Para 'Pembelot' Partai Demokrat Dicopot dari Jabatan

Anas bersama inisiator Perhimpunan Pergerakan Indonesia
Sumber :
  • Antara/ Widodo S Jusuf

VIVAnews - Menghadiri deklarasi organisasi masyarakat (ormas) bentukan Anas Urbaningrum, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), berbuah 'petaka' bagi sejumlah politisi Partai Demokrat. Mereka dituduh sebagai pembelot, bahkan ada yang dicopot dari jabatannya. Pimpinan Demokrat berang.

Mereka yang hadir di deklarasi ormas Anas--yang notabene mantan Ketua Umum Partai Demokrat--antara lain Ketua Dewan Pimpinan Pusat Demokrat yang juga Ketua Komisi III DPR Gede Pasek Suardika, Wasekjen Partai Demokrat Saan Mustofa, anggota Dewan Pembina Demokrat Ahmad Mubarok, dan Mirwan Amir.

Kondisi Tragis di Gaza, FYP Minta Yordania-Mesir Buka Perbatasan untuk Bantuan Kemanusiaan

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua menegaskan, kehadiran mereka di deklarasi itu tidak mengindahkan etika politik. Demokrat, kata Max, tidak mempersoalkan jika para kader mau masuk paguyuban manapun, tapi tidak di ormas bentukan Anas.

"Ormas itu didirikan Anas, Ketua Umum Demokrat yang dipecat. Yang kami pikirkan, mereka sebagai kader Demokrat dan masih duduk sebagai anggota DPR, itu melakukan hal-hal seperti itu, bagaimana? Itu namanya pembelotan," tegas Max di Gedung DPR, Rabu 18 September 2013.

Larangan kader Demokrat bergabung ke PPI sudah disampaikan Ketua Harian Partai Demokrat Syarif Hasan, Selasa lalu. "Setiap anggota Partai Demokrat yang terlibat akan ditindak tegas." Ancaman ini kembali diulang Max keesokan harinya.

Demokrat bergerak cepat. Fraksi Demokrat pun sudah memanggil Saan dan Pasek. Ketua Fraksi Nurhayati Ali Assegaf tampak kesal saat ditanya wartawan. Dia mengaku kecewa. "Saya merasa sangat terluka. Kok malah anggota fraksi sendiri yang tidak loyal. Kalau sekarang dikhianati, saya sakit hati dan harus tanggung jawab. Kenapa tidak bicara sama saya, kan saya bisa cegah," kata dia tak bisa menutupi kekesalannya.

Saan kemudian mengaku kalau dia sudah dicopot dari jabatannya sebagai Sekretaris Fraksi Partai Demokrat DPR RI terhitung sejak 17 September 2013. Dia mengaku, ini hanya rotasi biasa dan menerima Rifky Harsha menggantikannya.

Saan mengatakan, tetap menerima apapun keputusan dari Partai Demokrat. "Kami tetapĀ  tetap loyal ke Partai Demokrat, menerima apa pun yang diputuskan. Dan bekerja tetap secara maksimal," ujar dia.

Hari Rabu, giliran Pasek yang dicopot dari jabatan Ketua Komisi III DPR. Surat pergantian Pasek diteken langsung oleh Syarif Hasan. Ketua Komisi III DPR ke depannya akan dijabat Ruhut Sitompul.

Nurhayati kembali menegaskan, ini tidak dikaitkan dengan kehadiran mereka di deklarasi ormas PPI milik Anas. "Sanksi itu ya ada. Tapi bukan sekarang, sanksi kita nanti ada lagi, setelah diperingatkan, bagaimana tanggapan mereka. Ini rotasi biasa."

Dituduh pembelot, apa kata mereka?
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok menegaskan, Anas sudah tidak punya kekuatan. Dia pun menegaskan, deklarasi PPI itu bukan peristiwa politik, tapi budaya. Dia lantas mengkritisi koleganya di Demokrat hanya memakai kacamata politik pada sesuatu yang bernilai budaya.

"Max Sopacua harus ganti kacamata. Jangan kacamata politik terus, coba pakai kacamata budaya. Saya memang berpolitik tapi pakai kacamata budaya."

Mubarok juga mengklarifikasi kehadirannya dalam forum itu bukan sebagai pendiri ataupun anggota ormas PPI. "Saya hadir karena sejak Lebaran enggak ketemu sama Anas," ujar Guru Besar Bidang Psikologi Islam UIN Jakarta itu.

Lain lagi komentar Gede Pasek Suardika. "Suruh belajar pasal 28 E (ayat) 3 UUD 1945 dan konstitusi partai. Mana yang dilanggar?" kata Pasek kepada VIVAnews.

Pasek membantah pendirian ormas itu untuk menggerogoti suara Partai Demokrat ataupun akan menjadi partai baru seperti yang dikhawatirkan Max Sopacua. "Emangnya Pak Max pernah ikut rapatnya?"

Sementara kader Demokrat Mirwan Amir tak setuju partainya menjatuhkan sanksi bagi kader yang 'hanya' datang ke acara deklarasi PPI. Jika bergabung pun, kata dia, kader tidak melanggar undang-undang.

Mirwan mengaku hadir di sana hanya untuk memenuhi undangan Anas. Menurut Mirwan, semua anggota Fraksi Demokrat diundang semua ke sana. "Tentu saya menghormati yah saya datang, karena hal itu wajar-wajar saja. Saya diundang saya datang, Anas mantan ketua umum saya dan teman saya, ini kan sama saja undangan kawinan. Masak saya tidak datang?" ujar dia.

Jadi pangkal persoalan di tubuh Demokrat, Anas pun angkat suara. Dia menegaskan, orientasi PPI itu untuk memajukan kebudayaan dan harmoni sosial, bukan partai politik. "Bukan saingan Demokrat dan partai mana pun juga. Jadi, tidak perlu bikin 'kontroversi hati'," kata Anas.

Menurutnya, pemimpin partai besar seharusnya punya percaya diri yang besar juga, tidak mudah terombang-ambing isu. "Tidak mudah labil hati hanya karena angin sepoi-sepoi," kata Anas santai. (sj)

Ilustrasi menabung.

Generasi Muda Harus Cerdas Finansial Dalam Menabung dan Kelola Keuangan

Sebagai generasi penerus bangsa dengan akses yang luas terhadap produk dan layanan keuangan, anak muda seharusnya bisa lebih bijak merencanakan serta mengelola keuangan. 

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024