Pembunuh Brimob Dibekuk, Publik Tunggu Penembak Polisi Lainnya

Polisi DItembak di Depan Gedung KPK
Sumber :
  • ANTARA/Wahyu Putro A

VIVAnews - Pelarian Mustakim alias Akim (22), selesai setelah tim buru sergap Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Polda Metro Jaya membekuknya di Kabupaten Kampar, Riau, Sabtu malam, 2 November 2013. Dengan tertunduk, dia dijebloskan ke ruang tahanan Polres Jakarta Selatan. Lima polisi mengawalnya hingga masuk dalam sel.

Setelah menikam hingga tewas Brigadir M. Syarif Mappa, anggota polisi dari satuan Brimob Kedunghalang, Bogor, Jawa Barat, pada 28 Oktober 2013 dini hari, Akim yang kernet Metromini 640 jurusan Pasar Minggu-Tanah Abang itu langsung menghilang.

Dia kerap berpindah-pindah tempat persembunyian. Perasaan takut dan panik membuatnya harus berlari jauh dari kejaran polisi. Setelah enam hari menjadi buronan, pelarian Akim rupanya berakhir.

Pria 22 tahun itu ditangkap di rumah kakak sepupunya di Riau, tepatnya di Dusun III Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau, sekitar pukul 23.00 WIB. Karena sedang tidur, penangkapan Akim dilakukan dengan mudah tanpa perlawanan oleh polisi yang sudah dua hari menelusuri keberadaan Akim di Riau.

"MS ditangkap di rumah kakak sepupunya bernama Ismiyati. Proses penangkapan aman dan kondusif tidak ada kendala," kata Kepala Bidang Humas Polda Riau, Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo. Pada pagi harinya, Akim langsung diterbangkan ke Jakarta.

Kepala Unit I Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kompol Aris Supriyono mengungkapkan, Akim membunuh Brigadir M Syarif Mappa karena dipicu masalah sepele. Insiden ini bermula saat Syarif naik Metromini 640 jurusan Pasar Minggu-Tanah Abang. "Pak Pasar Minggu ya?" tanya Syarif sambil naik kala itu.

Modal Pinjam PNM Mekaar, Dewi Lambungkan Bisnis Minuman Kesehatan

Rupanya, beberapa saat kemudian, sopir mengatakan, Metromini yang dia kemudikan tidak sampai Pasar Minggu, dan akan langsung ke pangkalan. Tersangka Mustakim alias Akim yang bertugas sebagai kondektur menimpali ucapan sopir itu dengan mengusir para penumpang dengan kata-kata kasar, termasuk kepada Syarif.

"Udah turun-turun. Pasar Minggu udah lewat, turun sana!" kata Aris memperagakan ucapan kasar Akim.

Mendengar ucapan kasar dari pelaku, Syarif tidak terima dan menegur Akim. "Kok kamu kasar begitu sama saya. Sopir kamu saja tidak kasar." Keduanya lalu terlibat adu mulut di atas Metromini. Saat itulah Akim mengeluarkan pisau dari balik baju yang rupanya selalu dibawanya kemana-mana.

Hanya dengan satu jurus, benda tajam itu bersarang di dada Syarif. Dengan terhuyung-huyung, Syarif langsung turun dan berusaha lari untuk menyelamatkan diri dari sabetan pisau Akim. Tapi, Akim berhasil mengejar dan menikam bagian punggung Syarif.

"Menurut keterangan tersangka, dia memang selalu bawa pisau ke mana-mana. Itu untuk menjaga diri di ibu kota," katanya.

Sambil memegangi lukanya, korban berjalan meninggalkan lokasi kejadian. Langkahnya terhenti di depan penjual buah dekat apotek Sari Sakti. Syarif yang masih mencoba berjalan kemudian terduduk di trotoar dekat penjual martabak. Korban saat itu meminta tolong dan bertanya letak kantor polisi.

Sepuluh meter korban berjalan menuju kantor polisi, korban terjatuh dengan posisi tertelungkup. Brigadir polisi itu menghembuskan nafas terakhirnya di jalanan. Dari hasil identifikasi, ditemukan bekas luka tusuk di punggung kanan dan dada kanan. Luka sobek itu sekitar 10 cm.

Penangkap Akim berawal dari penyelidikan polisi dengan menelusuri Metromini yang ditumpangi Brigadir M. Syarif Mappa. Dalam waktu singkat polisi menemukan keberadaan Metromini itu dan menangkap sopir serta krenetnya di sebuah gudang di Pasar Minggu.

Tapi dari keterangan AM dan AP, mobilnya dibawa sopir dan kernet tembak saat kejadian pembunuhan itu. Setelah pemeriksaan, keduanya tak terlibat. Tapi mereka  tetap ditahan lantaran kasus kepemilikan narkoba.

"Hasil pemeriksaan terakhir keduanya bertemu korban dalam kaitan pertemanan. Itu karena keduanya berasal dari daerah yang sama. Tapi saat penyidik menggali keterangan ditemukan narkoba dari tangan keduanya," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto.

Masih dari keterangan AM dan AP serta pemeriksaan terhadap ketiga saksi termasuk sopir tembak yang membawa Metromini yang dikerneti Akim,  polisi mulai melakukan perburuan. Sempat menuju ke Makassar, polisi akhirnya mengetahui keberadaan Akim di Riau. Penangkapan dilakukan bersama tim gabungan Jatanras Polda Metro Jaya, Buser Polres Kampar dan Polsek Tambang.

Terkait penangkapan ini, Indonesia Police Watch (IPW) mengapresiasi kinerja kepolisian yang berhasil menangkap pelaku penusukan Brigadir M Syarif. Namun, polisi diminta segera menunjukkan wajah Mustakim kepada masyarakat.

"Supaya tidak timbul kecurigaan publik apalagi kemungkinan aksi salah tangkap. Polisi harus menampilkan tersangka di hadapan publik," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane.

Neta menambahkan, dirinya menyesalkan aksi pembunuhan terhadap anggota terlatih seperti Brigadir M. Syarif Mappa, anggota polisi dari satuan Brimob Kedunghalang, Bogor, Jawa Barat, oleh kernet Metromini.

Serangkaian aksi pembunuhan terhadap anggota kepolisian yang hingga kini belum juga dituntaskan oleh institusi itu masih jadi pekerjaan rumah (PR) bagi Polri. Polisi yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat kini menjadi sasaran. Kenapa pembunuhan terhadap anggota polisi di ibu kota terus terjadi dan kematian anggota Brimob di Pasar Minggu menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat.

"Kasus ini tetap saja bagian dari teror berkepanjangan terhadap polisi di Jakarta," katanya.

Tugas Kapolri Baru Mengusut Teror atas Polisi

Saat menyerahkan tongkat komando kepada Komisari Jenderal Sutarman, Jenderal Timur Pradopo kembali mengingantkan pekerjaan rumah yang sudah menanti Sutarman setelah memimpin kepolisian. Salah satunya, mengusut pelaku kasus-kasus teror atas polisi.

Aksi teror belakangan memang menghantui anggota Polri. September lalu, seorang anggota Polri, Bripka Sukardi tewas ditembak orang tak dikenal di depan Gedung KPK. Sebelumnya teror terhadap anggota Polri juga terjadi di kawasan Ciputat dan Pondok Aren, Tangerang Selatan.

"Dari beberapa rangkaian kasus penembakan yang menimpa anggota polri kami sudah mengamankan 6 orang. Ini adalah jaringan teroris," kata Sutarman.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM Djoko Suyanto bahkan ikut mengeluarkan instruksi terkait teror yang tertuju pada polisi. Aparat kepolisian di seluruh wilayah Indonesia diperintahkan untuk meningkatkan kewaspadaan.

Hal ini menyusul penembakan terhadap Brigadir Kepala Sukardi di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 10 September 2013. Selama Juli - September 2013, sudah lima polisi terkapar, menjadi korban penembakan misterius.

Bripka Sukardi merupakan korban kelima. Empat kasus sebelumnya terjadi di Tangerang. Mabes Polri sudah memastikan penembakan Bripka Sukardi tidak terkait dengan rangkaian penembakan sebelumnya di Tangerang.

Aksi teror terhadap anggota kepolisian paling sadis terjadi pada Jumat 16 Agustus 2013, di Jalan Graha Raya, Pondok Aren, Tangerang, dekat Masjid Bani Umar. Brigadir Kepala Maulana dan Aiptu Kus Hendratna, anggota Polsek Pondok Aren, Tangerang Selatan, tewas ditembak oleh orang tak dikenal.

Insiden serupa menimpa anggota polisi satuan Binmas Polsek Metro Cilandak, Aiptu Dwiyatna, 7 Agustus lalu. Dwiyatna ditembak di Jalan Otista Raya, Ciputat, Tangerang Selatan, sekitar pukul 05.00 WIB. Dwiyatna tewas setelah peluru menembus helm dan bersarang di kepalanya.

Saat ditembak, Aiptu Dwiyatna sedang mengendarai sepeda motor dinasnya, Suzuki Smash bernomor polisi 2643-31 VII. Ketika itu Dwiyatna akan menuju Lebak Bulus untuk memberikan ceramah subuh.

Pada 13 Agustus 2013. Rumah Ajun Komisaris Tulam di Perumahan Banjar Wijaya di Cluster Yunani, Kelurahan Cipete Pinang, Kota Tangerang, juga ditembak orang tak dikenal.

Pengemudi Mobil Fortuner Arogan Palsukan Pelat TNI Terancam 6 Tahun Bui


Enam Pelaku Ditangkap

Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri telah melakukan penangkapan terhadap enam terduga teroris yang masuk dalam kelompok Abu Roban. Kelompok ini diperkirakan terhadap anggota polisi di Pondok Aren, Cirendeu dan Pamulang beberapa waktu lalu.

Berdasarkan bukti yang dikumpulkan dua tersangka diduga mengetahui aksi penembakan. Mereka adalah Nurul Haq dan Hendi Albar. Ini berdasarkan keterangan dari Topan yang sudah ditangkap sebelumnya.

Penangkapan terhadap terduga teroris kelompok Abu Roban dilakukan di Yogyakarta, Kebumen, Tangerang, Bone dan NTB. Seluruh tersangka saat ini masih dikembangkan keterlibatannya. Dari delapan terduga, satu orang yang ditangkap di Jakarta dilepas karena tidak memiliki keterkaitan.

"Ada satu yang tidak ada kaitannya dan dikembalikan, sehingga tujuh sekarang sedang dalam proses. Satu belum ditahan, yang enam sudah ditahan," kata Kapolri, Komisaris Jenderal Sutarman.

Dijelaskan Sutarman, tujuh tersangka memiliki keterkaitan sebagai perakit senjata yang kemudian dikirimkan kepada seseorang, dan dikirim lagi untuk eksekutor atau pelaku penembakan terhadap polisi.

"Kemudian juga kita telusuri dari penyedia motor. Arahnya sampai kepada pelakunya juga. Mudah-mudahan dalam waktu singkat pelakunya sudah bisa kita tangkap," katanya.

Densus 88 Antiteror menurut Sutarman, membutuhkan waktu untuk mengikuti eksekutor penembakan ini. Karena pelaku kerap berpindah-pindah, polisi butuh waktu cukup lama seperti saat menangkap Noordin M Top dan Dr Azahari.

Dari hasil penangkapan ini, dapat dipastikan polisi telah menemukan titik terang siapa eksekutor penembak polisi. Dari hasil penyelidikan sementara, kelompok penembakan di Cirendeu, Ciputat dan Pondok Aren, Tangerang Selatan, adalah kelompok Indonesia Barat. Mereka terlibat perampokan di Tambora dan Bekasi yang saling berkaitan. Namun, kelompok ini berbeda dengan pelaku penembakan di depan Gedung KPK.

"Pelakunya sudah jelas. Pembantunya juga sudah ditangkap. Ini kelompoknya yang di Cirendeu, Ciputat dan Pondok Aren. Sedangkan yang KPK sedang kita pelajari apakah terkait atau tidak. Senjatanya berbeda. Ini masih dalam pendalaman kami," katanya lagi. 

Erick Imbau BUMN Beli Dolar AS Besar-besaran, Menko Perekonomian hingga Wamenkeu Bilang Gini 

Polisi masih menyelidiki senjata para pelaku, apakah jenis rakitan atau bukan. Data awal diketahui laras senjata yang dipakai berstandar 9 mm. Tapi apakah laras ini dirakit dengan senjata rakitan, penyidik masih melakukan pendalaman.

"Mudah-mudahan dalam waktu singkat senjatanya ketemu," katanya. (sj)

Pj Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono kunjungi Pasar Kramat Jati, Jaktim.

Heru Budi Bakal Tingkatkan Pengawasan Buntut Kasatpel Numpang Mobil Dishub ke Puncak

Kasatpel yang numpang mobil dishub tersebut telah disanksi.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024