Curah Hujan Masih Tinggi di Jakarta, Banjir Mengintai Warga

sisi lain banjir jakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Alfin Tofler

VIVAnews - Hingga Jumat petang, 17 Januari 2014, Jakarta terus diguyur hujan. Nyaris sepekan, banjir mengepung Ibu kota. Tidak hanya perkampungan, pemukiman elit pun tak luput dari terjangan banjir.

Fadli Zon Sebut Perang Iran-Israel Berpotensi Meluas dan Picu Perang Dunia III

Akses menuju pusat kota lumpuh. Jalan utama tergenang. . Kemacetan mengular di mana-mana, di jalan protokol, juga di Tol.

Banjir paling parah terjadi di Jalan Mangga Dua Raya arah Gunung Sahari. Informasi Traffic Management Center Ditlantas Polda Metro Jaya, menyebutkan ketinggian air di jalan tersebut mencapai 60 centimeter dan kendaraan tidak bisa melintas.

Sampai sore, ruas jalan di Jakarta Utara yang masih tergenang antara lain Jalan Boulevard Barat, Boulevard Raya, dan Jalan Kelapa Hibrida di Kecamatan Kelapa Gading.

Kemudian, Jalan Kapuk Raya Penjaringan dan Jalan Gunung Sahari di Kecamatan Pademangan. Lintasan kereta api yang menuju Stasiun Kampung Bandan juga tergenang, sehingga perjalanan commuter line dari Stasiun Jatinegara hanya sampai Stasiun Duri.

Air juga menggenangi Tol Sedyatmo atau Tol Bandara, tepatnya di KM 24+600 arah Jakarta. Itu membuat laju kendaraan tersendat, dan mengakibatkan kemacetan parah.

ASDP Catat 98,2 Persen Penumpang Ferry Sudah Punya Tiket saat Sampai Pelabuhan

Di Jakarta Barat, 16 RW di Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres terendam banjir. Akibatnya, ribuan warga kini terpaksa mengungsi ke sejumlah tempat yang lebih aman.

Pemukiman warga di Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jakarta Timur juga masih banjir. Sejumlah warga menempati lokasi pengungsian.

TKN Sebut Puluhan Ribu Pendukung Prabowo-Gibran Akan Ajukan Diri Jadi Amicus Curiae

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa Jumat ini memang puncaknya hujan di Jakarta. Kepala BMKG, Andi Eka Sakya, mengatakan itu dilihat dari tingginya intensitas hujan di Jakarta Utara. Kawasan lain yang disiram hujan deras terpantau di Kemayoran. "Intensitasnya mencapai 118 milimeter," kata Andi.

Meski demikian, menurut dia, secara keseluruhan bisa dibilang hujan turun merata di semua wilayah.

Melihat curah hujan beberapa hari ini, BMKG memperkirakan air masih menyiram Jakarta hingga 22 Januari mendatang. Perkiraan itu, berdasarkan kepadatan awan di wilayah selatan Jawa. Itu Artinya, banjir masih membayangi warga Jakarta hingga sepekan ke depan.

Menurut Andi, hujan deras selama beberapa hari terakhir ini disebabkan adanya daerah pertemuan angin yang memanjang dari Sumatera Selatan sampai Nusa Tenggara. Kondisi tersebut, mengakibatkan pertumbuhan awan hujan meningkat, terutama di Jakarta dan sekitarnya.

Dari pantauan BMKG, hujan masih terpusat di wilayah selatan Indonesia seperti Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

Itu, kata dia, akibat masih aktifnya angin Monsun Asia yang memanjang dari Sumatera Selatan melalui Jawa hingga Nusa Tenggara. Ini menumbuhkan wilayah tekanan rendah yang berpotensi menjadi bibit badai tropis.

Dari pantauan radar cuaca, hujan di Jakarta intensitasnya mencapai 50 mm per hari sampai 100 mm per hari. Ini akan berdampak pada naiknya permukaan ombak di pantai utara Jakarta dan angin kencang yang mempengaruhi lalu lintas udara serta perjalanan darat lainnya.

Selain angin kerapatan, hujan sangat mengganggu jarak pandang pengendara. Pohon tumbang juga menjadi ancaman bagi pengguna jalan.


Siaga banjir kiriman
Air dari langit juga menghujani wilayah penyangga, Depok dan Bogor. Di sana, hujan tak kalah lebatnya. Ketinggian air di Bendungan Katulampa terus merangkak naik.

Dari pantauan Jumat sore pukul 16.15 WIB, ketinggian muka air di bendungan Katulampa naik lagi mencapai 180 cm atau masuk dalam kondisi Siaga II.

"Curah hujan di kawasan Puncak dan Kota Bogor masih tinggi," kata penjaga pintu air Katulampa, Andi Sudirman. Peningkatan air di Katulampa dengan cepat mempengaruhi kondisi muka air di Sungai Ciliwung.

Arman, penjaga posko pemantau Ciliwung di Jembatan Panus, Depok, mengatakan air kiriman dari Bogor hari ini datang lebih cepat dari sebelumnya. Dengan demikian, diperkirakan air akan sampai di Jakarta delapan hingga sembilan jam ke depan.

Warga Jakarta, khususnya yang tinggal di wilayah langganan banjir harus siap menyambut datangnya air kiriman itu. Daerah yang terdampak banjir kiriman akibat meluapnya Kali Ciliwung, yakni Kelurahan Cililitan, Cawang, Bidaracina, Kampung Melayu, Pejaten Timur, Pengadegan, Kebon Baru, dan Bukit Duri.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, mengaku bahwa jajarannya langsung siaga begitu mendapat informasi tersebut. Dia mengatakan akan mengupayakan agar bantuan dan evakuasi warga tidak akan terlambat.

"Ini kan alam. Apapun harus dikelola jangan sampai nanti misalnya evakuasi, informasi, dan logistik terlambat. Itu yang kami kelola dan siapkan," kata Jokowi.

Dia memastikan, Waduk Pluit masih bisa menampung air kiriman hingga 1,2 juta kubik. Apalagi, saat ini, pengerukan waduk di Jakarta Utara itu terus dilakukan.

Ada enam alat berat yang bekerja mengeruk waduk. Jokowi menerangkan, Waduk Pluit bertugas untuk menampung air dari atas, terutama lewat Ciliwung, Kali Pakin, dan Jembatan Merah. 

Namun, Meruya dan Kembangan masih akan tergenang. Sebab, kata dia, proses normalisasi Kali Angke dan Kali Pesanggrahan belum rampung. Keduanya dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.


Empat tewas
Banjir di Jakarta tak hanya menimbulkan kerugian materiil tapi juga jiwa. Data terakhir yang dirilis Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI, sejak 12 Januari 2014, tercatat empat orang tewas saat banjir. Selain meninggal akibat sakit, ada juga yang terpeleset saat ketinggian air sedang tinggi.

Kepala Seksi Pengendalian BPBD DKI, Basuki Rakhmat, menjelaskan, keempat korban tersebut adalah H Masri (76) warga Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur dan Hidayat (35) warga Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Keduanya meninggal karena sakit.

Lalu Asep (27), warga Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan. Ia meninggal karena terpeleset di Kali Pesanggrahan. Kemudian Fatimah (5), warga Kelurahan Duri Kosambi, Jakarta Barat, meninggal karena terperosok di saluran air.

Banjir Manado dan puting beliung

Banjir juga melanda daerah lain di Indonesia. Banjir di Manado, Sulawesi Utara termasuk yang paling parah. 20 orang meninggal akibat banjir bandang itu. Sementara itu, 150 rumah hilang terbawa arus dan ribuan rumah rusak total.

Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Utara menyampaikan, pendataan mengenai kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana ini masih terus dilakukan.

Sementara itu, akibat bantuan yang belum merata, warga terpaksa mencari bantuan sendiri di jalan-jalan. Warga terpaksa meminta-minta karena kebutuhan pokok yang mereka miliki sudah habis sejak kemarin.

Pemerintah Kota Manado menjadi sorotan warga, karena belum mengirimkan bantuan secara merata. Penyaluran bantuan memang mengalami banyak hambatan. Selain kondisi jalan yang sulit dilalui, korban banjir ini juga merata di Kota Manado.

Banjir di Manado terjadi pada Rabu siang, 15 Januari 2014. Air hujan yang turun selama dua hari akhirnya tak mampu ditampung. Banjir bandang pun menerjang. Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano, Sawangan, dan Sario meluap. Tanpa ada peringatan, air bah yang datang langsung menghantam rumah warga.

Bercampur lumpur, air itu datang bersama dengan kayu-kayu dan batu berukuran besar. Kepanikan melanda, warga berlari menyelamatkan diri tanpa sempat membawa barang berharga.

Tidak dapat dibendung, air meratakan dan menghanyutkan rumah-rumah warga yang tidak jauh dari sungai. Jalanan tertutup lumpur, mobil-mobil juga ikut hanyut.

Tinggi banjir di bantaran sungai bahkan mencapai enam meter akibat kiriman air dari Minahasa. Dalam hitungan jam, air banjir sudah menggenangi enam kabupaten/kota di Sulut secara bersamaan.

Aktivitas warga di Kota Manado, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Kota Tomohon, dan Kepulauan Sangihe terhenti. Ada 11 kecamatan yang terkena dampak akibat banjir itu seperti di Kecamatan Sicala, Wenang, Singkil, Wanea, Tunginting, Paal Dua, Paal Empat, dan Bunaken.

"Jalan putus karena aspalnya terbelah. Akses jalan dari Tomohon ke Manado juga putus karena tanah longsor," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMG Sulawesi Utara, Riyadi.

Meski banjir sudah mulai surut, ancaman tanah longsor dan terjangan angin puting beliung masih mungkin terjadi. Hujan deras masih mengguyur wilayah Kabupaten Tomohon, Manado, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, dan Bitung.

Debit air di Daerah Aliran Sungai Tondano masih tinggi. Permukaan air masih menutup jembatan Koni Sario yang menghubungkan Jalan Ahmad Yani dan Jalan Samratulangi. Pemerintah setempat mengimbau kepada warga agar waspada banjir susulan yang bisa terjadi kapan saja.

Sementara itu, puting beliung menyapu puluhan rumah di Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Jumat dini hari. Akibatnya, rumah-rumah itu rusak parah. Tidak ada korban jiwa dalam bencana ini karena warga cepat berlarian keluar rumah sebelum atap rumah mereka roboh.

Kerugian material mencapai ratusan juta rupiah, sebab bukan hanya atap rumah yang hilang. Salah satu rumah di Desa Latuhalat bahkan rusak total setelah ditimpa pohon besar.

"Pada pagi tadi sekitar pukul 05.00 angin bertiup kencang, kami lari keluar ramah," kata Ros Maku, salah satu warga Desa Sawai Kabupaten Maluku Tengah yang rumahnya ikut rusak.

Warga yang rumahnya rusak, saat ini berlindung di sanak saudaranya, sedangkan para lelaki membersihkan puing-puing rumah. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya