat dari waktu ke waktu, seiring meningkatnya keinginan masyarakat untuk menyejahterahkan dirinya.

Mobil Listrik Vinfast Pakai Sistem Sewa Baterai, Segini Biayanya

Hal itu, sejalan dengan rencana pemerintah maupun pihak swasta yang giat menggalakkan program pengembangan wirausaha nasional agar bisa bersaing dengan pihak asing dalam mendukung pertumbuhan ekonomi ke depan.

Melihat perkembangan pesat ini, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan, jumlah wirausaha baru hingga 2025 ditargetkan akan bertambah sebanyak lima juta orang.

Dominasi Skuad Timnas U-23 di Piala Asia, Menpora Dito Akan Terus Maksimalkan PPLP dan SKO

"Sampai 2015, direkomendasikan peningkatan jumlah wirausaha baru 500 ribu per tahun atau lima juta hingga 2025," kata Darmin Nasution, dalam acara 'Global Entrepreneurship Week' di Jakarta, Senin 12 November 2012.

Bank Indonesia, mulai tahun ini melakukan program kerja 'Penciptaan Wirausaha Baru'. Sebagai proyek percontohan program ini, selain dilaksanakan di kantor pusat BI juga dilaksanakan di tujuh Kantor Perwakilan Bank Indonesia yaitu Surabaya, Bandung, Semarang, Makassar, Denpasar, Palembang dan Yogyakarta, dengan target kelompok yang dipilih adalah mahasiswa, eks Tenaga Kerja Indonesia dan juga masyarakat umum. 

Pengakuan Pelatih Yordania Jelang Laga Lawan Timnas Indonesia U-23

Khusus untuk di kantor pusat, target yang dipilih adalah kelompok mahasiswa dari empat perguruan tinggi yaitu Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulllah. 

Darmin mengaku bahwa pihaknya telah memberikan perhatian yang lebih untuk kegiatan wirausaha. Salah satunya dengan memberikan bantuan dana sosial senilai Rp3 miliar. Dana ini rencananya digunakan untuk membantu para wirausaha dalam mengembangkan usahanya. 

Bank Indonesia, kata Darmin, juga menyambut baik program tanggung jawab sosial sejumlah perusahaan seperti Ciputra Group yang memberikan perhatian lebih pada kegiatan wirausahawan muda. Sebab, kegiatan ini dapat memajukan kegiatan ekonomi Indonesia.  

Enam Hambatan

Namun, upaya untuk menopang kegiatan ekonomi melalui kewirausahaan itu juga tidak mudah. Wakil Presiden Boediono mengingatkan, ada enam hal yang akan menjadi hambatan perkembangan bisnis yang terus berulang setiap tahunnya.

Menurut Boediono, hambatan pertama adalah lemahnya ketertiban dan penegakan hukum. Wilayah-wilayah yang rawan oleh gangguan keamanan bisa dipastikan tidak akan ada investor yang bersedia masuk ke dalam wilayah tersebut.

"Gangguan keamanan termasuk pungutan liar," kata Boediono dalam pembukaan Global Entrepreneurship Week itu.

Hambatan kedua adalah pentingnya stabilitas ekonomi makro. Jika ekonomi makro naik turun, akan menimbulkan spekulasi dan mempengaruhi produktivitas wirausaha Indonesia.

Indonesia, Wapres menambahkan, berhasil menjaga stabilitas ekonomi dengan menggunakan cara-cara konservatif. "Seringkali Indonesia dikritik terlalu konservatif. Namun, pengalaman banyak negara, sikap prudent konservatif merupakan strategi terbaik di tengah ketidakpastian ekonomi dunia," papar mantan gubernur Bank Indonesia ini.

Persoalan ketiga adalah infrastruktur yang buruk. Infrastruktur yang buruk akan mempengaruhi biaya bisnis, sehingga biaya keseluruhan akan meningkat.

Kendala selanjutnya, Boediono menjelaskan, adalah banyaknya regulasi yang menghambat. Di tengah semangat otonomi daerah, Wapres menemukan banyaknya peraturan daerah yang justru menghambat pertumbuhan wirausaha di Indonesia.

Faktor kelima adalah layanan perbankan yang belum menjangkau sektor informal. Boediono meminta perbankan untuk menyediakan layanan finansial, baik untuk bisnis besar maupun mikro.

Hambatan terakhir adalah ketersediaan tenaga kerja yang terlatih, yang selama ini menjadi keluhan industri menengah dan besar. Untuk mengatasi keenam hambatan ini, Boediono meminta kepada swasta bersama pemerintah untuk membentuk forum bersama untuk memecahkan keenam masalah itu.

Peran Swasta

Seolah ingin menangkap permintaan pemerintah itu, sudah bukan rahasia umum, jika pemilik Ciputra Group, Ir. Ciputra, terkenal sangat peduli dengan kegiatan wirausaha itu. Walaupun telah memiliki 15 sekolah dan empat universitas untuk menularkan jiwa kewirausahaan yang dimilikinya, dirinya masih memiliki ambisi untuk menularkan jiwa wirausaha dari Sabang hingga Merauke.

Sebab, Indonesia dinilai masih kekurangan wirausaha karena selama 350 tahun dijajah Belanda. Saat itu, orang-orang keturunan Tionghoa diperbolehkan untuk usaha dan meminjam uang di bank, sedangkan warga pribumi hanya menjadi kuli. "Bahkan, ada joke kenapa Indonesia bisa mendapatkan medali olimpiade di cabang angkat besi, karena telah menjadi kuli selama 350 tahun," kata dia dalam acara yang sama.

Kini, bangsa Indonesia telah merdeka dan sudah saatnya mengubah mindset masyarakat untuk memiliki mental mandiri dan berjiwa wirausaha. Sayangnya, sekitar 3.000 lembaga pendidikan di Indonesia tidak mengajarkan bagaimana caranya untuk menjadi wirausaha, melainkan menjadi profesional.

Untuk mengatasi hal tersebut, Ciputra membangun sekolah dan universitas yang menanamkan jiwa kewirausahaan. Namun, hal itu juga dirasa tidak cukup, mengingat luasnya wilayah Indonesia. Untuk itu, dirinya mengajak bank-bank Badan Usaha Milik Negara untuk menjadi ujung tombak pelatihan kewirausahaan.

"Kami telah mendirikan Ciputra Center, namun tidak puas. Untuk itu, kami mengajak Bank Indonesia dan bank BUMN mendirikan incubator center dari Sabang hingga Merauke sampai tingkat kecamatan," ujar pria yang memiliki aset hingga Rp30 triliun ini.

Dengan menggandeng bank BUMN, menurutnya, para manajer bank di tingkat kecamatan dapat menjadi mentor dan membina para wirausaha di daerah-daerah. Dan ia yakin, untuk menjadi wirausaha tidak dibutuhkan lulusan sarjana tapi yang terpenting adalah semangat dan jiwa wirausaha.

"Bank-bank di daerah ini yang akan menjadi pusat inkubator dan para manajer bank ini yang paling pintar untuk membina mereka. Teman-teman kita yang di Papua mungkin malas belajar sejarah dan geografi. Namun, jika diajarkan entrepreneur pasti semangat, karena entrepreneur mengajarkan ilmu kehidupan," katanya.

Kiat Sukses Berwirausaha

Sementara itu, sejumlah tokoh di antaranya Ir. Ciputra, Chairul Tandjung, dan Dahlan Iskan mengungkapkan kisah dan sarannya bagaimana menjadi wirausahawan sukses.

Ciputra mengungkapkan, untuk mengembangkan usaha, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melestarikan budaya Indonesia. "Setiap hari baca buku suci Anda. Dari buku itu Anda akan mengerti bagaimana menghasilkan moral yang baik, sehingga menghasilkan budaya dan peradaban yang baik," kata dia.

Ia melihat, Indonesia memiliki budaya yang unik, dengan modal seni yang luar biasa. Sayangnya, budaya tersebut tidak bisa dikelola dengan baik. "Kita masih kalah dengan Malaysia. Mereka bisa exsplore budayanya," tegas Ciputra.

Ciputra pun menyarankan, sebelum memasarkan produk, para wirausahawan muda harus terlebih dulu melestarikan budaya bangsa. Mulai dari membuat, hingga memasarkan produk. "Kemas produk Anda dengan keunikan budaya. Misalnya, jika Anda membuka usaha batik, kalau dengan motif lama tidak laku, Anda harus ke luar dan cari motif baru. Oleh karena itu, gali budaya kita," ujarnya.

Setelah menemukan motif yang unik, langkah yang harus dilakukan adalah membuat merek, sehingga hasil karyanya dikenal masyarakat luas. "Anda harus fokus untuk distribusi dan pakai cara franchise. Jangan dijual sendiri," tuturnya.

Sedangkan untuk metode penjualannya, dia menyarankan, sebaiknya dijual secara online. Selain ongkosnya tidak terlalu mahal, teknologi informasi ini juga mudah diakses oleh masyarakat di seluruh dunia. "Online itu yang paling modern. Kami pernah memberikan pelatihan dan produknya dijual online. Lakunya bukan main," ungkap Ciputra.

Sedangkan Chairul Tandjung menilai bahwa setiap pengusaha pasti akan mengalami fase kegagalan dalam mengembangkan bisnisnya. Untuk itu, seorang pengusaha wajib menjadikan kegagalan itu sebagai sahabat baik. Sebab, seorang pengusaha tidak pernah lari dari tanggung jawab dan siap untuk bangkit dari kegagalan.

Menurut pemilik Trans Corporation ini, tidak ada satu pun orang besar yang hidupnya lurus. "Pasti penuh dengan jatuh bangun, jadi kalau Anda mau jadi orang besar, terbiasalah dengan kegagalan," katanya juga dalam acara 'Global Entrepreneurship Week' di Jakarta, Senin.

Menurut CT, panggilan akrabnya, bagi seorang berjiwa wirausaha harus menjadikan kegagalan sebagai sahabat baik. Dengan menjadi sahabat baik, seorang wirausaha dapat memetakan karakteristik kegagalan dan pada akhirnya dapat menghindari kegagalan.

Jika seorang pengusaha dalam keadaan terpuruk, lanjutnya, misalnya di tengah tumpukan utang, harus dihadapi, bukan melarikan diri. Caranya, mencoba berbicara dengan transparan kepada kreditor dengan membawa bukti-bukti. "Ungkapkan dengan baik, beri bukti-bukti, biasanya bank mau memberikan Anda tambahan kesempatan berupa waktu pembayaran yang lebih lama," kata CT.

Setelah menyelesaikan pembenahan utang, kata  pemilik TransTV, Bank Mega, dan Carrefour ini, baru saatnya pengusaha bangkit dan mulai melakukan pembenahan di sektor internal.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, mengatakan bahwa untuk menjadi seorang wirausaha, diperlukan daya tahan yang luar biasa. Seorang pengusaha pemula harus fokus menekuni bisnisnya, tanpa terpengaruh godaan memikirkan bisnis lainnya sebelum sukses.

"Seorang pengusaha pemula harus tahan banting. Tidak boleh bermewah-mewahan terlebih dahulu, karena nanti ekspektasinya besar," kata dia.

Dahlan menjelaskan, penyakit pengusaha pemula adalah ingin cepat-cepat mengembangkan usahanya agar menjadi besar. Lalu, mengerjakan banyak hal dan memiliki banyak cabang di mana-mana. Padahal, usaha yang baik adalah usaha yang bertumbuh dengan wajar.

Untuk itu, ia meminta para pengusaha untuk tidak melihat Dahlan Iskan saat ini, melainkan dirinya saat mulai merintis usaha dalam 10 tahun pertama. Sebab, kebanyakan para pengusaha yang sukses dan menjadi konglomerat itu fokus dalam satu bidang dalam 10 tahun pertama sebelum merambah ke bisnis lainnya.

Menurut dia, dalam 10 tahun pertama, godaan yang dialami sangat besar, dari ingin bermitra hingga tawaran kerja sama. "Tinggal diri kita mau pegang teguh dengan bisnis atau tidak fokus. Nanti, setelah sudah berkembang, baru mengembangkan bisnis ke samping," papar mantan chief executive officer Jawa Pos Group ini.

Mantan direktur utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) ini juga mengingatkan bahwa untuk menjadi seorang wirausaha tidak gampang. Karena itu, hanya segelintir orang yang berhasil menjadi pengusaha. Orang yang berjiwa pengusaha mampu bangkit saat bisnisnya jatuh.

Ia mencontohkan bagaimana pada krisis ekonomi 1998, ia terpaksa menjual mobilnya untuk membayar pinjaman bank. "Kalau sudah jatuh tidak bisa bangkit, dia tidak memiliki jiwa pengusaha," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya