Duta Besar Inggris, Mark Canning

Demokrasi di Indonesia Sangat Hebat

Duta Besar Inggris untuk Indonesia Mark Canning
Sumber :
  • VIVAnews / Renne Kawilarang

VIVAnews - Mark Canning termasuk diplomat yang beruntung. Tidak banyak diplomat Inggris yang berkesempatan bertugas di suatu negara yang sama lebih dari sekali.

Nikita Mirzani Beberkan Pemicu Kandasnya Jalinan Asmara Hingga Soal Kesetiaan

Sebelum menjadi Duta Besar Inggris untuk Indonesia selama 2011-2014, Canning juga pernah bertugas di negeri ini, sebagai diplomat muda dengan posisi Sekretaris Pertama selama 1993-1997. Dia turut menjadi saksi mata transisi dramatis yang dialami Indonesia dalam 17 tahun terakhir.

"Sewaktu meninggalkan Indonesia sebagai diplomat muda, negara ini tengah terpuruk dalam krisis moneter dan gejolak politik. Sekarang negara ini masuk dalam kelompok elit ekonomi dunia, G20. Transisi menjadi negara yang demokratis pun berjalan dengan baik," kata Canning dalam perbincangan dengan VIVAnews di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta Juli lalu.

Kasus Pemerasan Firli Bahuri Mandek, Kombes Ade Safri: Pasti Tuntas

Selama tiga tahun lebih sebagai Dubes, Canning turut berperan membawa perkembangan hubungan bilateral Inggris dan Indonesia ke tingkat yang tertinggi sepanjang sejarah diplomatik kedua negara sejak 1949.

Dia turut mengatur kunjungan Perdana Menteri David Cameron ke Indonesia April 2012. Pada akhir Oktober di tahun yang sama, giliran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang bertandang ke Inggris untuk menerima penghargaan khusus dari Ratu Elizabeth II. Jarang terjadi kedua pemimpin dari dua negara yang berjauhan saling kunjung pada tahun yang sama.

Uruguay dan Indonesia Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal

Tidak hanya itu, di masa tugas Canning-lah pemerintah Inggris merampungkan kantor diplomatiknya yang baru di bilangan Kuningan, Jakarta. Ini adalah gedung kedutaan besar asing yang paling megah dan terbaru di Ibu Kota.

Namun, Canning mengingatkan banyak kemajuan yang dicapai Indonesia dan dalam hubungannya dengan Inggris. Tidak hanya di kalangan pejabat, hubungan antarwarga pun berjalan kian erat.

Dia pun memuji lancarnya pemilihan umum legislatif dan presiden yang berlangsung pada April dan Juli lalu. Bahkan, Canning turut menyebut Indonesia bisa dijadikan contoh demokrasi bagi negara-negara lainnya, khususnya yang berada di Timur Tengah dan Thailand.

Berikut percakapan VIVAnews dengan Canning, yang bersiap memasuki masa pensiun setelah 35 tahun menjalani karier diplomatik dan menjadi duta besar di tiga negara, Zimbabwe, Myanmar, dan Indonesia.

Hubungan Bilateral

Apa pencapaian tertinggi bagi Anda selama bertugas di Indonesia?

Menurut saya, kami [Kedutaan Besar Inggris] berhasil membuat hubungan kedua negara menjadi lebih luas di banyak bidang. Apabila Anda melihat bidang pendidikan, jaringan di bidang itu benar-benar bertambah luas.

Tahun 2013, kami telah menandatangani 22 perjanjian kemitraan di antara universitas di Inggris dan Indonesia. Kami meningkatkan jumlah beasiswa yang akan kami berikan hingga tiga kali lipat di tahun depan.

Kami tengah meningkatkan jumlah warga Indonesia untuk belajar di Inggris. Jadi, kerjasama di bidang pendidikan sangat baik. British Council baru saja membuka tempat pengajaran di Medan dan baru saja membuka tempat serupa yang baru di Jakarta dan Surabaya.

Kami juga berhasil menghadapi tantangan di bidang politik, seperti pertemuan High Level Panel of Eminent Persons on the Post 2015 Development Agenda, saat itu dihadiri oleh Presiden SBY, PM David Cameron dan Presiden Liberia.

[Presiden SBY, PM David Cameron dan Presiden Liberia, Ellen Johnson Sirleaf, menjadi ketua bersama dalam pertemuan tersebut yang berlangsung selama tiga hari di Liberia pada bulan Februari 2013]

Selain itu kedua negara juga bekerja sama dalam forum Open Government Partnership (OGP). Kami bekerja sama dengan Kuntoro Mangkusubroto [Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP)], yang berupaya agar membuat pemerintahan lebih transparan.

Kami juga bekerja dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam penerapan e-procurement, pemberian izin bisnis, dengan cara itu diharapkan bisa menghentikan celah korupsi.

Saat ini kami juga bekerja sama lebih baik di bidang pertahanan, di mana angkatan bersenjata militer Indonesia melakukan latihan bersama dengan militer Inggris.

Dan tentu saja, kerjasama erat juga dijalin di bidang investasi dan perdagangan, karena kami menjadi salah satu negara yang berinvestasi cukup besar di negara ini. Jadi, pencapaian terbesar menurut saya adalah membangun hubungan kedua negara ke depan dan meningkatkan dialog tingkat tinggi.

Seperti yang Anda ketahui, Presiden SBY pernah berkunjung ke London dan PM Cameron ke Jakarta. Kedua kunjungan itu terjadi di tahun 2012 silam. Selain, itu ada banyak sekali kunjungan pejabat tingkat tinggi ketika saya bertugas di sini.

Jika kita ingat kembali di tahun-tahun 1990an, mungkin hanya kunjungan Menteri saja yang terjadi dalam sekali setahun, kini kunjungan semacam itu bias terjadi setiap waktu. Itu hanya satu dari sekian banyak pencapaian yang telah saya buat.

Jadi, menurut Anda hubungan bilateral Inggris-Indonesia kini berada di tingkat tertinggi?

Saya pikir juga begitu, tetapi masih banyak yang perlu dilakukan. Kami menginginkan lebih banyak pelajar asal Inggris yang datang kemari.

Saya pikir iklim investasi di Indonesia cukup sulit, karena seharusnya lebih banyak investasi dari Inggris yang masuk kemari. Saya ingin melihat investasi Indonesia di Inggris. Ya, sejauh ini kami telah melakukan hal yang baik. Namun, masih banyak hal yang perlu untuk dilakukan.

Anda pernah bekerja di sini ketika Indonesia tengah dibelit krisis ekonomi. Bagaimana Anda menilai perkembangan yang kini telah dicapai oleh Indonesia. Apakah Indonesia sudah berada di jalur yang tepat?

Ya, saya pikir ada begitu banyak yang dapat dibanggakan dari Indonesia. Saya pikir warga Indonesia cukup kritis terhadap perkembangan situasi yang terjadi negaranya.

Saya sering mengatakan, Anda perlu kembali ke tahun 2004 dan membayangkan, apakah 10 tahun ke depan Anda akan menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia? Satu-satunya negara anggota G20 yang ada di kawasan Asia Tenggara, memiliki 40% dari GDP ASEAN?

Lalu, tetap menjadi negara yang damai dan demokratis? Ini benar-benar suatu pencapaian yang hebat.

Kendati begitu, kami juga tahu Indonesia masih memiliki berbagai tantangan dan kami tahu hal itu. Tetapi, Indonesia juga perlu melihat apa yang telah diraih.

Saya pikir demokrasi di Indonesia sangat hebat. Hal itu bisa terlihat ketika pemilu legislatif tanggal 9 April dan pemilu presiden tanggal 9 Juli. Sama sekali tidak ada kericuhan. Kita hanya perlu melewati beberapa hari lagi dan saya yakin itu semua bisa dilalui dengan baik.

Apa tantangan terbesar yang dihadapi dalam memperkuat hubungan bilateral kedua negara?

Saya kira tidak ada permasalahan berarti di antara kedua negara. Saya pikir tantangan terbesar, adalah bagaimana mendatangkan keuntungan lebih bagi Indonesia dan Inggris.

Untuk membina sebuah hubungan, tidak mungkin hanya salah satu pihak yang diuntungkan, tetapi harus kedua pihak. Jadi, saya pikir tidak ada masalah berarti.

Namun, yang menjadi kekhawatiran saya yaitu sulitnya iklim dunia usaha di Indonesia dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir. Saya berharap, warga akan berbicara lebih banyak mengenai investasi asing, karena pada faktanya kedua negara membutuhkan investasi asing berkualitas dan modal dari luar.

Diharapkan investasi yang masuk adalah yang memberikan teknologi dan membuka lapangan pekerjaan. Ada juga perusahaan asal Inggris yang telah beroperasi di negara ini dan telah melakukan pekerjaan yang berharga.

Apabila kita melihat perusahaan minyak dan gas, yang membantu Anda untuk memperoleh migas dengan menggunakan teknologi yang rumit.

Jadi, investasi sangat penting, tetapi ada perasaan di Indonesia yang mencerminkan tidak membutuhkan investasi asing. Padahal, sebenarnya itu tidak benar. Kami membutuhkan investasi asing di Inggris dan di Indonesia.

Apakah Anda melihat Indonesia lebih protektif terhadap investasi asing?

Banyak orang mengatakan hal itu, tapi sepertinya hal itu terkait dengan musim kampanye pemilihan umum. Hal yang sama juga terjadi di Inggris.

Saya selalu mengatakan kepada orang-orang, apa yang dikatakan dan dilakukan oleh para politisi adalah dua hal berbeda. Jadi, apa yang mereka janjikan saat dan paska pemilu juga dua hal berbeda.

Namun, saya yakin, siapa pun sosok yang memenangkan pemilu di Indonesia akan mengakui pentingnya nilai investasi asing, karena dengan adanya investasi tersebut, dapat membuka lapangan pekerjaan baru, menyumbangkan teknologi dan pengetahuan.

Apabila Anda menutup perekonomian Anda terhadap investasi asing, itu berarti Anda mendukung monopoli dan oligopoli. Hal itu akan merugikan negara ini dan konsumen.

Apakah sejauh ini warga Inggris mengenal Indonesia dan di mata mereka, negara macam apa Indonesia itu?

Saya pikir, Indonesia belum begitu dikenal di luar negeri, sebagaimana seharusnya. Saya pikir hal itu disebabkan, Anda memiliki negara yang begitu kompleks untuk dikelola.

Satu hal yang saya harapkan dapat dilakukan dan bisa terlihat di masa mendatang yaitu Pemerintah Indonesia lebih menonjolkan negaranya. Salah satu hal positif dari karakter orang Indonesia tidak begitu “ngotot” atau agresif.

Tapi, terkadang Anda perlu sekali-kali bersikap agresif dalam mengenalkan Indonesia, karena aliran modal di dunia ini dikuasai oleh orang yang cepat melakukan penilaian.

Banyak dari mereka belum pernah berkunjung ke Indonesia, sehingga sangat penting untuk bersikap lebih agresif dalam mengenalkan potensi negara ini kepada orang-orang semacam itu. Jadi, mereka memiliki sesuatu yang dikenang mengenai Indonesia.

Selain itu, aliran modal yang masuk ke Indonesia nominalnya bisa konsisten. Sehingga, Anda bisa bercerita mengenai demokrasi Indonesia yang damai dan kesuksesan di bidang ekonomi secara lebih agresif.

Apakah Anda juga bercerita mengenai Indonesia kepada kolega Anda ketika kembali ke Inggris?

Iya, saya selalu melakukannya. Itu salah satu pekerjaan saya untuk berbicara mengenai potensi Indonesia kepada para pengusaha Inggris dan mengatakan kepada mereka, ada negara lain di kawasan Asia Tenggara selain Singapura dan Malaysia, di mana kedua negara itu memang sudah memiliki hubungan dengan kami sejak lama.

Hal itu berhasil, karena tingkat minat mereka kian bertambah. Namun, saya berharap peningkatannya bisa lebih.

Apa hal yang paling Anda rindukan ketika meninggalkan Indonesia?

Saya akan merindukan orang-orangnya.

Apakah Anda telah berkunjung ke semua provinsi yang ada di Indonesia?

Belum. Saya telah melihat banyak, tapi ketika bertugas sebagai Dubes, Anda berkeliling dengan mengerjakan sesuatu jadi tidak bisa berkunjung ke beberapa tempat sesuka hati. Tapi, ketika nanti saya kembali lagi kemari, ada beberapa tempat yang ingin saya kunjungi.

Apa yang akan Anda lakukan setelah kembali ke Inggris?

Saya akan pensiun. Profesi ini telah saya tekuni lebih dari 35 tahun. Saya telah menjadi Dubes selama tiga kali. Saya bangga dan bahagia dapat mengemban tugas itu. Setelah nanti pensiun, saya hanya ingin melakukan hal lain.

Apakah hal lain itu terkait dengan Indonesia?

Mungkin saja. Saya akan terjun di bidang bisnis dengan menjadi penasihat bagi perusahaan-perusahaan Inggris di berbagai belahan dunia.

Bagaimana Anda melihat peranan yang dimainkan Indonesia dalam menangani beberapa isu seperti situasi di Timur Tengah, karena seperti yang Anda katakana sebelumnya, warga Indonesia tidak begitu terlalu agresif. Apa hal ini turut berpengaruh?

Saya memperhatikan ada perbedaannya. Indonesia kini lebih memainkan peranan yang lebih aktif di kawasan dan di tingkat internasional.

Seperti upaya yang dilakukan oleh Menlu Marty Natalegawa untuk mengurangi ketegangan di kawasan Laut China Selatan, dengan menggagas Kode Tata Berperilaku Baik (COC), kami juga melihat peranan Indonesia, ketika Kamboja dan Thailand mengalami permasalahan. Indonesia juga begitu membantu Myanmar sebagai negara baru yang berdemokrasi. Indonesia juga membantu Mesir ketika mereka mengalami masalah.

Saya mengetahui Presiden SBY begitu memperhatikan situasi yang terjadi saat ini di Gaza dan bahkan berbicara dengan Sekjen PBB beberapa waktu lalu.
Jadi, seperti yang Anda ketahui kebijakan luar negeri Indonesia saat ini lebih aktif, terutama menyangkut beberapa isu.

Di mata saya, Indonesia telah menampilkan dirinya di dunia internasional dengan baik dan saya berharap pemerintah dapat terus melanjutkannya, karena itu sangat penting.

Saya kerap mengatakan Asia Tenggara demokratis yang damai tergantung kepada situasi demokrasi di Indonesia. Salah satu alasan mengapa kawasan ini bisa begitu sukses, tak lepas dari kesuksesan yang diraih oleh Indonesia.

Di masa lalu Inggris pernah memberlakukan larangan ekspor produk pertahanan ke Indonesia. Setelah larangan itu dicabut, bagaimana kerjasama kedua negara?

Kerjasama kedua negara di bidang pertahanan sangat baik. Seperti yang Anda ketahui, kedua negara memang memiliki permasalahan di tahun 1999 silam, karena kasus Timor Leste. Tapi, itu kasus yang sudah lama terjadi.

Indonesia saat ini merupakan negara demokrasi yang matang dan terkait penjualan alat-alat pertahanan, kami memandang Indonesia sebagai mitra. Kami bersedia untuk menjual alat-alat pertahanan kepada Indonesia yang sesuai. Sebagai negara, Inggris memiliki pengawasan internal.

Namun, saat ini kami merasa nyaman dengan situasi hubungan kedua negara saat ini, bahkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro tengah berada di Inggris. Dia berada di sana untuk memeriksa tiga kapal fregat yang dipesan Indonesia, kami juga bekerja sama untuk memperbarui pesawat, kami melakukan banyak hal. Jadi, kami berani memastikan sudah tidak ada permasalahan lagi di bidang pertahanan.

Siapa yang ditemui Menhan Purnomo, karena Menhan Philip Hammond saat ini menggantikan posisi William Hague sebagai Menteri Luar Negeri?

Sejujurnya, tujuan dia berkunjung ke Inggris untuk memeriksa apakah tiga kapal perang yang dipesan telah disiapkan dengan baik.

Jadi, Philip Hammond merangkap dua jabatan atau ada orang baru yang menggantikan posisinya di Kementerian Pertahanan?

Philip Hammond hanya menjabat sebagai Menlu dan yang mengisi posisinya di Kemenhan adalah Michael Fallon.

[Michael Fallon ditunjuk sebagai Menhan oleh PM Cameron pada 15 Juli 2014. Sebelum menduduki jabatan sebagai Menhan, dia juga pernah menduduki posisi sebagai Menteri Negara Energi pada Maret 2013 dan Menteri Urusan Bisnis dan Perusahaan di tahun 2012 silam]

Demokrasi Indonesia

Jadi, Anda pikir kami masih dalam situasi yang baik, kendati ada begitu banyak ketegangan di luar sana? Khususnya, ketika menentukan siapa Presiden pilihan rakyat?

Ya, saya pikir begitu, karena Anda memiliki proses hukum dan Anda mengikuti proses itu. Dan saya yakin ketika Komisi Pemilihan Umum mengumumkan hasilnya tanggal 22 Juli, mungkin saja akan ada keberatan hukum yang diajukan, tapi itu tidak masalah. Itu merupakan proses dan publik akan memantau proses tersebut.

Anda juga perlu membandingkan dengan beberapa negara seperti Thailand atau negara lain yang menerapkan prinsip demokrasi. Sehingga, apa yang telah Anda raih, itu sangat bagus.

Apakah menurut Anda, Indonesia bisa dijadikan contoh bagi negara-negara lain, tidak hanya di kawasan Asia Tenggara tetapi juga antar kawasan lainnya?

Saya pikir Indonesia bisa dan memang seharusnya sudah begitu. Saya ingin melihat Indonesia lebih asertif dan menceritakan kisahnya sendiri. Saya tahu bahwa Indonesia juga memiliki masalahnya sendiri, tetapi Anda juga perlu melihat kekacauan yang terjadi di negara-negara Arab atau negara Muslim lainnya.

Dan saya tahu Indonesia tidak mendefinisikan dirinya sebagai negara Islam. Tetapi, memang pada faktanya, Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia.

Saya berharap negara Muslim lainnya di belahan dunia lain merujuk ke Indonesia. Mereka bisa mencontoh kesuksesan yang diraih Indonesia.

Apakah Anda memiliki kriteria pemimpin baru Indonesia yang dapat meningkatkan kerjasama bilateral Indonesia-Inggris?

Tentunya, kami bisa bekerjasama dengan senang dan produktif dengan siapa pun dari kedua kandidat itu yang terpilih sebagai Presiden baru RI.

Jadi, ketika ada beberapa rekan dari Indonesia bertanya kepada saya siapa yang ingin saya lihat sebagai pemenang pemilu, saya menjawab: “Itu adalah pemilu kalian dan bukan pemilu kami”.

Tapi, saya juga dapat mengatakan kepada Anda, pemimpin seperti apa yang saya harapkan muncul dari Indonesia. Anda tentu berharap dapat memiliki pemimpin yang akan meningkatkan perekonomian Indonesia, terkait kemajuan di bidang demokrasi, Anda berharap ingin melihat pemimpin kuat dan dapat mengkonsolidasi negara ini.

Anda ingin terus melihat adanya kesetaraan di bidang sosial, karena saya pikir kemiskinan sangat berbahaya dan sebanyak 100 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Jadi, Anda tentu mengetahui, siapa pun yang memimpin negara ini harus membuat adanya perkembangan di bidang ekonomi, demokrasi dan politik.

Selain itu, bidang hak asasi manusia juga perlu mendapat perhatian. Indonesia berhasil mencapai kemajuan di bidang HAM dan itu harus dipertahankan.

Pilpres di Indonesia turut berdampak kepada media. Banyak yang mengkritik media di Indonesia bias dalam pemberitaan dan cenderung berpihak. Apakah hal serupa juga terjadi pada media di Inggris?

Anda tahu, media-media massa di Inggris juga partisan. Ada berbagai pemilik yang memiliki berbagai media. Mereka juga memiliki keberpihakan tertentu.

Apakah pemilik media itu juga terjun ke dunia politik?

Permasalahannya bukan siapa yang memiliki media, karena akan selalu ada situasi di mana pemodal memiliki media cetak, entah itu di Amerika Serikat, atau di sini.

Sebagai contoh Rupert Murdoch. Permasalahannya lebih kepada bagaimana media mengatur hal tersebut.

Di Inggris sendiri sedang terjadi perdebatan, karena kami juga memiliki permasalahan dengan media. Publik mengira media melakukan berbagai cara untuk memperoleh sumber cerita untuk ditulis. Hal itu menjadi kontroversi tersendiri.

Isi perdebatannya yaitu apakah pemerintah perlu mengatur media atau media yang mengeluarkan aturan untuk hal itu. Banyak orang yang berpikir jika pemerintah yang mengatur media, maka dapat berbahaya, karena akan memicu terjadinya sensor informasi.

Ini juga menjadi dilema yang akan dihadapi di Indonesia. Anda memiliki institusi yang mengatur media dan mungkin perlu ditanyakan apakah institusi tersebut memiliki kekuatan dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan mereka?

Karena yang terjadi di Inggris, apabila ada sebuah media cetak yang menulis artikel yang tidak akurat dan merugikan, pertama media tersebut bisa dikenakan denda oleh sebuah badan bernama Press Complaint Commission (PCC).

Nominal dendanya sangat besar. Kedua, media tersebut juga bisa dituntut oleh individu yang merasa dirugikan akan pemberitaan itu.

Sebagai contoh, apabila Anda menulis berita yang merugikan saya, maka saya bisa memperkarakan Anda ke pengadilan dan mungkin media tempat Anda bekerja diharuskan untuk membayar jutaan Poundsterling kepada saya. Jadi, itu cara media di negara kami mengendalikan diri mereka sendiri.

Dan yang saya tahu ada perdebatan di Indonesia mengenai bagaimana cara mengatur media lebih baik.

[PCC adalah badan pengatur independen yang mengurus keluhan mengenai isi yang dimuat oleh pers. PCC juga bisa mewakili individu yang memiliki kepentingan terkait isi pemberitaan tertentu yang dianggap merugikan. PCC juga terus mempromosikan standar tinggi di dunia pers dengan membangun panduan yang jelas dan prinsip praktis melalui aturan yang mereka buat. Selain itu, PCC menawarkan pelatihan dan masukan kepada para editor dan jurnalis]

Apakah menurut Anda itu sebuah saran yang baik untuk mengelola media dengan tindakan seperti yang diberlakukan di Inggris?

Saya pikir Indonesia harus memutuskan bagaimana cara mengatur media di sini. Apa yang coba saya sampaikan, ketika Anda memiliki demokrasi baru dan Anda memiliki media dan kebebasan baru, maka hal-hal semacam ini butuh waktu untuk diselesaikan.

Indonesia telah melalui masa dari rezim otoriter. Perubahan terbesar yang saya rasakan ketika bertugas kembali di Indonesia adalah kebebasan pers.

Indonesia memiliki pers yang paling bebas dibandingkan di negara-negara lain, namun kebebasan juga harus diikuti dengan tanggung jawab. Pasti akan ada perdebatan di beberapa tahun mendatang, bagaimana kita melakukan hal ini [mengatur kebebasan pers.red].

Karena jika Anda tidak melakukannya, maka orang lain yang akan membuat aturan itu untuk Anda.

PM Inggris David Cameron pidato di Universitas Al Azhar Jakarta

PM Inggris David Cameron saat pidato di Universitas Al Azhar Jakarta, April 2012 (REUTERS)

Masalah Keamanan

Salah satu masalah yang tengah dihadapi Inggris dan Indonesia, banyaknya pemuda yang tertarik berangkat ke Timur Tengah untuk berperang di  Suriah dan Irak. Permasalahan yang muncul, jika mereka kembali dan berpotensi menyebar terror di negara asal. Bagaimana cara Inggris menghadapi permasalahan ini?

Indonesia juga memiliki permasalahan yang sama terkait hal ini seperti kami. Anda memiliki beberapa pemuda yang menjadi radikal dan kami tidak begitu memahami proses radikalisasi ini dimulai.

Pemicunya sama sekali tidak terkait isu kemiskinan. Bahkan, sebagian besar warga kami yang diketahui berangkat ke Irak dan Suriah berasal dari kalangan menengah, mereka lulusan universitas dan mahasiswa Fakultas Kedokteran,

Jadi, jelas penyebabnya bukan karena kemiskinan. Tapi, ini merupakan ideologi modern dan berbahaya yang tengah disebar dan mencoba untuk menarik para pemuda.

Pesan kuat yang ingin saya tinggalkan bagi negeri ini yaitu, Indonesia jangan menyia-nyiakan karakternya sebagai negaranya yang moderat.

Indonesia adalah negara yang moderat dan pemerintah telah melakukan pekerjaan yang luar biasa untuk menekan ekstrimisme. Tapi, Indonesia perlu berhati-hati.

Apabila Anda melihat negara seperti Pakistan, negeri itu dulunya adalah negara yang normal. Namun Anda bisa melihat betapa cepat Pakistan berubah karena terpengaruh paham radikalisme.

Hal serupa juga bisa terjadi di Indonesia. Saat ini, keadaan memang baik-baik saja dan hanya menimbulkan sedikit permasalahan.

Tapi, Indonesia juga harus mempertimbangkan para ekstremis yang kembali dari Suriah dalam beberapa tahun mendatang, Anda juga akan menghadapi kenyataan beberapa napi kasus terorisme akan bebas dan mereka masih dianggap berbahaya.

Saya juga khawatir terhadap materi “beracun” yang bisa dengan mudah diperoleh dari media online. Dan beberapa hari lalu, ketika saya tengah menyeberang ke Hotel Grand Hyatt [di Bundaran HI]  saya melihat segerombolan orang berdemonstrasi sambil membawa bendera ISIS.

Anda harus memahami demokrasi dan kebebasan berbicara bukan berarti tidak memiliki batas. Di Inggris, jika ada orang yang menyampaikan ceramah berisi kebencian dan tindak kekerasan, itu merupakan tindak kejahatan dan mereka bisa ditahan.

Salah satu tantantangan besar yang dihadapi oleh Indonesia adalah mempertahankan moderasi. Banyak orang berpikir Indonesia adalah negara yang moderat karena memiliki sistem hukum sendiri dan hal itu tidak benar.

Prinsip moderat harus terus diperjuangkan, karena jika tidak, maka hal tersebut akan menghilang. Sebelum Anda mengetahuinya, situasi buruk telah terjadi.

Apakah Inggris mencabut kewarganegaraan bagi warganya yang terbukti berperang atau bergabung dengan kelompok militan di Irak atau Suriah?

Saya tidak begitu yakin terhadap jawaban dari pertanyaan Anda, tapi sepertinya tidak. Tapi, kami memiliki permasalahan serupa dengan Pemerintah Indonesia yaitu bagaimana menghentikan warga untuk berangkat ke Timur Tengah terkait konflik di sana.

Kadang, kami menghentikan orang yang bepergian ke sana jika diperlukan. Namun, hingga kini kami belum menemukan solusi bagaimana menghentikan para pemuda agar tidak mempercayai ideologi berbahaya ini, karena akar permasalahan utamanya bukan finansial.

Di sini, Anda memiliki masyarakat moderat yang hebat. Namun, Pemerintah Indonesi juga perlu tetap waspada.

Lalu, bagaimana cara Anda menjelaskan hal ini setiap kali bertemu dengan para ulama dan cendekiawan Muslim di Indonesia?

Permasalahannya, ulama dan cendekiawan Muslim yang saya temui bukanlah sumber masalahnya.

Tetapi apakah para ulama dan cendekiawan Muslim yang Anda temui juga khawatir terhadap isu ini?

Iya. Tetapi permasalahannya bukan terletak kepada Cendikiawan Muslim yang Anda temui dan ajak bicara, namun kelompok yang tidak kami ajak berkomunikasi.

Kedubes Inggris telah melakukan banyak hal untuk menjangkau mereka. Kami turut mengajak pemimpin kelompok Muslim untuk berdialog dan itu merupakan cara yang bagus.

Tapi, bukan itu permasalahannya. Permasalahannya terletak kepada kelompok yang tidak mampu kami jangkau. Jadi, ketika Kedubes ingin berdialog dengan kelompok tertentu, saya tidak mempermasalahkan hal itu. Tetapi, Anda juga perlu menjangkau kelompok lainnya.

Seperti yang kami lakukan di Inggris, kami tidak menceramahi kepada mualaf, tetapi kami perlu menjangkau kelompok yang belum mampu kami jangkau dan tantangan itu juga dimiliki oleh Indonesia.

Kerjasama Pendidikan

Inggris menjadi negara tujuan favorit bagi pelajar Indonesia untuk menuntut ilmu. Berapa jumlah beasiswa yang akan diberikan tahun 2015?

Tahun 2014, kami memberikan 30 beasiswa dan tahun depan akan memberikan 90 beasiswa.

Apa yang menyebabkan Inggris meningkatkan jumlah pemberian beasiswa hingga tiga kali lipat?

Karena kami menganggap Indonesia merupakan negara yang begitu penting dan luasnya negara ini. Salah satu cara penting yang bisa kami lakukan yaitu dengan membangun jejaring di bidang pendidikan dengan para pemudanya.

Seperti sebelumnya, ketika saya diwawancarai oleh salah satu media di sini, beberapa pemuda mendatangi dan berbicara dengan saya dan mengatakan mereka dulunya juga menimba ilmu di Inggris.

Dan kini, begitu banyak lulusan universitas di Inggris asal Indonesia menduduki jabatan strategis di beberapa Kementerian di sini dan itu sangat bagus.

Itu merupakan investasi yang bagus. Kami tidak berharap mereka akan menjadi Dubes untuk Inggris. Namun, banyak orang yang telah lulus dari Inggris dan mengatakan negara kami tempat yang tepat untuk belajar.

Apakah hal tersebut akan mempengaruhi jumlah kenaikan pemberian visa kepada pelajar Indonesia?

Saya pikir juga begitu. Namun, apabila Anda cermati, jumlah pelajar asal Indonesia yang menuntut ilmu di Inggris masih kecil.

Jumlahnya mencapai 4.000 atau mungkin kurang. Jika Anda melihat pelajar asal Malaysia, maka jumlahnya mencapai 30 ribu per tahun.

Pemberian visa untuk para pelajar memang mengalaim kenaikan. Namun, masih membutuhkan perjalanan yang panjang untuk bisa menyamai jumlah pelajar asal Singapura atau Malaysia.

Apakah penyebab banyaknya pelajar asal Inggris yang memilih belajar di Malaysia dan Singapura, ketimbang Indonesia, karena adanya kedekatan sejarah?

Bisa jadi itu salah satu penyebabnya. Namun, penyebab lainnya karena adanya standar Bahasa Inggris, karena pada kenyataannya ada pelajar yang begitu pintar, namun tidak memiliki standar Bahasa Inggris yang memadai untuk bisa kuliah di Inggris.

Itu sebabnya British Council membuka pusat pengajaran Bahasa Inggris sehingga bisa memberikan pengajaran ketika mereka masih muda.

Warga Inggris dikenal akan aksen “British”nya yang begitu kental. Apakah Anda bisa bercerita dari mana aksen itu berasal? Apakah turut dipengaruhi bahasa lokal di sana?

Saya tidak tahu pasti penyebabnya, mungkin saja sama seperti Indonesia, ketika ada yang berasal dari Bandung atau Sumatera Utara, Anda langsung mengetahui asal orang tersebut hanya ketika mendengar mereka berkomunikasi.

Di Inggris pun begitu, kami memiliki ratusan aksen bahasa regional. Apabila Anda berkunjung ke Inggris di bagian utara, tidak begitu banyak orang yang tahu.

Ada juga aksen Bahasa Inggris ala warga Skotlandia dan baru-baru ini Newscastle. Aksen ini sudah ada sejak ratusan ribu tahun lalu.

Kami sangat bersyukur karena merupakan bagian dari penutur Bahasa Inggris. Ini merupakan keuntungan yang besar bagi Inggris, sebuah negara tujuan investasi. Kami memiliki Bahasa Inggris, sistem hukum Inggris, kami memiliki zona waktu tepat di tengah antara timur dengan barat (GMT), sehingga menurut kami ini merupakan keuntungan yang besar.

presiden sby diberi gelar ksatria dari ratu inggris

Presiden SBY dan Ibu Ani diterima Ratu Elizabeth II di Istana Buckingham, London, November 2012. (Foto: Biro Pers Istana Presiden/Abror Rizki)

Selain bidang pendidikan, ketika berbicara mengenai Inggris, warga Indonesia juga akan mengasosiasikannya dengan sepak bola. Banyak yang berharap Inggris juga lebih banyak mengedepankan diplomasi sepak bola.

Tidak hanya dengan mendukung kunjungan klub Liga Primer ke Indonesia, tetapi diharapkan juga ada program pelatihan bagi kaum muda di Indonesia agar bisa menjadi pemain sepak bola profesional. Atau bisa juga turut memfasilitasi kaum muda Indonesia agar bisa bermain di Liga Primer di sana. Bagaimana Anda menjawab harapan semacam itu?

Kami juga memiliki program semacam itu yang dikelola oleh British Council, bernama Primier Skills. Saya pikir Anda perlu menulis soal program tersebut. Acara tersebut efektif.

Kami melatih anak-anak dari kaum yang tidak mampu dan anak-anak jalanan. Kami bahagia dapat melakukan hal itu. Di Kedubes sendiri, kami memiliki tim kesebelasan. Kemenangan terbesar kami ketika melawan tim dari Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin.  Ya, kami juga melakukan diplomasi lunak sepak bola.

September nanti, penduduk Skotlandia akan melakukan referendum, apakah tetap bergabung dengan Inggris atau memisahkan diri. Apakah  Inggris telah siap? Apa yang akan dilakukan seandainya sebagian besar Warga Skotlandia memutuskan untuk membentuk negara sendiri?

Sikap Pemerintah Inggris, kami menginginkan Skotlandia tetap menjadi bagian dari negara kami. Itu sudah menjadi posisi yang jelas. Namun, kami mengetahui akan referendum di bulan September.

Kami ingin, dalam referendum itu, sebagian besar warga mengatakan tidak dan ingin tetap berada di Inggris. Kami menyakini Inggris akan lebih baik dan kuat jika tetap bersatu dan bersama-sama.

Kami  meyakini Skotlandia telah berkontribusi besar terhadap Inggris dan sebaliknya. Itulah yang kami harapkan isi dari referendum yang digelar pada bulan depan.

Namun, kami masih harus menanti hasilnya. Walau begitu, kami tetap yakin Inggris merupakan sebuah negara yang sukses dan kami berharap, kami tetap menjadi satu negara yang utuh.

Tahun 2017, PM Cameron akan menggelar referendum untuk menentukan syarat dan keanggotaan Inggris di Uni Eropa. Apa yang melatarbelakangi keputusan itu? Apakah Inggris tidak merasakan adanya manfaat bergabung di UE?

Kami mengakui UE telah memberikan manfaat yang cukup besar bagi Inggris di bidang ekonomi dan sektor lainnya. Namun, kami juga meyakini UE kini bergerak menuju ke satu arah di luar kompetensi dan tanggung jawab mereka.

Kami menyakini UE telah menjadi organisasi yang begitu sukses dalam meningkatkan akses pasar, menciptakan pasar tunggal, standar tunggal, sehingga memungkinkan negara-negara yang tergabung di dalamnya bisa berdagang dan itu hebat.

Namun, banyak pihak, termasuk Inggris merasakan UE kini bergerak ke area lainnya yang menyasar ke sistem hukum kami, sistem Hak Asasi Manusia.

Jadi, ini masalah yang masih didebatkan, apakah UE bisa kembali fokus kepada hal-hal yang memang penting dan menurut kami hal yang lebih penting untuk diprioritaskan adalah ekonomi, pembukaan lapangan pekerjaan baru, perdagangan terbuka, dan beberapa kerjasama seperti melawan tindak kejahatan peredaran narkoba.

Hal-hal semacam itu lebih nyata dan tidak fokus untuk mengurus hal lainnya.

Apakah ada pesan khusus bagi Dubes selanjutnya yang akan mengisi posisi Anda?

Saya hanya ingin mengatakan bahwa dia sangat beruntung bisa ditugaskan di Indonesia. Saya sudah bertemu dengan Dubes pengganti saya, Moazzam Malik.

Dia sangat beruntung bisa bertugas di sini, di saat hubungan kedua negara dalam keadaan stabil. Dia akan dibantu oleh tim Kedubes yang luar biasa di sini, jadi dia pasti akan menunaikan tugasnya dengan baik.

Apakah hal yang umum terjadi di Inggris, kaum Muslim bisa menjadi Dubes?

Kami memiliki jumlah populasi Muslim yang cukup besar dan tidak hanya Muslim, kepercayaan lain pun juga ada di Inggris. Jadi, mereka yang bekerja di Kemenlu Inggris mewakili dan mencerminkan negara kami.

Saya yakin tidak hanya kaum Muslim, Kristiani, mungkin ada juga pemeluk agama Buddha yang menjadi Dubes Inggris di negara lain. Ini merupakan wajah Inggris, beragam dan multikultural. Jadi, Dubes Malik sangat beruntung bisa ditugaskan di sini.  (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya