Ekonomi Indonesia Kini Masuk 10 Besar Dunia, Apa Dampaknya?

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhir pekan lalu menyatakan bahwa penetapan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi peringkat ke-10 dunia merupakan satu prestasi yang baik untuk bekal langkah kemajuan ke depan.

SBY menjelaskan, berdasarkan laporan yang diterimanya dari Menteri Keuangan Chatib Basri, penetapan Bank Dunia mengenai peringkat ekonomi negara-negara di dunia patut disyukuri.

"World Bank telah menetapkan peringkat ekonomi sedunia dari segi ukuran GDP purchasing power imparity. Indonesia ditetapkan sebagai ekonomi nomor sepuluh di dunia," ujar SBY di Jakarta, Sabtu 3 Mei 2014.

Dengan demikian, ia melanjutkan, ada sembilan negara lain yang peringkat ekonominya di atas Indonesia. Antara lain adalah Amerika Serikat, Tiongkok, India, Jepang, Jerman, Rusia, Brazil, Perancis, dan Inggris.

Menurut SBY, ini awal yang baik bagi kemajuan Indonesia. Meskipun diakui masih terdapat banyak kekuarangan di beberapa bidang yang perlu ditangani dan mendapat perbaikan.

Namun, SBY menyambut baik penetapan ekonomi Indonesia dalam peringkat ke-10 dunia ini. Karena, ini merupakan gambaran bangsa Indonesia yang optimistis pada pembangunan ekonomi.

"Kita masih bisa bergerak maju," kata SBY.

Untuk diketahui, di tengah krisis global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010-2012 tumbuh rata-rata di atas 6 persen. Bahkan pada 2012, ekonomi Indonesia tumbuh 6,23 persen sehingga dunia menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di dunia setelah Tiongkok yang tumbuh 7,7 persen.
 
Malaysia hanya tumbuh 5,3 persen, Singapura 1,5persen, Vietnam 4,4 persen, dan Thailand 2,6 persen. Sebagian negara malah ada yang minus. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka iklim investasi di Indonesia akan semakin kondusif.

Semua sektor tumbuh

Golkar: Kabinet Tidak Boleh Dibatasi karena Prerogatif Presiden

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia sepanjang 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen. Semua sektor ekonomi tumbuh pada tahun lalu.

Kepala BPS, Suryamin, Rabu 5 Februari 2014, mengungkapkan bahwa pada kuartal IV-2013 ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,72 persen. Namun, dibanding periode sama tahun lalu, pencapaian tersebut melambat sebesar 1,24 persen.

Situasi perekonomian global yang sudah berangsur membaik juga mendorong tumbuhnya ekonomi Indonesia. "Perekonomian global telah menunjukkan perbaikan, terutama China dan kita sudah lihat data ekspor menunjukkan hal yang signifikan," ujar Suryamin di Jakarta.

Selama 2013, ia melanjutkan, produk domestik bruto (PDB) secara nominal atas dasar harga berlaku sebesar Rp9.084 trilun. Sementara itu, atas dasar harga konstan sebesar Rp2.770,3 triliun.

Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat pada triwulan I 2014. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2014 sebesar 5,21 persen dibandingkan periode sama 2013. Pertumbuhan ekonomi yang diukur dari kenaikan produk domestik bruto atas dasar harga konstan itu meningkat 0,95 persen dibandingkan triwulan IV-2013.

Menurut BPS, realisasi tersebut melambat dari pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2013 sebesar 5,72 persen dan sepanjang 2013 yang mencapai 5,78 persen.

Dalam paparan survei terbaru BPS di Jakarta, Senin 5 Mei 2014, Suryamin menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014 berdasarkan pengeluaran masih ditopang oleh konsumsi masyarakat yang tumbuh sebesar 0,70 persen. Sementara itu, indikator lainnya mengalami perlambatan, yaitu konsumsi pemerintah -44,17 persen, pembentukan modal tetap bruto -5,62 persen, ekspor -11,44 persen, dan impor -12,93 persen.

Sementara itu, peran pengeluaran secara year on year yaitu, konsumsi masyarakat 5,61 persen, konsumsi pemerintah 3,58 persen, pembentukan modal tetap bruto tumbuh 5,13 persen, ekspor -0,78 persen, dan impor -0,66 persen

"Meskipun ekspor turun, tapi kecepatan impor lebih tinggi dibanding ekspor, makanya kita masih surplus," kata Suryamin.

Secara garis besar, Suryamin mengatakan, ada empat hal yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014 dibandingkan triwulan IV-2013. Pertama, perlambatan produksi tanam bahan makanan karena ada pergeseran panen, meskipun masih tumbuh.

Kedua, penurunan sektor pertambangan dan penggalian khususnya karena ada pelarangan ekspor mineral. "Ini sebenarnya bagus untuk jangka menengah dan panjang. Pertambangan migas juga terjadi penurunan," katanya.

Ketiga, perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan, yang pada tahun lalu sebesar 6,5 persen perannya menjadi 4,56 persen. Salah satunya karena dampak aturan minerba dan menurunnya impor barang jasa.

Keempat, ada perlambatan subsektor bank. "Itu didorong oleh tumbuhnya industri keuangan non bank," kata Suryamin.

Kemenko Polhukam Susun Rencana Bangun Sistem Pertahanan Semesta di IKN

Ramalan sebelumnya

Sebenarnya, kemajuan perekonomian Indonesia ini sudah pernah diramalkan sebelumnya oleh lembaga riset internasional McKinsey Global Institute.

Dalam artikel bertajuk The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia's Potential yang dirilis oleh Mckinsey pada 2012 lalu, Indonesia disebut sebagai negara yang berpotensi masuk jajaran tujuh besar ekonomi dunia pada 2030.  Artikel itu juga mengungkap posisi ekonomi Indonesia pada 2012 berada di peringkat 16 dunia dan berpotensi melesat dalam 10 besar dunia.

Wakil Presiden RI, Boediono, pernah mengapresiasi laporan dari Mckinsey tersebut dan mengaku lebih optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

"Ini bukan laporan sembarangan. Teliti, tajam, dan sangat objektif. Kesimpulannya bukan direka-reka. Membaca ini, saya optimistis mengenai negara kita. Memang yang kurang di kita ada, tapi secara umum oke dan yang menilai ini bukan kita sendiri," ujar Boediono pada sesi pembekalan kepada PPRA XLVII dan PPSA XVIII Lemhannas RI Tahun 2012 di Auditorium Istana Wakil Presiden, Jakarta, Senin 24 September 2012.

Boediono meyakini, prediksi yang disampaikan McKinsey dapat terjadi jika Indonesia bisa melakukan konsolidasi demokrasi dengan baik, dengan mencapai kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa di masa depan. "McKinsey saja sampai katakan begini, masa kita tak percaya," kata Boediono.

Oleh karena itu, setelah mengetahui penetapan peringkat ekonomi negara-negara di dunia tahun ini oleh Bank Dunia, Menteri Keuangan Chatib Basri menjadi optimis target Indonesia menjadi salah satu dari 7 negara dengan eonomi terbesar didunia 10 tahun mendatang bukan hal yang mustahil terjadi. Meskipun saat ini ekonomi Indonesia pada kuartal pertama sedang anjlok ke angka 5,21 persen, jauh dibawah asumsi APBN 2014 sebesar 6 persen.

Saat dihubungi Senin 5 Mei 2014, Chatib menjelaskan bahwa hal tersebut bisa diwujudkan apabila pemerintah membuat komitmen jangka panjang untuk fokus pada beberapa hal. Salah satunya peningkatan infrastruktur penunjang ekonomi. "Fokus lainnya yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perbaikan governance," kata Chatib.

Menurut Chatib, peringkat Indonesia dalam 10 negara dengan pendapatan domestik bruto (PDB) terbesar di dunia dapat dipertahankan jika stabilitas ekonomi saat ini mampu dijaga dengan baik. "Jangka pendeknya seperti yang dilakukan sekarang jaga stabilitas makro," kata dia.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, menyatakan hal senada. Menurut Hatta, ada tiga hal yang harus menjadi komitmen bersama semua pihak guna mewujudkan hal tersebut di masa mendatang.

Pertama, konsisten dengan reformasi struktural dibidang industri. "Itu harus jalan , karena meningkatkan nilai tambah dan mengurangi impor bahan baku dan penolong," ujar Hatta saat dihubungi.

Kedua, ekstensifikasi pasar ekspor produk Indonesia. Menurut dia, saat ini potensi pasar tradisional di beberapa negara Timur Tengah dan Asia khususnya kawasan ASEAN masih besar.

"Terbukti kita masih nomor empat, perdagangannya masih kalah dengan negara lain. Masih ada peluang antar ASEAN yang harus tingkatkan," imbuhnya.

Ketiga, menekan beban logistik di Indonesia, sehingga daya saing dunia usaha dapat ditingkatkan dan minat investor meningkat.

Ia menambahkan, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal tahun ini mengalami penurunan, angkanya masih lebih baik di antara negara-negara lain, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Diharapkan ke depan dapat terus diperbaiki sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah.

"Perekonomian kita baik dari sisi internal, paket kebijakan kita diapresiasi, tapi ada juga faktor eksternal yang mempengaruhi, itu harus diwaspadai," kata Hatta. (ren)

4 Pelaku Terorisme Moskow Ternyata di Bawah Pengaruh Obat-Obatan Terlarang
Persib Bandung vs Bhayangkara FC

Persib vs Bhayangkara FC Imbang, Begini Komentar Bojan Hodak

Duel Persib Bandung menghadapi Bhayangkara FC dalam laga lanjutan Liga 1 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Kamis 28 Maret 2024, berakhir imbang tanpa gol.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024