Misteri Kematian Tersangka Kasus Kekerasan Seksual JIS

Pengamanan di Jakarta International School JIS Diperketat
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Penyelidikan kejahatan seks atas anak di TK Jakarta International School mengalami perkembangan yang kontroversial. Salah seorang tersangka akhir pekan lalu tewas. 
Terpopuler: Aerox Terbakar Usai Geber Knalpot, Mobil Laku 100 Ribu Unit dalam 3 Bulan

Polisi, dalam hal ini Polda Metro Jaya, kecolongan. Tersangka bernama Azwar itu mati di markas Polda Metro Jaya saat tengah diperiksa. Walau menjadi tersangka, bukan tidak mungkin dia memiliki informasi penting yang masih harus digali tim penyelidik terkait kejahatan seks atas anak di lembawa pendidikan elit nan mahal itu.
Gegara Ribut soal Baju Lebaran, Pria di Lampung Bunuh Saudara Kembar

Publik kini bertanya-tanya, apakah kematian Azwar itu bakal mengganggu penyelidikan polisi atas kejahatan seks anak di lingkungan JIS, atau justru menghadirkan petunjuk baru. Yang jelas, masyarakat dan banyak pihak - terutama keluarga korban - berharap kasus kejahatan seks atas anak ini diusut tuntas dan tidak terganggu, walau polisi kini mendapat pekerjaan baru, yaitu menyelidiki juga kematian salah satu tersangka di markas mereka.  
Arsjad Buka Suara Soal Kabar Pertemuannya dengan Prabowo

di dalam toilet kantor unit PPA Polda Metro Jaya pada Sabtu 26 April 2014. Saat ditemukan, menurut polisi, mulut Azwar mengeluarkan cairan busa. Diduga, pemuda itu tewas karena bunuh diri menenggak cairan pembersih yang ada di kamar mandi tersebut. 

Polisi meyakini, aksi nekat Azwar dilatarbelakangi stres dan tak sanggup menanggung malu atas kasus kekerasan seksual di TK Jakarta International School, Jakarta Selatan, tempat dia bekerja sebagai petugas kebersihan. []

Kontroversi Azwar tidak hanya menyangkut bagaimana dan di mana dia mati. Azwar sendiri mendadak disebut sebagai tersangka kasus kekerasan seksual di JIS, justru ketika dia dinyatakan tewas bunuh diri oleh polisi. 

Dalam jumpa pers Sabtu kemarin, polisi hanya menampilkan lima tersangka, yakni Agun Iskandar, Virgiawan Amin alias Awan, Afrischa Setyani, serta Syahrial dan Zainal Abidin. Tidak ada penyebutan nama Azwar sebagai tersangka dalam rilis yang digelar sekitar pukul 15.00 WIB tersebut.

Bahkan Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Heru Pranoto, menyebut polisi masih mencari seorang pelaku.

Hal itu kemudian menimbulkan kecurigaan pihak keluarga Azwar. Pengacara Azwar, Irfan Fahmi, mempertanyakan kejanggalan ini kepada pihak kepolisian. Namun, polisi mengaku sudah memberikan penjelasan yang cukup kepada pihak Azwar.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Ronny Sompie menampik .

"Pengacara sudah beberapa kali jumpa dengan penyidik, tadi saya tanya ke Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Heru Pranoto, dia mengatakan sudah dijelaskan ke pengacara tersebut. Saat konferensi pers AZ tidak ada, saat itu sedang diberikan pertolongan di RS, jadi tidak disebut," kata Ronny kepada VIVAnews, Minggu 27 April 2014.

Pihak kepolisian tidak mau memperpanjang masalah saling curiga seperti ini, karena masih banyak penyelidikan yang harus dilakukan berkaitan dengan kasus kejahatan seksual di JIS. Polri pun mempersilakan keluarga dan pengacara untuk menempuh jalur hukum apabila keberatan.

Namun, menurut Ronny, wajar saja pihak keluarga dan pengacara mengambil tindakan seperti itu. Karena kekerasan seksual adalah kasus yang memalukan.

"Kendalanya kasus ini kan membuat malu, beda dengan kasus-kasus kejahatan lain. Jadi ada rasa antara ingin mengungkap kasus tapi malu. Tersangka juga sama, mereka malu dan khawatir dengan masa depannya kalau terungkap perilaku menyimpangnya," jelas Ronny. 

Untuk mengungkap fakta kematian Azwar, . Autopsi itu, kata Ronny juga dimaksudkan untuk memberi kepastian penyebab kematian AZ. Ketika jenazah diautopsi pihak keluarga juga dapat mengetahui hasilnya, sehingga tidak ada yang ditutup-tutupi. 

"Oleh karena itu Polri memohon kerjasama pihak keluarga dan pengacara. Kalau saling curiga bagaimana kita mau mengungkap. Kalau saling kerjasama maka jenazah AZ bisa diautopsi. Itu bisa mengungkap penyebab kematian, apa benar dia meminum zat-zat berbahaya di toilet itu," ujarnya.

Namun, pihak keluarga menolak. itu disampaikan pengacaranya. Menurut pengacara Azwar, Irfan Fahmi, keluarga memutuskan untuk tidak menunggu autopsi karena ibu almarhum ingin segera bertemu jenazah anaknya untuk kemudian disemayamkan.

"Ketika keluarga memutuskan tidak untuk diautopsi, berarti keluarga tidak mempersoalkan proses kematian. Itu (autopsi) sesuatu yang menyakitkan," ujar Irfan Fahmi, di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Irfan menjelaskan, pihak keluarga tidak mempersoalkan proses kematian, lantaran telah mendapat penjelasan dari penyidik mengenai kematian korban. Meski penyampaian mengenai kabar kematian hanya disampaikan secara lisan, belum secara resmi.

Wajah Penuh Lebam

Meski telah menerima kematian Azwar, pihak keluarga tetap yakin ada kejanggalan atas kematian Azwar. Alangkah terkejutnya mereka saat menemukan. 

"Mukanya biru-biru, bonyok," kata Rojali, paman Azwar. "Kami, keluarga, berharap polisi terbuka."

Hal yang sama juga diungkap sejumlah pelayat yang hadir. Mereka yang menyaksikan langsung jenazah korban mengaku tak yakin jika Azwar tewas bunuh diri. "Mukanya biru-biru," kata Magarina, tetangga Azwar.

Namun, keterangan para kerabat Azwar itu dibantah oleh pihak kepolisian. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Ronny Sompie, saat dirinya mengecek langsung kondisi jenazah Azwar di RS Polri Kramatjati pad Minggu pagi, tidak ada tanda-tanda kekerasan di sekujur tubuh Azwar.

"Badannya tidak ada masalah, tidak ada tanda-tanda kekerasan," kata Ronny kepada VIVAnews

Ronny kembali menegaskan, penyebab kematian Azwar bisa terungkap dengan mengautopsi jenazah. Sebab, jika hanya melihat kondisi luar tubuh Azwar, penyebab kematiannya tidak akan bisa diketahui.

"Saya kira medis bisa menjelaskan. Ketika semua bisa diautopsi, maka penyebab kematiannya seperti apa bisa terungkap. Apabila disetujui isi kandungan dalam tubuh, perut terutama, bisa kita periksa secara laboratorium forensik. Kalau kita periksa luar kan tidak diketahui," ujar dia.

Tiga Kali

Di tengah prasangka tentang , muncul pernyataan mengejutkan dari pihak kepolisian. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto menyatakan, Azwar telah tiga kali terlibat melakukan tindakan asusila terhadap murid TK JIS.

"Dia (Azwar) melakukan sodomi pada korban sebanyak tiga kali. Pertama di bulan Februari, kedua dan ketiga dilakukan pada bulan Maret," ujar Rikwanto saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Jakarta.

Rikwanto mengungkapkan, sekitar Februari 2014, di toilet anggrek, diketahui Azwar, Zainal, Awan, dan Syahrial adalah pelaku yang melakukan kejahatan seksual pada AK (6). Pencabulan itu dimulai dengan Syahrial, kemudian Zainal, Awan, kemudian orang terakhir yang menyodomi AK adalah Azwar.

Masih di toilet anggrek, pada 17 Maret 2014, Azwar kembali melakukan kejahatan seksual. Namun kali ini, Azwar, Zainal, Awan, dan Syahrial mengaku tidak tahu siapa (nama) korban tersebut.

"Saat itu, Azwar menyodomi korban, Agun dan Awan memegangi korban. Saat Zainal melakukan itu, Awan dan Syahrial memegang korban, dan ketika Agun yang melakukannya, Awan dan Zainal, dan Syahrial yang berjaga di depan pintu. Begitu seterusnya," kata Rikwanto.

Terakhir, pada 20 Maret 2014, korban dicabuli di toilet gymnastic dekat kolam renang. Azwar, Zainal, Agun, dan Syahrial kembali melakukan aksi bejatnya pada korban yang hingga kini belum diketahui identitasnya.

Kronologi 

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, mengungkapkan. Dijelaskan Rikwanto, pada Sabtu 26 April 2014, Azwar tiba di kantor unit PPA Polda Metro Jaya. Ia digiring ke Polda bersama dengan tersangka lainnya. 

Kemudian penyidik melakukan pemeriksaan kepada tersangka. "Pada pukul 11.55 WIB, AZ izin ke kamar mandi untuk buang air besar. Ia diantar petugas dan 1 petugas harian. Tersangka masuk ke toilet dan menutup pintu toilet," kata Rikwanto.

Waktu berlalu dan Azwar tak keluar dari toilet. Dari situ, petugas mulai curiga karena dari dalam toilet terdengar suara orang seperti mengorok. Petugas memanggil petugas lain dan mendobrak pintu. 

Saat pintu dibuka, pelaku telah terkapar di lantai kamar mandi. Dari mulut pelaku, masih tersisa cairan. 

"Sekitar 15 menit kemudian ia dilarikan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Tersangka tiba di UGD RS Polri 45 menit kemudian. Sekitar pukul 18.00 WIB, penyidik mendengar kabar dari rumah sakit, bahwa yang bersangkutan telah meninggal dunia," ujarnya. 

Berdasarkan hasil olah TKP, ditemukan botol pembersih dan pewangi kamar mandi dalam keadaan tutupnya terbuka dan cairannya berceceran. 

"Diduga tersangka itu minum cairan itu untuk bunuh diri karena malu atas perbuatannya," katanya. Menurut Rikwanto, botol cairan tersebut sudah disita sebagai barang bukti. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya