Australia dan Isu Dominasi Kuasa Ibu Ani Yudhoyono

SBY dan Ibu Ani Yudhoyono
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews
Pertanyakan Ghea Indrawari yang Belum Menikah, Anang Hermansyah Dihujat Netizen
- Alasan mengapa Australia menyadap Ibu Negara Ani Yudhoyono sedikit demi sedikit mulai terkuak. Laman
The Australian
6 Pemain yang Bisa Didatangkan Inter Milan, dari Juara Serie A hingga Penantang Liga Champions
membeberkan sebuah kawat diplomatik yang ditulis oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta kepada diplomat AS di Canberra dan CIA pada akhir tahun 2007, menyangkut dinamika politik di Indonesia.
Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Kawat rahasia itu menyebutkan, Ani Yudhoyono adalah satu-satunya orang yang paling dipercaya SBY dalam setiap masalah. Saat memasuki periode kedua masa kepresidenannya, urusan penting SBY pun tak luput dari 'bisikan' Ani Yudhoyono.

"Ibu negara Indonesia telah memperluas pengaruhnya di Istana, dan tak terbantahkan Ia muncul sebagai penasehat utama Presiden," tulis kawat rahasia itu dilansir The Australian .

Informasi ini yang kemudian diyakini oleh intelijen Australia, Defence Signal Directorate (DSD) untuk melakukan penyadapan telepon Ani Yudhoyono pada 2009 silam. Alasan lainnya, Ani dianggap tengah menyiapkan kursi kekuasaan untuk putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono.


Wikileaks
juga mengungkapkan posisi penting Ani Yudhoyono di pemerintahan SBY. Sejak menjadi ibu negara pada tahun 2004, Ani menunjukkan pengaruhnya dalam memberikan masukan kebijakan, politik maupun yang bersifat personal kepada Presiden SBY.


Menurut
Wikileaks
, mantan Penasihat Presiden, TB Silalahi pernah mengeluhkan kondisi itu. Fungsi penasihat yang seharusnya memberikan masukan kepada Presiden kini beralih ke Ani Yudhoyono. Bahkan tulis Wikileaks, Sudi Silalahi yang saat itu menjabat Sekretaris Kabinet hampir mengundurkan diri pada Januari tahun 2009 karena frustasi dengan dinamika di istana.


Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, Minggu 15 Desember 2013, membantah tudingan Ibu Negara Ani Yudhoyono berperan penting dalam kebijakan pemerintah dan ikut menentukan formasi kabinet. Menurut Julian, tudingan yang dirilis media Australia itu sangat tidak mendasar.


"Tidak penting untuk ditanggapi. Karena itu isu yang tidak kita ketahui, tidak berdasarkan sesuatu yang sifatnya formal atau secara hukum bisa dipertanggungjawabkan," kata Julian di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta.


Julian yakin isu ini tidak akan memperburuk normalisasi hubungan Indonesia-Australia. Karena informasi yang dikutip media Australia itu bukan bersumber dari pernyataan resmi pemerintah Australia. "Jadi itu pembenaran terlalu ngawur," ungkap Julian.


Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi terkejut namanya juga disebut situs pembocor
Wikileaks
. "Saya disebut?" tanya Sudi dengan mimik wajah kaget.


Sudi memastikan informasi yang beredar di
Wikileaks
itu adalah bohong. Ia mengklaim masih memiliki pengaruh di kabinet, dan tak pernah merasa disingkirkan oleh dominasi Ani Yudhoyono.


"Tidak benar. Bu Ani tak pernah mencampuri urusan kabinet. Beliau kalau bicara kabinet tidak pernah ikut," kata Sudi Silalahi.


Sedangkan isu yang menyebut Ani Yudhoyono tengah menyiapkan kursi kekuasaan untuk putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, Purnawirawan Jenderal Angkatan Darat Sudi juga menganggap informasi yang dibocorkan Wikileaks tidak benar.


"Agus dipersiapkan untuk long time oleh dirinya sendiri. Orang tuanya hanya mendidik," ucap Sudi.


Tak terima ibu negara jadi pergunjingan di media Australia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang juga Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Amir Syamsuddin angkat suara. Ia kembali menegaskan, bahwa Ani Yudhoyono tidak pernah mencampuri urusan kabinet maupun pemerintahan SBY.


"Tidak ikut rapat kabinet, kapan pernah dia ikut? Kegiatan partai saja beliau tidak pernah ikut. Apalagi urusan pemerintahan," tegasnya.


Amir lantas mengimbau media di Indonesia untuk berhati-hati dalam mengambil sumber pemberitaan. Apalagi jika sumber tersebut belum terjamin kejelasannya.


"Saya kira Australia sudah tertangkap basah melakukan penyadapan ke kita. Tidak perlu dia mengeluarkan cerita yang mencoba membenarkan dosa yang dia perbuat. Tidak layak kita percaya kepada sumber-sumber yang tidak jelas itu," tuturnya.


Masih meradang


Belakangan, hubungan Indonesia dan Australia memang tengah meradang. Pemerintah Indonesia kesal dengan Australia yang tidak membenarkan dan tidak membantah soal skandal penyadapan yang diungkap media massa dari hasil bocoran Edward Snowden --mantan kontraktor badan intelijen AS (NSA) yang tengah menjadi buronan Washington dan kini menetap di Rusia.


Kekesalan makin bertambah setelah muncul laporan terbaru dari dua harian ternama yang terbit di Inggris
The Guardian
, dan media Australia
Sydney Morning Herald
. Dua koran yang sedang getol memberitakan bocoran Snowden itu tiba-tiba muncul dengan kabar bahwa telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para menterinya, bahkan sampai Ibu Negara Ani Yudhoyono pun, pernah disadap intelijen Australia.


Buntut dari kekesalan itu, Pemerintah Indonesia mengambil langkah tegas. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa memanggil pulang Duta Besar RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema selama waktu yang tidak ditentukan. Marty menilai, penyadapan yang dilakukan Australia merupakan perbuatan yang tidak bersahabat dan berdampak serius bagi hubungan kedua negara.


Marty belum menentukan berapa lama Indonesia akan menarik duta besarnya dari Australia. Namun menurutnya, hasil konsultasi antara pemerintah RI dengan Dubes RI untuk Australia tak akan selesai dalam dua-tiga hari saja. Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha mengatakan, Dubes RI tidak akan kembali ke Australia sebelum suasana kondusif.


"Dubes tetap ada di sini sampai kelihatan situasinya kondusif atas hubungan kedua negara, atas dasar saling percaya," kata Julian saat dikonfirmasi.


Di Australia, Perdana Menteri Tony Abbott menyatakan pemerintahan manapun di dunia pasti mengumpulkan informasi. "Pemerintahan negara itu pasti juga mengetahui bahwa semua administrasi di suatu negara melakukan hal serupa, yaitu mengumpulkan informasi," kata dia.


Lagipula, kata Abbott, informasi yang diperoleh Australia bukan hanya ditujukan untuk kepentingan dalam negeri Australia, tapi juga bagi negara sahabat, sekutu, dan mitra Australia. "Tugas utama saya melindungi dan meningkatkan kepentingan nasional Australia. Saya tidak akan beranjak dari tujuan itu dan akan terus konsisten dengan tugas itu," ujar Abbott.


Di sisi lain, Abbott mengatakan tak bermaksud sedikit pun merusak hubungan erat antara negaranya dengan Indonesia. "Hubungan dengan Indonesia merupakan jalinan terpenting yanng terus saya pelihara. Sebuah hubungan yang akan saya pastikan terus berkembang dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun ke depan," kata dia.(np)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya