Hassan Rohani Presiden Baru, Iran Jadi Lebih Moderat?

Presiden Iran, Hassan Rouhani.
Sumber :
  • REUTERS/Fars News

VIVAnews - Hassan Rohani menang telak pada pemilihan presiden Iran Jumat pekan lalu. Dibekingi oleh kelompok moderat, Rohani berhasil mendulang suara dari rakyat yang jenuh dengan kepemimpinan konservatif dan penuh konflik ala Mahmoud Ahmadinejad.

"Saya belum pernah sebahagia ini selama empat tahun. Akhirnya mereka menghargai suara kami. Ini adalah kemenangan bagi reformasi dan kita adalah reformis," kata seorang warga, Mina, seperti dikutip Reuters, Sabtu. Mina adalah satu dari ribuan orang yang turun ke jalan Teheran merayakan kemenangan Rohani.

Rohani memenangkan 50,81 persen suara. Rival terkuatnya dari lima kandidat lain hanyalah Walikota Teheran Mohammad Baqer Qalibaf, itupun terpaut jauh, hanya 16 persen suara. Dengan jargon kampanye kebebasan berekspresi dan hak yang sama untuk wanita, Rohani berhasil merebut hati kaum moderat dan liberal.

Pria 64 tahun ini bukan anak baru di perpolitikan Iran. Pria kelahiran tahun 1948 di provinsi Semnan ini terkenal baik sebagai ulama dan politisi ulung. Dia memulai karirnya usai Revolusi Iran tahun 1979 sebagai anggota parlemen. Pria dengan tiga gelar pendidikan ini juga dikenal sebagai ulama senior Syiah dan anggota Dewan Ahli.

Saat perang Iran-Irak tahun 1980an, Rohani adalah Komandan Pertahanan Udara Nasional. Setelah perang berakhir, dia menjabat sebagai sekretaris Dewan Keamanan Tinggi Nasional selama 13 tahun sebelum Ahmadinejad memimpin.

Saat kekerasan pasca terpilihnya kembali Ahmadinejad tahun 2009 terjadi, Rohani berada di kubu mantan presiden Mohammad Khatami yang memimpin Gerakan Hijau. Saat itu, dia mengatakan, "protes ini wajar dan populer, harus diperbolehkan."

Namun yang paling menonjol dalam kariernya adalah saat dia menjabat sebagai kepala negosiator program nuklir Iran tahun 2003 hingga 2005, membuatnya dijuluki sebagai "Syeikh Diplomat".  Saat dia bertugas, hubungan Iran dengan Barat akur. Pasalnya, Rohani sepakat menghentikan pengayaan uranium mereka dan siap bekerja sama dengan pengawas nuklir internasional.

Barulah pada kepemimpinan Ahmadinejad hubungan Iran-Barat kembali renggang. Ahmadinejad dengan sporadis meningkatkan pengayaan uranium dan menantang pengaruh Amerika Serikat. Akhirnya, sanksi dan embargo menghujani Iran.

Hal ini jugalah yang disinggung oleh Rohani dalam debat kepresidenannya. Dia mengatakan bahwa Iran berhak memproduksi nuklir, tapi perlu pengakuan internasional atas hal tersebut. Satu-satunya cara mewujudkannya adalah bekerja sama dengan komunitas internasional, bukan menentangnya.

Harapan bagi Barat

Pemerintah Amerika Serikat menaruh harapan besar pada Rohani yang akan dilantik bulan depan. Dalam pernyataannya, Gedung Putih menyatakan siap berdiskusi langsung dengan Rohani mencari solusi diplomatis nuklir Iran.

Selain itu, AS berharap Iran di bawah kepemimpinan Rohani bisa lebih demokratis. "Harapan kami adalah agar pemerintah Iran bisa memenuhi aspirasi rakyatnya dan membuat pilihan yang bertanggung jawab dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi rakyat Iran," kata pernyataan AS, seperti dilansir Reuters.

Hal serupa sebelumnya juga telah disampaikan oleh Rohani. Dalam kampanyenya dia mengatakan bahwa Iran sudah seharusnya merengkuh AS, negara superpower, dan meningkatkan hubungan dengan komunitas
internasional.

"AS adalah realitas dunia yang tidak bisa diabaikan. AS adalah negara superpower dan nomor satu di bidang ekonomi, militer dan ilmu pengetahuan," kata Rohani, dikutip dari al-Arabiya.

Namun, hal ini diragukan Israel. Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataan resminya menegaskan bahwa Rohani tidak punya pengaruh apa-apa soal keputusan program nuklir Iran. Mereka mengatakan, keputusan mutlak datang dari pemimpin tertinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei.

"Program nuklir Iran sejauh ini ditentukan oleh Khamenei, bukan oleh presiden Iran. Setelah pemilihan, Iran masih akan melanjutkan program nuklirnya, begitu juga dengan tindakan terorisme mereka," kata Israel diberitakan Ynet.

Israel juga membantah bahwa Rohani adalah tokoh yang moderat. "Presiden Iran dipilih oleh Khamenei, dia mendiskualifikasi dan melarang kandidat yang tidak mematuhi pandangan ekstremisnya," tulis Israel lagi.

Memang menurut peraturan di Iran, para kandidat disaring dulu oleh Khamenei dan Dewan Pelindung. Dari 680 orang yang mendaftar, hanya delapan yang lolos seleksi. Dua di antaranya belakangan didiskualifikasi.

Namun Trita Parsi, Presiden Dewan Nasional Iran Amerika kepada Washington Post menyatakan dia yakin bahwa Rohani bisa membujuk Khamenei dalam hal nuklir Iran. Ada tiga alasan mengapa Khamenei akan bisa manut pada Rohani.

Alasan pertama, kata Parsi, Rohani kemungkinan akan memilih anggota kabinet dan pegawai kementerian yang seperti dirinya, pragmatis dan teknokrat. Orang-orang konservatif yang telah bekerja di lembaga pemerintahan selama delapan tahun kepemimpinan Ahmadinejad kemungkinan akan didepak.

Indonesian Rupiah Exchange Rate Increases

Kedua, Rohani punya catatan baik soal mencari "persamaan kepentingan" antara Barat dan Iran. Dengan cara ini, Rohani diprediksi akan mampu memuaskan Barat dan Khamenei sekaligus.

Ketiga, Rohani memiliki pemahaman bahwa resiko konfrontasi lebih besar daripada resiko berkompromi. Rohani akan punya cara untuk meyakinkan Khamenei bahwa pendekatan kepada Barat tidak mesti merusak martabatnya sebagai pemimpin tertinggi Iran. (kd)

Juru Bicara MK, Fajar Laksono.

MK Sebut Sidang Sengketa Pileg Dimulai 29 April 2024

Mahkamah Konstitusi (MK) menyebut sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) untuk calon anggota legislatif atau sengketa Pileg 2024 bakal dimulai 29 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024