Mandala Berhenti Terbang untuk Kedua Kali

A320 Mandala Airlines
Sumber :
  • http://www.airteamimages.com

VIVAnews - "Alhamdulillah, hari ini Mandala mengudara kembali, membawa kebanggaan bagi Indonesia". Ucapan syukur itu keluar dari mulut Kepala Eksekutif Korporat (CEO) Saratoga Capital, Sandiaga Uno, sekitar dua tahun lalu.

Tak heran, pemilik baru maskapai Mandala Airlines itu merasakan kebahagiaan. Setelah setahun sebelumnya berhenti operasi untuk sementara, Mandala akhirnya kembali mengudara.

Tekanan utang yang menumpuk dan sejumlah persoalan internal seolah terhapus pada hari bersejarah, Kamis 5 April 2012. Penerbangan perdana saat itu, dengan rute Jakarta-Medan, telah ditempuh dengan pendaratan yang mulus.

Tapi, kini, setelah dua tahun lebih dua bulan dari "dihidupkannya kembali" Mandala, maskapai yang pernah dimiliki Yayasan Kostrad, TNI Angkatan Darat itu, dililit persoalan serupa.

Dalam keterangan tertulis Rabu 18 Juni 2014, PT Mandala Airlines, yang beroperasi dengan brand Tigerair Mandala, mengumumkan bahwa maskapai akan menghentikan kegiatan operasional terhitung 1 Juli 2014.

Ketua Dewan Komisaris Mandala Airlines, Jusman Syafii Djamal, mengatakan, dewan komisaris mengambil keputusan itu dengan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti kondisi pasar yang sedang turun, dan meningkatnya biaya operasional akibat depresiasi rupiah yang cukup tajam.

"Kami telah berusaha mencari berbagai solusi untuk tetap beroperasi, termasuk berdiskusi dengan calon mitra strategis dan penanam modal," ujar Jusman dalam keterangan tertulis itu.

Dia menjelaskan, kelebihan kapasitas maskapai dibandingkan dengan jumlah penumpang, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mencapai 20 persen sejak awal 2013, membuat biaya operasional Mandala Airlines melonjak signifikan.

Jusman mengatakan, sejak beroperasi kembali pada April 2012, Mandala Airlines terus merugi. Menurut dia, perkembangan industri yang menantang membuat pemegang saham sulit untuk terus memberikan dukungan keuangan kepada Mandala.

"Dewan meninjau posisi Mandala dan memutuskan bahwa perseroan tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk melanjutkan kegiatan operasionalnya. Maskapai telah secara resmi menyampaikan informasi terkait penghentian operasional terhitung tanggal 1 Juli 2014 kepada Direktorat Jenderal Perhubungan," ujar dia.

Jusman mengatakan, setelah pengumuman ini, penerbangan terakhir yang akan dioperasikan oleh Mandala adalah RI545 pada 1 Juli 2014, yang dijadwalkan berangkat dari Hong Kong menuju Denpasar pada pukul 02.35.

"Selain penerbangan di atas, seluruh penerbangan Mandala pada tanggal 1 Juli 2014 dan seterusnya dibatalkan," kata dia.

Jusman mengatakan, Tigerair Group akan membantu semua penumpang yang terkena dampak penghentian kegiatan operasi ini, baik melalui pengalihan penerbangan ke penerbangan yang dioperasikan Tigerair (TR), jika ada kursi yang tersedia atau melalui pengembalian dana tiket yang dipesan untuk periode perjalanan pada atau setelah 1 Juli 2014.

"Untuk informasi lebih lanjut, penumpang yang membutuhkan klarifikasi serta bantuan bisa mengunjungi situs Tigerair, atau menghubungi call center Mandala di (+62 21) 2939-6688 atau call center Tigerair terhitung dari tanggal 18 Juni 2014 hingga 31 Juli 2014," kata dia.

Jusman mengatakan, pada saat yang bersamaan, dewan direksi sedang membahas dengan para pemegang saham untuk menyelesaikan kewajiban utama Mandala kepada para karyawan dan kreditornya.

Jatuh Bangun Mandala

Mandala mulai beroperasi di Tanah Air sejak 1969. Maskapai ini dulunya dimiliki oleh Kostrad pada 1990. Cardig International kemudian mengakuisisi Mandala senilai US$34 juta atau setara Rp300 miliar pada April 2006. Enam bulan kemudian, tepatnya pada Okrober 2006, Indigo Partners mengambil alih kepemilikan 49 persen.

Kemenpan-RB Pertimbangkan Usul Ombudsman soal Penundaan Seleksi CASN karena Pilkada

Kedua investor tersebut melihat adanya potensi pasar yang besar di Indonesia dan membutuhkan sebuah maskapai generasi modern yang dikelola dengan baik. Akuisisi Mandala oleh sejumlah investor itu kemudian diikuti dengan perubahan image melalui penambahan dua Airbus 320 di awal peremajaan armadanya.

Pada 2007, tim manajemen internasional diberi mandat untuk mentransformasi maskapai ini secara agresif menjadi perusahaan generasi modern yang efisien dan aman. Bahkan, Mandala juga pernah memesan 30 pesawat dan tumbuh rata-rata 25 persen per tahun.

Namun, tidak mudah bagi maskapai domestik itu untuk terbang dan menambah armada baru. Mandala pun mulai terbelit kesulitan keuangan dan memutuskan berhenti beroperasi sejak 13 Januari 2011. Maskapai harus berjuang keras mendapatkan suntikan dana segar dari investor agar bisa kembali mengudara.

Keputusan Mandala menghentikan penerbangan karena dihimpit masalah keuangan dan internal.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti, saat itu, mengatakan, Mandala mengalami gagal bayar terkait kewajiban pembayaran sewa pesawat.

Ketika berhenti terbang sementara, Mandala memiliki lima unit pesawat Airbus. Kelimanya adalah pesawat sewaan dari perusahaan luar negeri. Mandala harus menyelesaikan dulu persoalan sengketa sewa pesawat tersebut, sehingga untuk sementara berhenti beroperasi.

Lalu, setelah setahun lebih mencari investor baru, Mandala Airlines akhirnya kembali mengarungi langit biru pada awal April 2012. Adalah pebisnis muda pemilik Saratoga Capital, Sandiaga Uno, yang menjadi penyelamat.

Dengan kucuran dana hingga US$500 juta atau sekitar Rp4,5 triliun, Sandiaga menyiapkan 10 pesawat Airbus. Pesawat itu yang digunakan Mandala Airlines guna memulai kembali penerbangan pada 5 April 2012.

"Kami tentu menyiapkan dana yang cukup untuk pengadaan pesawat hingga 12 bulan ke depan. Harga satuannya US$50 juta," kata Sandiaga saat itu.

Selain Jakarta-Medan, rute internasional yang sudah mendapatkan izin dari pemerintah adalah Jakarta-Kuala Lumpur. Untuk selanjutnya adalah menyasar rute Medan-Singapura.

Namun, sinyal kesulitan keuangan kembali mengusik Mandala sekitar empat bulan lalu. Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat dan kenaikan harga avtur mulai membebani operasional Mandala.
 
Sejumlah rute penerbangan mereka evaluasi. Tak sedikit yang terpaksa dihentikan sementara. Beberapa di antaranya dikurangi frekuensi penerbangannya.

Maskapai dalam kelompok Tigerair Group yang berbasis di Singapura itu akhirnya menghentikan sementara sembilan rute penerbangannya.

Upaya tersebut dilakukan sehubungan dengan adanya evaluasi jaringan. "Kami ingin menginformasikan bahwa ada beberapa rute penerbangan yang akan diberhentikan sementara waktu," kata Public Relations Manager Tigerair Mandala, Lucas Suryanata, saat dihubungi VIVAnews, Kamis 6 Februari 2014.

Menurut Lucas, penghentian sementara dilakukan untuk mengevaluasi rute, karena kondisi pasar yang kurang bagus akibat menguatnya nilai tukar dolar AS, dan kenaikan harga avtur.

Selain menghentikan sementara sembilan rute penerbangan, Tigerair mengurangi frekuensi penerbangan untuk dua rute. Yakni, Jakarta-Pekanbaru (RI 72/73) mulai 18 Februari 2014, dikurangi dari sebelumnya dua kali penerbangan menjadi satu kali.

Selanjutnya, Jakarta-Singapura (RI 808/809) mulai 3 Maret 2014, dikurangi dari sebelumnya lima kali penerbangan menjadi empat kali.

Dan, kini, melalui siaran persnya, tekanan penguatan dolar dan kondisi pasar yang menurun, Mandala akhirnya memutuskan untuk berhenti operasi mulai 1 Juli 2014.

Kewajiban kepada penumpang

Top Trending: Baku Hantam Dua Kelompok Suporter Bola Hingga Supir Angkot Mengemudi Pakai Oksigen

Menyusul akan dihentikannya operasional penerbangan Mandala, manajemen maskapai itu mulai Rabu 18 Juni hingga 1 Juli 2014, langsung memberikan opsi kepada penumpang untuk memperoleh penerbangan alternatif atau pengembalian dana atas tiket Mandala.

Namun, manajemen belum memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai tahapan penyelesaian kewajiban kepada calon penumpangnya tersebut.

Manajemen hanya menyatakan bahwa penumpang yang membutuhkan klarifikasi serta bantuan bisa mengunjungi situs Tigerair, atau menghubungi call center Mandala di (+62 21) 2939-6688 atau call center Tigerair terhitung dari 18 Juni 2014 hingga 31 Juli 2014.

Salah satu calon penumpang, Khoe Fu Tjen, mengaku kecewa terhadap masalah ini. "Saya terkatung-katung. Belum tahu bisa refund atau tidak," kata Khoe Fu Tjen di kantor Mandala Airlines, Wisma Soewarna, Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Kamis 19 Juni 2014.

Khoe Fu Tjen mengaku telah memesan tiket sejak 28 Agustus 2013 untuk 12 orang. Harga tiket yang dibelinya pun bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Itu pun berupa tiket pulang-pergi. Tiket tersebut dipesan untuk keberangkatan 6 Juli dengan kode pesawat TR dan kepulangan tanggal 12 Juli 2014 dengan kode pesawat RI.

Khoe Fu Tjen mendapat kabar Mandala Airlines tutup sejak Rabu malam. Untuk itu, dia langsung mengontak kantor Mandala Airlines. Sayangnya, hasilnya nihil.

"Telepon kantor tak ada jawaban. Telepon ke call center juga tak ada jawaban," ujar dia.

Lalu, pagi ini Khoe Fu Tjen pergi ke Terminal III Bandara Soekarno-Hatta. Dia mengatakan kantor tersebut tutup. "Kami inisiatif ke sini (ke kantor Mandala)," kata dia.

Sementara itu, Adit, pembeli tiket Mandala Airlines lainnya, mengatakan telah memesan tiket ke Singapura untuk kepergian 1 Juli 2014 dan pulang pada 8 Juli 2014. "Tiket untuk tiga orang. Sudah pesan dari Januari lalu," ujar dia.

Sama dengan Khoe Fu Tjen, Adit bingung karena tak ada pihak Mandala yang bisa dihubungi. "Call center-nya tidak aktif. Masak berangkat naik pesawat pulangnya renang?" ujar dia.

Baik Khoe Fu Tjen dan Adit mengaku menerima formulir refund tiket dari pihak Mandala. Itu pun diberikan dari dua orang satpam kantor Tigerair Mandala.

Sementara itu, Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan, Djoko Murjatmojo, mengungkapkan, maskapai tersebut telah menyatakan siap mengganti tiket yang telah dipesan oleh penumpangnya. Proses refund akan segera dilakukan.

"Mandala tanggung jawab, jadi kalau ada penumpang atau lain-lain silakan hubungi Mandala," ujarnya kepada VIVAnews.

Kementerian Perhubungan akan memonitor proses tesebut, sehingga diharapkan berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. "Kami monitor pelayanannya pada penumpang," tuturnya.

Tidak hanya merugikan penumpang, agen perjalanan selalu menjadi pihak yang paling dirugikan dari tutupnya maskapai penerbangan. Sudah beberapa kali maskapai mengalami bangkrut dan pailit, deposit para agen perjalanan ini selalu hilang tanpa ada yang dikembalikan.

Ketua Bidang Ticketing Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Aspindo), Pauline Suharno, kepada VIVAnews, Kamis 19 Juni 2014, mengungkapkan, posisi pengusaha perjalanan dalam Undang-Undang Kepailitan memang masuk yang paling buncit.

"Kami bersama konsumen ada di paling bawah setelah investor, karyawan, dan pajak," kata Pauline. (umi)

Harta Kekayaan Naik, Pj Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono Jawab Begini
Betrand Peto dan Sarwendah

Gerah Selalu Dapat Kabar Miring dengan Betrand Peto, Sarwendah Siap Lapor

Sarwendah menegaskan berita yang beredar telah terlalu berlebihan. Dia juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa berita tersebut dapat berdampak buruk pada anak-anaknya.

img_title
VIVA.co.id
3 Mei 2024