Proyek Dimulai, MRT Jakarta Bukan Sekedar Mimpi

Jokowi Hadiri Peluncuran MRT
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy
VIVAnews
Pemain Ini Cocok Gabung Man City, Kata Aguero
- Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, meresmikan peluncuran pembangunan proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Kamis, 2 Mei 2013. Peresmian ini sebagai tanda dimulainya pembangunan transportasi massal berbasis rel yang mampu mengangkut penumpang hingga 412 ribu per hari.

Ungkapan Airlangga Hartarto Kalau Golkar Bangga Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024

Di tengah kemacetan Jakarta, Kamis sore kemarin, Jokowi mengumumkan pemenang tender pembangunan proyek MRT. Sebuah panggung kecil dengan karpet merah disiapkan di samping air mancur HI.
Sedang Tersandung Kasus Penyalahgunaan Narkoba, Ammar Zoni Ungkap Doa untuk Anak dan Kelurga


Jokowi yang mengenakan kemeja putih terlihat didampingi direktur MRT Dono Boestami, Kepala Bapeda Sarwo Handayani, Kepala Dinas Perhubungan Udar Pristono, dan sejumlah komisaris PT MRT dan Direktur Japan International Cooperation Agency (JICA), Sasaki Atsumi.

Latar panggung tempat acara digelar terlihat spanduk besar bertuliskan 'MRT Jakarta Dimulai. Lebak Bulus - Bundaran HI (FASE 1)'. Sebagai seremonial dimulainya proyek MRT, Jokowi memukul gong sebanyak lima. Dan kini, MRT bukan lagi sekedar mimpi.

"Atas Rahmat Allah, setelah menunggu 24 tahun, dengan ini pembangunan MRT resmi dimulai," katanya.

Orang nomor satu Jakarta itu kemudian memperlihatkan desain stasiun MRT bawah tanah. Tiga stasiun yang akan dibangun sepanjang jalur Bundaran Hotel Indonesia hingga Al Azhar. Dan proyek ini diperkirakan akan rampung pada 2017, mundur satu tahun dari recana awal yang harusnya sudah bisa dioperasikan pada 2016.

Menurut Jokowi, semua permasalahan administrasi dan keuangan dalam proyek ini sudah selesai. Tidak ada lagi penundaan. Dan mulai hari ini langsung dilakukan percepatan meski ada perusahaan yang menyampaikan sanggahan terhadap hasil tender MRT.


"Kalo bisa mulai besok kontraktor pemenang bisa mulai konstruksi. Argo sudah jalan," katanya.


Proyek pembangunan tahap satu ini berjarak 5,9 km, dari total sepanjang 15,7 km. Tahap pertama ini akan dikerjakan dalam tiga paket. Paket satu dan dua akan dikerjakan konsorsium gabungan perusahaan Jepang dan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu Shimizu Obayashi, Wijaya Karya dan Jaya Construction Joint Venture. Sementara Sumitomo Mitsui Construction Company (SMCC) dan Hutama Karya Joint Operation dipilih untuk satu paket sisanya.


Bantuan dari Jepang Sudah Bisa Dicairkan

Direktur JICA, Sasaki Atsumi, dalam kesempatan itu ikut memastikan pinjaman yang disiapkan untuk pembangunan MRT sebesar 125 miliar Yen sudah bisa dicairkan. Berbagai proses administrasi menurutnya sudah dipenuhi.


Sasaki Atsumi berharap pembanguan MRT tahap satu berjalan lancar dan tepat waktu. Setelah pengerjaan tahap satu selesai, kerja sama akan dilanjutkan dengan program lainnya. Ia berharap bisa melakukan kerjasama dibidang transportasi masal lainnya.


Direktur Utama PTĀ  MRT, Dono Boestami menambahkan, para konsorsium pemenang tender saat ini tinggal menandatangani kontrak. Seluruh renegosiasi sudah selesai dan masalah administrasi tinggal kelengkapan saja.


Menurut Dono, dengan penandatanganan kontrak nanti, para pemenang tender akan mendapatkan uang muka sebagai tanda jadi dan dimulainya pembangunan fisik.


Tiga paket tahap pertama ini yang akan dibangun senilai Rp3,6 triliun. Semuanya untuk pembangunan jalur dan stasiun bawah tanah. Nilai per paket sebesar Rp1 triliun lebih.


"Kontrak bisa ditandatangani besok. Ini sesuai dengan habisnya masa sanggah. Dan dengan ini mereka sudah tidak boleh mundur dari pembangunan," katanya.


Kendala-kendala Pembangunan MRT

Proyek yang bertujuan untuk mengatasi kemacetan dan memudahkan mobilitas penduduk Jakarta, harusnya sudah dimulai pada akhir 2012 lalu. Karena masalah administrasi dan birokrasi yang berbelit-belit, membuat pengumuman pemenang tender untuk proyek ini ikut tertunda. Demikian juga untuk pencairan dana hibah dari Pemerintah Jepang.


Jokowi sebelumnya juga menolak memenuhi permintaan Kementerian Keuangan untuk menandatangani surat kesediaan bertanggungjawab mutlak. Namun belakangan, pemerintah pusat mengalah dan membiarkan surat itu ditandangani pejabat lain yang diberi kuasa oleh gubernur.


Mass Rapid Transit Jakarta dibiayai pemerintah melalui pinjaman luar negeri pemerintah ke pemerintah dari Japan International Cooperation Agency (JICA). Pembangunannya sudah mulai direncanakan sejak tahun 2002 saat Sutiyoso menjadi Gubernur DKI Jakarta. Biaya, konsep dan desain proyek sudah dirancang.


Meski kendala administrasi sudah diselesaikan, proyek MRT ini bukan tanpa kendala. Sebagai tahan awal pembangunan, PT MRT diwajibkan melakukan pelebaran jalan dan membuat strategi manajemen lalu lintas yang baik.


Ini dilakukan agar kemacetan parah dapat diatasi. Karena pada pengerjaan tahap I ini, lalu lintas di kawasan Lebak Bulus hingga Bunderan Hotel Indonesia (HI) dipastikan mengalami kemacetan.


Kementerian Perhubungan sudah mempunyai
road map
untuk pembangunan transportasi massal sejak 1980. Bila tahun itu kendalanya ada di pendanaan, namun untuk saat ini lebih banyak kendala teknis.


Karena itu, hal teknis penting diselesaikan, karena pada pengerjaan gorong-gorong di sepanjang Jalan Sudirman saja, lalu lintas Jakarta sudah semrawut. Karena itu, rekayasa lalu lintas sangat diperlukan untuk menyesuaikan dengan pola operasional bus Transjakarta yang nantinya akan bersinggungan dengan operasi MRT Jakarta.


Belum lagi hambatan jaringan utilitas dan penurunan permukaan tanah di bawah jalan di sepanjang kawasan Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia. Hambatan jaringan utilitas bawa tanah itu adalah pemindahan kabel optik telekomunikasi, pipa air bersih milik Palyja, pipa air limbah milik perusahaan daerah pengolahan air limbah (PD PAL) DKI dan listrik.


Karena itu, prediksi titik kemacetan akibat pembangunan MRT Jakarta selama dalam tahap konstruksi maupun setelahnya, perlu diantisipasi seperti pembukaan jalur alternatif.


Saat ini Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta sedang melakukan pelebaran jalan sebanjang 1,7 km dari TB Simatupang-Cipete. Pelebaran jalan sebesar 1,5-2,5 meter di sisi Jalan Fatmawati yang diharapkan dapat meminimalisasi dampak pembangunan MRT Jakarta.


Pelebaran jalan tersebut dilakukan selain untuk peningkatan pelayanan lalu lintas, bisa juga dijadikan sebagai area pejalan kaki setelah MRT beroperasi nanti.


Apa itu MRT?

Sistem MRT (Mass Rapid Transit) ini diproyeksikan untuk mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat dari daerah pinggir kota ke dalam kota dan mengantarkannya kembali ke daerah penyangga (sub urban). Jenis yang akan dibangun oleh PT MRT Jakarta adalah MRT berbasis rel jenis
Heavy Rail Transit.


Jika dilihat dari bentuk fisiknya, ada tiga macam sistem MRT. Dua yang pertama adalah BRT (Bus Rapid Transit) atau LRT (Light Rail Transit). Termasuk dalam LRT adalah kereta api rel listrik yang dioperasikan menggunakan gerbong pendek, seperti monorel. Yang ketiga adalah Heavy Rail Transit itu yang memiliki kapasitas besar seperti kereta api Jabodetabek.


Dengan dioperasikannya sistem MRT ini, diharapkan warga beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal. MRT Jakarta direncanakan bakal meningkatkan kapasitas transportasi publik secara signifikan. Kapasitas angkut MRT Lebak Bulus ke Bundaran HI diharapkan mencapai sekitar 412 ribu penumpang per hari.


Selain itu, dipastikan terjadi penurunan waktu tempuh. Dari Lebak Bulus sampai Bundaran HI yang tadinya bisa memakan waktu 1-2 jam pada waktu sibuk, nanti dapat dilintasi hanya 30 menit. Sedangkan dari Lebak Bulus sampai Kampung Bandan, sekitar 52,5 menit saja. Rencananya masing-masing stasiun yang dibangun akan berintegrasi dengan moda angkutan umum lainnya.


MRT merupakan transportasi massal berbasis rel yang membentang sekitar 110,8 kilometer. MRT ini terdiri dari koridor selatan-utara (Lebak Bulus-Kampung Bandan) sepanjang 23,8 kilometer dan koridor timur-barat sepanjang 87 kilometer.


Untuk diketahui MRT tahap I rute Lebakbulus - Bundaran HI terbentang sepanjang 15,5 kilometer dilengkapi 14 stasiun, meliputi 8 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah, serta satu depo yang terletak di Lebakbulus, Jakarta Selatan.


Delapan stasiun layang menyebar di Lebakbulus, Fatmawati, Jalan Cipete Raya, Jalan Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja. Sedangkan 6 stasiun bawah tanah terletak di sepanjang Istora Senayan, Bendungan Hilir, Setia Budi, Dukuh Atas dan Bundaran HI.


Baca juga:







Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya