AS Mulai Gatal Gempur Suriah

Tentara Pembebasan Suriah hendak memakamkan rekan mereka yang tewas
Sumber :
  • REUTERS/Trad al-Zouhouri//Shaam News Network/Handout
VIVAnews
Deretan Negara yang Memiliki Work Life Balance Terbaik di Dunia, Adakah Indonesia?
- Konflik di Suriah - yang sudah berjalan dua tahun lebih - akan memasuki babak baru, paling cepat pekan ini. Perang saudara di negeri itu akan berkembang menjadi masalah internasional bila Amerika Serikat dan para sekutunya sampai memutuskan ikut campur tangan.

Kubu 03 Batal Hadirkan Kapolda, Yusril: Gara-gara Saya Gertak, Enggak Berani Muncul

Pejabat AS mulai terbuka mengutarakan niat pemerintahnya untuk gelar operasi militer di Suriah. Walau akan menjadi kontroversial, mengingat militer AS sedang berhemat karena menghadapi masalah anggaran, Washington menyatakan tidak bisa berdiam diri melihat perang saudara di Suriah terus telan banyak korban jiwa, bahkan sudah memakai senjata kimia.
Terpopuler: Desta Puji Natasha Rizky sampai Tetangga Ayu Ting Ting Buka Suara


AS sudah lama curiga bahwa rezim Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia untuk menumpas kelompok pemberontak, yang terus melawan dalam dua tahun terakhir. Kecurigaan Washington atas rezim Assad makin kuat setelah terjadi serangan senjata kimia atas penduduk Kota Ghouta pekan lalu sehingga menewaskan banyak warga sipil, termasuk anak-anak. 

Sinyalemen akan adanya operasi militer dari AS ini sudah dilontarkan Menteri Pertahanan Chuck Hagel. Dalam wawancara yang disiarkan stasiun berita BBC Selasa kemarin, Hagel mengungkapkan bahwa pasukan Amerika "siap" melancarkan serangan atas target-target di Suriah bila sudah ada perintah dari Presiden Barack Obama.

"Kami telah menempatkan aset-aset yang mampu menjalankan dan memenuhi opsi apapun yang ingin diambil presiden [Obama]," kata Hagel, yang awal pekan ini tengah menjalani lawatan ke sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia pada Senin kemarin. 

Pernyataan Hagel itu muncul setelah koleganya, Menteri Luar Negeri John Kerry, Selasa kemarin menyatakan bahwa telah terjadi serangan senjata kimia di Suriah pekan lalu. Kecurigaan AS mengarah ke rezim Assad sebagai pelakunya.

"Pembantaian secara serampangan atas warga sipil, pembunuhan perempuan dan anak-anak serta warga yang tidak bersalah oleh senjata kimia merupakan pelanggaran moral. Atas standar apapun, itu tidak dapat dimaafkan dan - walau banyak alasan dan penjelasan yang dibuat - ini tidak dapat disangkal," kata Kerry dalam pernyataan yang dimuat di laman Departemen Luar Negeri AS Selasa waktu Washington DC.


Di saat yang bersamaan, AS pun berkonsolidasi dengan para sekutunya. Menurut Huffington Post, Obama pada Selasa menelpon Perdana Menteri Inggris, David Cameron untuk membicarakan krisis Suriah.


Sejak serangan senjata kimia di Ghouta Rabu pekan lalu, Obama dan para pejabatnya telah menelpon para pemimpin mancanegara sedikitnya 88 kali. Dalam satu pekan, Obama sudah menelpon Cameron dua kali untuk membicarakan topik yang sama.


Seperti AS, Inggris juga berkonsolidasi. Cameron, seperti diungkapkan BBC, meminta parlemen menggelar sesi khusus membahas langkah Inggris atas Suriah. "Dunia tidak dapat berdiam diri setelah melihat kematian yang mengerikan dan penderitaan yang diduga akibat senjata kimia," kata Cameron.


Presiden Prancis, Francois Hollande, menyatakan pihaknya "siap menghukum" siapapun yang berada di balik serangan itu. Dia sudah memutuskan untuk menambah dukungan militer kepada kubu oposisi di Suriah yang melawan rezim Assad.


Sebelumnya, Liga Arab telah menuduh rezim Assad telah menggunakan senjata kimia terhadap warga sendiri. Sebagai anggota Liga, Arab Saudi menyerukan seluruh komunitas internasional mengeluarkan langkah tegas dan serius dalam upaya menghentikan kekejaman rezim Assad.


"Penolakan terhadap rezim Suriah adalah bentuk keseriusan dan kesungguhan Arab dalam upaya ini. Langkah ini memerlukan juga dukungan dari komunitas internasional untuk menghentikan tragedi kemanusiaan yang menimpa rakyat Suriah," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Saud al-Faisal, seperti diberitakan stasiun berita al-Arabiya.


Persiapan Militer

Menhan Hagel maupun pejabat AS lainnya belum terang-terangan mengungkapkan kapan operasi militer itu berlangsung. Mereka juga belum memaparkan operasi militer seperti apa yang akan terjadi, apakah hanya serangan udara, bombardir dari laut, pengiriman tentara, atau gabungan dari ketiga elemen itu.


Namun, kalangan media massa sudah mengais-ngais gambaran operasi militer AS itu. Stasiun berita NBC News, Selasa 27 Agustus 2013, mengutip sumber anonim di Washington yang mengungkapkan bahwa operasi militer paling cepat akan dimulai Kamis pekan ini.


Departemen Pertahanan AS saat ini dikabarkan telah merampungkan rencana untuk penyerangan ke Suriah selama tiga hari. Menurutnya, serangan ini bukan untuk menggulingkan Assad, tapi sebagai pesan bagi pasukan Suriah untuk tidak membantai rakyat sipil.


Sumber itu menjelaskan, serangan kemungkinan besar akan diluncurkan dari kapal perang Angkatan Laut atau kapal selam di Laut Mediterania. Dalam beberapa hari terakhir ini, AS telah merapatkan kapal perangnya ke Suriah, yang terletak di wilayah timur Mediterania.


AS diperkirakan akan menggunakan rudal Tomahawk. Rudal ini memiliki presisi sempurna, tidak hanya mampu mengincar gedung, bahkan jendela tertentu dalam bangunan itu bisa ditarget. Rudal ini bahkan bisa ditembakkan dari wilayah paling barat Mediterania.


Menurut sumber di Angkatan Laut AS, empat kapal perang destroyer telah siap melancarkan serangan, USS Barry, USS Mahan, USS Ramage dan USS Gravely. Selasa waktu setempat, kapal destroyer armada ke lima pembawa rudal jelajah, USS Stout, juga telah memasuki Mediterania melalui Selat Gibraltar. Namun USS Stout tidak akan ikut serta dalam penyerangan.


"Empat kapal destroyer yang sekarang telah ditempatkan memiliki lebih dari cukup rudal jelajah," kata sumber anonim itu.


Tiap kapal perang ini membawa hingga 90 rudal jelajah Tomahawk. Kapal selam AS juga bisa meluncurkan rudal jelajah ini. Tahun 2011, armada ini menembakkan 212 rudal Tomahawk ke Libya untuk membantu pasukan pemberontak menggulingkan rezim Moammad Khadafi.


AS juga memiliki pangkalan udara di Incirlik dan Izmir, Turki dan di Yordania, yang bisa membantu penyerangan. Dua kapal induk AS, USS Nimits dan USS Harry S Truman bersiaga di perairan lepas.


Inggris, ungkap stasiun berita BBC, kemungkinan bisa meluncurkan rudal jelajah mereka dari kapal selam Trafalgar. Kapal perang HMS Tireless juga dilaporkan terpantau di Gibraltar pekan ini.


Kapal angkatan laut kerajaan gugus tugas reaksi cepat Inggris yang terdiri dari HMS Illustrious, fregat HMS Montrose dan HMS Westminster telah lebih dulu ada di kawasan untuk tugas rutin. Selain itu, Inggris bisa juga menggunakan kekuatan udara mereka dari pangkalan Cyprus.


Kapal induk Prancis Charles de Gaulle saat ini sedang bertugas di wilayah barat Mediterania, siap merapat ke Suriah jika dibutuhkan. Prancis juga bisa menggunakan jet tempur Raffale dan Mirage mereka di pangkalan udara Al-Dhahra, Uni Emirat Arab, untuk melancarkan serangan.


Reaksi Assad

Menanggapi ancaman serangan dari Barat ke Suriah, Presiden Bashar al-Assad mengatakan bahwa AS dan para sekutunya akan mengalami kekalahan. Hal ini disampaikan Assad kepada harian Rusia, Izvestia, Selasa lalu.


Dia menegaskan bahwa Suriah tidak akan pernah menjadi boneka Barat dan memperingatkan AS yang akan menyerang negaranya. Menurutnya, AS tidak pernah sukses mencapai tujuan politiknya melalui perang, terbukti dari beberapa pertempuran.


"AS mengalami kegagalan seperti perang-perang sebelumnya yang mereka picu, dimulai dari Vietnam hingga sekarang. Amerika telah ambil bagian di banyak perang, tapi tidak pernah sekali pun mencapai tujuan politiknya yang menjadi alasan mereka berperang. Ya, ini benar, kekuatan besar bisa memicu perang, tapi apakah mereka bisa memenangkannya?" kata Assad.


Menjawab tuduhan penggunaan senjata kimia, Assad menganggapnya tidak masuk akal. Assad malah balik menuduh para pejuang Suriah yang mereka sebut teroris.


Dia mengatakan, insiden itu tidak jelas dan Suriah hanya akan mengorbankan pasukan mereka jika menembakkan senjata kimia. "Tuduhan ini hanya didasari politis dan alasannya adalah banyaknya kemenangan dari tentara pemerintah melawan teroris."


Sebelumnya, intelijen Amerika Serikat yang mengumpulkan sampel korban dan kesaksian warga di Ghouta mengatakan bahwa senjata kimia memang dipergunakan di daerah itu. Berbagai pemimpin dunia, termasuk PM Inggris David Cameron, Presiden AS Barack Obama, Presiden Prancis Francois Hollande menegaskan bahwa Suriah harus membayarnya.


Tim penyidik PBB yang menuju lokasi ditembaki, merusak mobil mereka. Kendati demikian, pengumpulan sampel tetap dilakukan setelah mengganti kendaraan. Izin untuk menyelidiki lokasi tersebut datang lima hari setelah kejadian, membuat banyak pihak meragukan akan adanya bukti senjata kimia.


Pasalnya, residu penggunaan senjata kimia bisa hilang dalam beberapa hari. Selain itu, rezim Assad dilaporkan membombardir lokasi tersebut setelah serangan kimia dilancarkan. Setelah penyidik PBB kembali ke Damaskus, bombardir kembali dilanjutkan.


Sementara itu, Rusia menilai sinis rencana operasi militer AS atas Suriah. Bahkan Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin, sampai mengeluarkan makian.


Dalam akunnya di Twitter, pejabat yang dikenal berlidah tajam ini menyamakan pihak Barat dengan monyet. "Sikap Barat terhadap dunia Islam seperti monyet bawa granat," ujar Rogozin, seperti dilansir GMA News, Selasa 27 Agustus 2013. Tidak dijelaskan maksud dari perkataannya ini.


Sebelumnya Rusia memang telah mewanti-wanti AS untuk berhati-hati dalam bersikap. Menurut mereka, serangan AS ke Suriah tanpa melalui persetujuan Dewan Keamanan PBB hanya akan menyebabkan bencana yang lebih besar.


"Percobaan untuk tidak melalui Dewan Keamanan, sekali lagi akan menciptakan alasan-alasan tidak berdasar untuk intervensi militer di wilayah yang tengah menderita seperti Suriah dan akan menciptakan konsekuensi bencana bagi negara lagi di Timur Tengah dan Afrika Utara," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexander Lukashevich. (sj)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya