Makna Open House Lebaran Para Elit Politik

Dok. Suasana Open House Lebaran di luar rumah Jusuf Kalla di Makassar, 29 Juli 2014. Pihak panitia dan aparat keamanan mengupayakan agar suasana jadi jauh lebih tertib dan tidak lagi semrawut pada Open House Lebaran Tahun 2017 ini.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang
VIVAnews - Berkumpul bersama sanak saudara, kolega, dan masyarakat untuk silaturahmi dan saling bermaafan pada hari raya Idul Fitri merupakan ciri khas umat Muslim di Indonesia. Karakteristik itulah yang digunakan pemimpin nasional dan para elit politik untuk menggelar halal bi halal pada hari Lebaran, yang belakangan ini lebih populer dengan sebutan open house.
Terungkap! SYL Juga Pakai Uang Korupsi untuk Beli Skincare Anak dan Cucu

Bagi para elit politik dan masyarakat, acara tahun ini terkesan istimewa karena bertepatan dengan tahun Pemilu. Ini dimanfaatkan sebagai momen untuk mencairkan ketegangan setelah Pemilu Presiden 9 Juli lalu, yang hingga kini membelah rakyat Indonesia menjadi pendukung dua kubu, sekaligus merekatkan lagi persatuan nasional. 
MK Tolak Gugatan Anies dan Ganjar, Pakar: Sudahi Kegaduhan Pilpres 2024

Open house yang digelar para politisi merayakan Idul Fitri membawa dampak positif di tengah terbelahnya warga pada dua kubu selama masa kampanye pemilihan presiden 2014. Hari Lebaran membuat anak bangsa ini saling meminta dan memberikan maaf seraya menyambung dan mempererat tali silaturahmi. Suasana pilpres yang panas perlahan tapi pasti terasa mendingin beberapa hari ini. 
Sudaryono Minta Semua Pihak Hormati Putusan MK soal Sengketa Pilpres

Hasil pilpres memang belum final karena ada yang menyengketakan hasil rekapitulasi suara oleh Komisi Pemilihan Umum ke Mahkamah Konstitusi. Namun demikian, pekan ini tensi persaingan kedua kubu terasa penurunannya. Bahkan para pendukung kandidat terlihat saling bertemu dalam berbagai kesempatan seperti acara open house ataupun reunian.

Open house menjadi acara pasti saat Idul Fitri. Semua orang mengadakannya demi menjalin silaturahmi antar pribadi. Tak terkecuali para pejabat berbondong-bondong untuk mengadakan open house.

"Itulah dahsyatnya Idul Fitri, bisa membuat orang saling memaafkan," ujar Politisi Golkar Tantowi Yahya kepada VIVAnews.

Para pejabat yang mengadakan open house perlu di apresiasi, karena mampu menyatukan antar kader maupun dengan partai lainnya. Contohnya, kata Tantowi, saat open house di rumah ARB banyak hadir kader-kader partai Golkar yang selama ini berseberangan. Menurutnya, semua larut dalam suasana keakraban saat open house meski sebelumnya ada perbedaan dalam Pilpres 2014.

Profesor Riset Bidang Ilmu Politik LIPI, R Siti Zuhro, berpandangan bahwa silaturahmi atau halal bihalal dapat menjadi sarana mendamaikan hati, mengurangi tensi salah paham, memperbaiki komunikasi menjadi lebih bai. "Dan peredam salah paham setelah saling bermaafan," katanya.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito, berpendapat bahwa momentum pilpres yang bersamaan dengan Ramadan dan Lebaran ini mempercepat proses penurunan tensi politik pasca kontestasi di masa kampanye dan rekapitulasi suara. “Terjadi proses cooling down karena momentum ini,” katanya kepada VIVAnews.

Usai salat Idul Fitri pada 1 Syawal 1435 H atau 28 Juli lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar open house di Istana. Dua calon presiden—Prabowo Subianto dan Joko Widodo—hadir dalam acara itu.

Menurut Arie, Presiden Yudhoyono tampak berupaya menempatkan diri dalam pendulum supaya tidak ada ketengangan antara dua kandidat tersebut. “Rekonsiliasi paling tidak di level dua petarung ini,” ujarnya.

Lebih lanjut, kata Arie, upaya rekonsiliasi yang terbangun di level kandidat bakal menjalar ke level pendukung atau tim sukses untuk setidaknya tidak mereproduksi permusuhan. “Saya yakin membawa efek positif.”

Menurut dia, tradisi saling memaafkan dan bersilaturahmi atau syawalan juga dijadikan para politisi sebagai pembangunan modal sosial untuk mengembangkan basis jaringan demi kepentingan politiknya secara halus. “Seperti mendekati presiden dan presiden mendekati para calon menterinya.”

Pada hari lebaran itu, Jokowi maupun Prabowo menggelar open house untuk menyapa para pendukungnya. Jokowi menggelar di kediamannya di Jakarta, sementara Prabowo menggelar di markas pemenangannya di Rumah Polonia Jakarta.

“Itu sebetulnya, baik Jokowi maupun Prabowo menyapa dan membuka diri untuk membuka silaturahim,” ujar Arie.

Santai Sejenak

Bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, Prabowo menghadiri halal bihalal di Rumah Polonia, Jakarta Timur. Di tengah pendukungnya, Prabowo mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri bagi seraya berdoa mudah-mudahan di tahun akan datang diberikan kebaikan oleh Allah SWT, dilindungi semuanya atas perjuangan dan cita-cita.

Prabowo juga tak lupa menyampaikan terima kasihnya kepada para pendukungnya atas dedikasi dan loyalitas mereka selama ini. Usai memberikan kata sambutan, Prabowo tak mau memberikan sepatah kata pun kepada para wartawan dan hanya melemparkan senyuman.

Pada hari itu, Prabowo juga menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie di Jalan Ki Mangunsarkoro Nomor 47, Jakarta Pusat. Sekira hampir satu jam di kediaman itu, Prabowo yang hendak pergi, langsung diserbu para wartawan.

Sejumlah pertanyaan pun dilontarkan oleh awak media, namun Prabowo hanya melempar senyum. Salah satu pertanyaan yang dilempar terkait gugatannya atau sengketa Pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Mendengar pertanyaan itu, Prabowo menjawab santai. "Nanti dulu, ini masih Lebaran. Sudah ya, terima kasih," kata Prabowo.

Sementara Jokowi yang sudah kembali aktif menjadi Gubernur DKI Jakarta per 23 Juli, menggelar open house di rumah dinasnya, Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Tetamu pun berdatangan, termasuk wakil presiden terpilih, Jusuf Kalla.

Jokowi dan Jusuf Kalla, sempat berbicang sekitar 15 menit, entah apa yang dibicarakan, hanya terdengar sayup-sayup dalam pembicaraan itu. 
Setelah silaturahmi di rumah dinas Jokowi Taman Suropati. Keduanya langsung beranjak untuk bersilatrahmi ke rumah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDIP), Megawati Soekarnoputri.

Ada Tragedi

Di tengah haru biru lebaran itu, ada berita sedih dari acara open house di kediaman Jusuf Kalla di Jalan haji Bau, Makassar. Antusiasme penduduk sekitar sangat besar. Beberapa pingsan akibat berdesakan, bahkan seorang bocah bernama Hadika berumur 11 tahun meninggal setelah terjebak dalam kerumunan. 

Open house di hari kedua Idul Fitri 1435 Hijriyah ini atau 29 Juli, dianggap sebagai kesempatan warga untuk melihat dan menyapa wakil presiden terpilih Indonesia lebih dekat. Jusuf Kalla dan keluarga pun memberikan sedekah berupa satu dus kue lebaran dan uang tunai senilai Rp50.000 per orang.

Sebenarnya keluarga besar JK rutin menggelar acara ini setiap Lebaran dengan mengundang masyarakat, mengingat dia adalah tokoh masyarakat yang dihormati di Sulawesi Selatan. Namun, tahun ini makin banyak warga yang datang karena mereka juga melihat JK kini sebagai wakil presiden terpilih RI, walau masih menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi terkait gugatan hukum kubu Prabowo-Hatta atas KPU dan baru akan dilantik Oktober mendatang.  

Saking antusiasnya, banyak warga yang datang. Tidak heran jika kemudian kericuhan pun muncul. Warga telibat aksi dorong-mendorong dan berdesakan untuk mendapatkan sedekath dari Jusuf Kalla dan keluarga. 

Akibatnya, puluhan warga terkapar pingsan saat antri dan terlibat aksi dorong mendorong di pintu masuk. Ukuran pintunya memang cukup lebar dan tanpa pembatas. Inilah yang menyebabkan warga melakukan aksi dorong dan berdesakan, agar mereka kebagian sedekah JK.

Dugaan sementara, puluhan warga yang pingsan itu karena kekurangan oksigen. Warga yang pingsan langsung dibawa keluar dari kerumunan.

Keluarga JK meminta maaf atas insiden tersebut dan menyatakan menyatakan belasungkawa. Dalam kesempatan itu, keluarga JK juga memberikan santunan dan membiayai seluruh pemakaman korban. Pembiayaan juga ditanggung JK untuk delapan korban luka yang kini dirawat di Rumah Sakit Stella Maris Makassar.

Sebelumnya juru bicara JK, Husain Abdullah, mengatakan bahwa JK memberikan santunan sebesar Rp20 juta untuk keluarga Hadika. Namun JK sendiri, yang juga melayat ke rumah duka, menyatakan bahwa yang membuat dia sedih adalah setelah mendengar pengakuan orang tua Hadika bahwa korban pun sangat ingin menyapa JK pada hari yang spesial. (ren)  

Laporan: Deanisa, Muhammad Noer/TV One Makassar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya