Kemenangan Sang Pemimpin Kudeta

Demonstran di Kairo Mesir mendukung Jenderal Abdel Fattah al-Sisi
Sumber :
  • REUTERS/Mohamed Abd El Ghany/Files
VIVAnews
Mengerikan, Ini 9 Bahaya Vape Liquid Ganja yang Perlu Diketahui
- Salah satu petinggi militer Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, unggul dalam pemilihan umum pada Selasa, 27 Mei 2014. Tapi, keunggulan itu menimbulkan pertanyaan setelah pendukungnya sangat mengidolakan sebagai tokoh yang bisa memberikan kestabilan politik dan ekonomi.

Viral Pelamar Kerja Wanita Dilecehkan saat Wawancara

Dilansir
Leandro Trossard Menyela Ben White dengan Tegas, Akhiri Perdebatan Tentang Bintang Arsenal
Reuters pada Kamis, 29 Mei 2014, Sisi mendapatkan 92,2 persen perolehan suara. Sementara itu, rivalnya, Hamdeen Sabahi, hanya mendulang 3,2 persen suara.

Hasil yang diumumkan oleh lembaga hukum setempat itu disambut dengan perayaan kembang api, pengibaran bendera, dan pembunyian klakson mobil oleh para simpatisannya di Kairo. Sekitar seribu orang di Tahrir Square merayakan euforia ini.

"Kami senang karena Sisi mendapatkan banyak suara. Kami di sini untuk merayakannya," kata seorang simpatisan, Kawther Mohamed, yang datang ke Tahrir dengan putrinya.


Sementara itu, pimpinan militer ini belum begitu familiar dengan pemulihan pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan pengangguran, serta penghentian subsidi energi.


Dari 54 juta pemilih, ada 44,4 persen suara yang sah. Itu artinya, Sisi mendapatkan suara kurang dari 40 juta atau 80 persen dari pemilu yang dikumpulkannya pekan ini.


Kondisi itu bisa mengindikasikan bahwa dia gagal untuk mendapatkan dukungan bagus setelah menggulingkan Presiden Mohamed Morsi yang berasal dari Ikhwanul Muslimin. Suatu lembaga polling menemukan pola yang sama di Alexandria. Di kota terbesar kedua di Mesir itu banyak pemilih yang cenderung apatis.


Melihat hasil pemilihan itu, koordinator kampanye Sabahi, Hossam Moanes, tidak terima melihat hasilnya dan mempertanyakannya. "Kemarin jumlah golput lebih rendah daripada yang diumumkan hari ini. Tapi, kenapa sekarang lebih tinggi?" kata Moanes.


Direktur Human Right Watch Middle East and North Africa, Sarah Leah Whitson, mengatakan bahwa insiden politik yang disebabkan oleh sebagian umat dan lainnya menyebabkan politik menjadi mati serta menghilangkan arti pemilihan umum.


Diprediksi menang telak

Sejak jauh hari, Sisi yang Juli tahun lalu memimpin kudeta militer atas Presiden Morsi, memang sudah digadang-gadang menang telak. Morsi sebenarnya merupakan presiden yang dipilih melalui pemilu demokratis pertama di Mesir pada 2012, setelah sekian lama dipimpin rezim Hosni Mubarak, yang digulingkan lewat revolusi rakyat pada 2011.


Sisi telah dianggap sebagai pemimpin Mesir setelah Morsi terguling. Bagi sebagian orang, Sisi juga dianggap pahlawan karena telah membubarkan Ikhwanul Muslimin yang disebutnya sebagai kelompok teroris.


Dalam beberapa survei, Sisi sudah diunggulkan dibanding Sabahi, seorang politisi sayap kiri yang sebelumnya kalah dalam pilpres melawan Morsi. Sisi diperkirakan bisa mendapat 95 persen suara. Hanya Pew Research Center yang memperkirakan Sisi hanya menang 54 persen, sedangkan Sabahi 45 persen.


Sisi dianggap sebagai figur yang menciptakan kestabilan di Mesir. Selain itu, dia mengaku tahu betul permasalahan Mesir, termasuk krisis energi dan kekerasan ekstremis. Akibat masalah ini, kata dia, investor dan turis asing kabur, membuat perekonomian Mesir terpuruk.


"Tantangan yang ada di Mesir sangat banyak. Tapi, saya yakin selama kerja serius dan berkelanjutan selama dua tahun, kami bisa mencapai kemajuan yang diinginkan rakyat Mesir," kata Sisi dalam wawancara dengan
Reuters
.


Namun, bagi para Islamis, Sisi adalah seorang jenderal yang haus darah. Dia menangkapi ratusan anggota Ikhwanul Muslimin. Kelompok Amnesty International menyebut tindakannya itu sebagai pelanggaran HAM.


"Pemilu presiden Mesir tidak akan membersihkan catatan pelanggaran HAM di negara itu selama 10 bulan," tulis pernyataan Amnesty International.


Kelompok Islam khawatir Sisi akan jadi diktator seperti pemimpin dari militer sebelumnya. Sisi disebut hanya akan melindungi kepentingan politik dan ekonomi para jenderal dan pengusaha yang pernah berjaya di era sebelum tergulingnya Hosni Mubarak.


Beberapa waktu sebelum pemilu digelar, Sisi juga bersumpah jika terpilih akan "memberantas habis" gerakan Ikhwanul Muslimin.


Sisi mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah gerakan militan garis keras. Kelompok itu tumbuh subur dalam pemerintahan Morsi. Setelah Morsi terguling, massa turun ke jalan, berujung bentrok yang menewaskan ratusan orang.


Dalam wawancara dengan stasiun televisi
CBC
dan
ONTV,
Sisi ditanya apakah jika terpilih nanti dia akan memusnahkan Ikhwanul Muslimin, dia menjawab, "Ya, itu benar." "Saya katakan pada Anda, bukan saya yang memusnahkannya (Ikhwanul Muslimin). Tapi kalian, rakyat Mesir, adalah yang menghabisinya." (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya