Industri Asuransi RI dan Pasar Tunggal ASEAN

Ilustrasi asuransi
Sumber :
  • http://www.sourceins.com/

VIVAnews - Dalam rentang kurang setahun ke depan, negara-negara di kawasan Asia Tenggara akan memasuki integrasi ekonomi. Selain untuk meningkatkan daya saing di pasar global, upaya itu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, hingga meningkatkan standar hidup masyarakat di negara-negara ASEAN.

Suara Golkar di Pemilu 2024 Naik Signifikan, Airlangga: Hitungan Kami Dapat 102 Kursi

Para pemimpin negara di kawasan itu pun sudah sepakat untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015. Jika terealisasi, ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi, sehingga arus barang, jasa, investasi, tenaga terampil serta arus modal akan lebih bebas.

Untuk itu, pengusaha menilai, pemerintah perlu memacu kesiapan industri guna menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Termasuk di antaranya bagi industri asuransi.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, Selasa 25 Maret 2014, menyatakan bahwa perhatian pemerintah terhadap subsektor industri asuransi memang diperlukan untuk mendorong kesiapannya menghadapi persaingan yang lebih ketat dan dinamis kala kerja sama MEA diberlakukan.

"Kami memang memerlukan adanya kepercayaan timbal balik antara industri asuransi dan konsumen yang diatur oleh sistem legislasi yang baik," ujar Suryo dalam seminar bertajuk "Kesiapan Industri Asuransi di Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015" di Hotel Grand Sahid, Jakarta.

Menurut Suryo, asuransi akan menciptakan kepastian dalam investasi dan keberlangsungan usaha.

Selain itu, asuransi bisa menjamin kepastian perlindungan terhadap kehidupan sosial dan tenaga kerja. Dengan begitu, industri asuransi bisa menjamin kepastian dari sisi produksi maupun konsumsi.

Dalam bidang asuransi, pengusaha memerlukan integrasi antara regulasi asuransi dan berbagai regulasi industri lain, juga dengan tata kelola kehidupan masyarakat.

"Dengan adanya integrasi, asuransi dapat berperan melakukan social engineering secara luas," kata Suryo.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan P. Roeslani, dalam kesempatan yang sama menambahkan bahwa peluang asuransi memenangkan persaingan di Masyarakat Ekonomi ASEAN cukup besar. Karena pasarnya tidak lagi hanya di satu negara ASEAN. Tetapi juga negara-negara ASEAN lainnya.

"Ini peluang bagi perusahaan asuransi Indonesia juga untuk mencoba melakukan ekspansi ke negara-negara ASEAN lainnya," kata Rosan.

Potensi industri asuransi Indonesia
Meski pasar asuransi Indonesia memiliki beberapa keunggulan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan industri ini tidak boleh terlena dengan semua keadaan itu.

Kepala Eksekutif Pengawas Industri Jasa Keuangan Non-Bank OJK, Firdaus Djaelani, Selasa 25 Maret 2014, mengatakan bahwa saat berlangsungnya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 akan ada liberalisasi industri jasa keuangan, termasuk asuransi.

Saat Masyarakat Ekonomi ASEAN berlangsung, menurut Firdaus, pasar ASEAN menjadi yang terbesar di dunia setelah Tiongkok dan India. Jumlah populasinya pun mencapai 14 persen dari total populasi dunia. Pasar ASEAN yang menjadi pasar tunggal juga menjadi tantangan perusahaan jasa keuangan, seperti asuransi.

Untuk Indonesia, menurut Firdaus, tentu akan menjadi sasaran utama perusahaan asuransi negara ASEAN lainnya.

"Indonesia diyakini akan menjadi sasaran utama perusahaan asuransi negara tetangga, terutama dari negeri yang tingkat penetrasiya sudah jenuh," kata Firdaus.

Ketika negara lain perlu belajar tentang pasar asuransi Indonesia, dia menjelaskan, perusahaan asuransi yang ada di Indonesia punya celah untuk mempersiapkan diri. Sebab, mereka lebih dulu memahami pasar di negara ini.

"Sejatinya, pelaku asuransi Indonesia punya keunggulan untuk antisipasi persaingan. Institusi-institusi asuransi di Indonesia merupakan pionir, sehingga yang paling memahami pasar Indonesia," kata dia.

Selanjutnya, menurut dia, jika pasar bebas ASEAN benar-benar dibuka, tentunya perusahaan dari negara tetangga pun akan melakukan riset dan mempelajari pasar di Indonesia. Tentu ini juga makan waktu.

Firdaus menambahkan, perusahaan asuransi lokal bisa memanfaatkan kondisi ini untuk lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. "Kalau 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN benar-benar terwujud, kami sudah tahu kondisi pasar. Meskipun demikian, persiapan perlu dilakukan untuk antisipasi," kata Firdaus.

Namun, Firdaus menekankan, industri asuransi tidak boleh terbuai dengan semua kondisi dan keunggulannya tersebut. Namun, justru harus semakin kompetitif dalam pasar bebas ASEAN itu.

"Tidak boleh terlena dengan kondisi ini. Sebab, negara lain sudah membangun infrastruktur yang lebih efisien dan sumber daya manusianya. Industri asuransi seharusnya merasa tertantang dan kami mendorong adanya inovasi produk, teknologi, dan SDM, sehingga mampu kompetitif dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN," kata dia.

Di sisi lain, terkait penerapan jaminan sosial pada awal 2014, yang secara resmi telah dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), diharapkan tidak dianggap sebagai musuh atau pesaing industri asuransi swasta.

"BPJS jangan dijadikan persaingan bagi industri asuransi, tapi harus dijadikan saudara," ujar Firdaus.

Menurut Firdaus, keberadaan BPJS seharusnya bisa dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi. "Misalnya, asuransi kesehatan yang jalur BPJS itu wajib. Dia meng-cover banyak dan perusahaan asuransi bisa ikut. Misalnya di sektor asuransi jiwa, ada sektor yang belum tergarap, mereka bisa menggunakan data BPJS menggarap potensi yang ada di atas coverage BPJS," kata dia.

Seperti diketahui, ada dua perusahaan asuransi pelat merah yang bertransformasi menjadi instansi pemerintah per 1 Januari 2014. Mereka adalah PT Jamsostek dan PT Askes. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan dan Askes menjadi BPJS kesehatan.

Kendala dan peluang
Ketua Dewan Asuransi Indonesia, Hendrisman Rahim, Selasa 25 Maret 2014, menjelaskan, ada tiga penghambat industri asuransi untuk menghadapi pasar bebas ASEAN.

"Kita masih lemah di bagian SDM, modal, dan teknologi," ujar Hendrisman di Jakarta.

Faktor kualitas SDM dinilai penting dalam industri asuransi. Untuk itu, pengusaha mengharapkan ada peningkatan kualitas dan kompetensi SDM perasuransian melalui program pendidikan.

Menurut Hendrisman, jika SDM asuransi lokal tidak memiliki kualitas dan kompetensi yang mumpuni, dipastikan tak akan mampu bersaing dengan SDM negara-negara ASEAN lain.

Selain itu, ia melanjutkan, tenaga ahli asuransi nasional yang memiliki sertifikat nasional maupun internasional juga perlu diperbanyak.

Kendala yang kedua adalah permodalan. Permodalan asuransi nasional perlu diperkuat. "Langkah ini bertujuan untuk menyelamatkan industri nasional dari dominasi modal asing," kata Hendrisman.

Perusahaan asuransi juga diharapkan mempersiapkan produk-produk asuransi yang dibutuhkan sesuai keinginan pasar nasional dan ASEAN.

Pemerintah, menurut Hendrisman, dapat mulai fokus untuk membuat aturan yang bisa memperkuat industri asuransi nasional.

"Regulator diharapkan menerbitkan regulasi-regulasi yang lebih ketat dalam usaha memperkuat industri asuransi nasional agar dapat bersaing dengan perusahaan asuransi ASEAN, baik di pasar dalam negeri maupun ASEAN," kata dia.

Sekadar informasi, saat ini terdapat 21 perusahaan dari 48 perusahaan asuransi yang berstatus perusahaan patungan (joint venture). Menurut Hendrisman, penguasaan pasar perusahaan asuransi itu berkembang di Indonesia. Kalau pasar bebas ini dilaksanakan, perusahaan tersebut sudah dikelompokkan sebagai perusahaan asuransi nasional.

"Tidak banyak lagi perusahaan asuransi dari ASEAN, terutama dari Singapura, yang akan (dibuka) di Indomesia karena semuanya sudah di sini," kata Hendrisman.

Meski begitu, Hendrisman melihat ada beberapa kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan asuransi lokal. Misalnya, peluang bagi perusahaan asuransi untuk meningkatkan pelayanannya kepada konsumen. Ini dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kelemahan di bidang teknologi.

"Peluang untuk melakukan ekspansi usaha ke negara ASEAN itu terbuka. Bisa saja terjadi pertukaran pengetahuan dan teknologi baru. Kemudian, terjadi persaingan yang kompetitif sehingga pelayanan kepada konsumen dapat meningkat," kata dia. (art)

Viral Anak Selebgram Malang Dianiaya Pengasuhnya, Polisi Langsung Tangkap Pelaku
Anak selebgram Aghnia Punjabi dianiaya

Anak Selebgram Aghnia Punjabi Diduga Dianiaya Pengasuh, Badan Diduduki hingga Kepala Dibanting

Anak selebgram Aghnia Punjabi diduga dianiaya pengasuh. Wajah anaknya babak belur. Mata kiri lebam, bekas luka di daun telinga, dan bibir juga terluka.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024