Apapun.id, Kado Manis Kemerdekaan

Bendera merah putih.
Sumber :
VIVAnews - Bertepatan dengan gebyar peringatan HUT RI ke 69, Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI) meluncurkan domain tingkat tinggi (DTT) Indonesia, apapun.id. 
Hasil Drawing Perempat Final Thomas Cup dan Uber Cup 2024

Peluncuran nama domain apapun.id merupakan pertama kalinya sejak lebih dari dua dekade, 21 tahun lalu, domain .id digunakan dengan previx, misalnya .co.id, .go.id, atau dikenal domain tingkat dua (DTD). Dengan meluncurkan DTT .id, maka kini bisa muncul nama domain misalnya brand.id, jakarta.id, gadis.id dan lainnya tanpa perlu tambahan prefix.
Alasan Manajer Resto Milik Hotman Paris Bawa Kabur Uang Rp 172 Juta, Kecanduan Judi Online

PANDI mengatakan sengaja meluncurkan DTT apapun.id bertepatan dengan HUT RI. Ini sebagai kado bagi republik. 
Klub Elkan Baggott Selangkah Lagi Promosi ke Premier League

"Ini hadiah kami untuk ulang tahun Republik Indonesia ke-69. Selama ini domain.id hanya dapat digunakan sebagai domain tingkat dua (DTD), menggunakan tambahan ekstensi di depannya seperti co.id, web.id, sch.id dan lainnya," ujar Ketua Umum Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI), Andi Budimansyah, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu 17 Agustus 2014.

Bagi Anda memang saat ini lebih akrab dengan DTT .com atau DTD .co.id, .web.id dan lainnya. Alasannya cukup klise, pembuatan domain DTD lebih fleksibel dan tak begitu rumit, beda dengan pembuatan domain apapun.id. 

Bagaimana tak tergoda, untuk menggunakan nama domain DTD. Sebab hanya bermodal kocek Rp50 ribu atau atau ratusan ribu rupiah saja, sudah mengantongi nama domain, itu sudah termasuk biaya pengelolaan domain selama setahun. 

Bandingkan dengan pembuatan nama DTT apapun.id. Biayanya bisa 10 kali lipat untuk setahun yaitu Rp500 ribu. 

Belum lagi penggunaan domain .id memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Misalnya, menyerahkan kartu identitas untuk menyamakan nama pemesan domain dengan nama pemiliknya jika digunakan untuk kepentingan individu. 

Sedangkan untuk perusahaan, persyaratan domain .id membutuhkan keabsahan data dan surat perusahaan dengan menyertakan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau akte perusahaan. Hal inilah yang dianggap terlalu rumit. Masyarakat lebih memilih menghindari persyaratan tersebut ketimbang menghindari kemungkinan kejahatan yang bisa ditimbulkan.

Pembayaran 'mahar' senilai setengah juta itu tentu bernilai dan beralasan. Ketua Bidang Sosialisasi dan Komunikasi PANDI, Sigit Widodo mengatakan domian .id memberikan jaminan keamanan domain. Sebab pendaftaran sudah terverifikasi secara ketat. Menurutnya nilai ini lah yang tidak dimiliki oleh nama domain .com. 

"Padahal Website dengan domain .id lebih aman untuk pengguna karena bisa ditelusuri siapa pemiliknya. Berbeda dengan .com. Lihat saja kasus situs berita palsu yang cukup sulit dilacak siapa pemiliknya. Jika menggunakan domain .id, pasti kejahatan seperti itu bisa diminimalisir," kata Ketua Bidang Sosialisasi dan Komunikasi PANDI, Sigit Widodo.

"Seperti yang kita tahu, belakangan ini banyak kasus kejahatan penipuan terjadi di domain dot com. Hal itu disebabkan mudahnya akses penggunaan," kata dia.

Memang diakui, harga ini lebih mahal dibandingkan domian .co.id seharga Rp100.000. Tapi, PANDI memberikan nilai tambah berupa proteksi dan maintenance. 

Demi Bangsa

Selain soal nilai keamanan, Ketum PANDI, Andi menambahkan, penggunaan nama domain apapun.id mengemban misi komitmen kepada bangsa.

"Anything.id ini juga menyangkut kemandirian bangsa, sebab server domain ada di dalam negeri dan dikelola sendiri," ujar Andi.

Dengan pengelolaan di dalam negeri dan secara mandiri, kata Andi, maka trafik menjadi lebih cepat, lebih hemat bandwidth dibandingkan server domain yang berada di luar negeri. 

"Jika pakai dot com, maka uang lari ke luar negeri mencapai US$10, sedangkan kalau kita pakai .id, uang yang kita bayarkan ke luar hanya US$1 saja. Jadi ini kembali ke dalam negeri," tegasnya.

Praktis, dengan mahar yang tergolong premium dan verifikasi yang ketat membuat popularitas domian .id masih kalah jauh dibanding .com.

Data PANDI menyebutkan, per Januari 2014, jumlah nama domain yang berbasis .com di Indonesia mencapai 250.000 domain, sementara domain yang dikelola PANDI, .co.id hanya berkisar 100.000 saja.

Bahkan dibandingkan dengan DTD .id. Bukti menunjukkan, data PANDI menunjukkan per Juli 2014, jumlah domain apapun.id tercatat 1659 apapun.id, angka ini kalah jauh dengan DTD .id, misalnya .co.id yang mencapai 53.735 nama domain, .web.id (24.009), .sch.id (13.959). .or.id (5568), .go.id (3332), .ac.id (3116), .net.id (371), .mil.id (258), .biz.id (914), .my.id (2735) dan desa.id (1062). Jumlah total nama domian .id secara umum per Juli 2014 yaitu 110.768 nama domain. 

Padahal sebelum rilis domain .id pada HUT RI ke 69 ini, PANDI sudah melakukan tahapan penyebaran 'apapun.id' secara panjang. 

Pertama adalah periode Sunrise, yang ditujukan bagi para pemegang merek. Pada periode yang berlangsung 20 Febuari hingga 17 April 2014 ini tercatat 815 nama domain telah didaftarkan.

"Pada periode berikutnya, kami sebut periode GrandFather, sekitar 21 April sampai 13 Juni 2014. Dalam periode itu, 911 nama domain telah terdaftar. Di periode ini kami peruntukkan bagi pemilik domain .id tingkat dua," papar dia.

Berikutnya adalah periode Landrush, yang berlangsung sejak 16 Juni hingga 15 Agustus. Periode ini diperuntukkan bagi masyarakat umum. Selama periode itu, setidaknya 3.065 nama domain telah terdaftarkan. 

.id Sempat Merosot

PANDI memang mengakui tidak mudah untuk mengalihkan pengguna ke nama domain apapun.id. Pada awal tahun ini, PANDI harus berjuang keras mengampanyekan nama domian .id, bahkan adopsi DTD .id saja sempat mengalami penurunan sepanjang 2013. 

Menurut data PANDI, pada Januari 2013, jumlah domain tingkat dua .id mencapai kisaran 107.000 domain, tapi jelang pergantian tahun, Desember 2013, berkurang jadi 102.000 domain.

Sigit, saat itu mengatakan alasannya klise, perubahan biaya pengelolaan nama domain. Ia beralasan, penurunan itu akibat adanya perubahan biaya domain pada Oktober 2012, dari Rp 25.000/tahun menjadi Rp 50.000/tahun.

Ia mengatakan tak begitu pusing dengan anjloknya jumlah nama DTD id. "Kebanyakan itu didaftarkan saja, tapi tak mewakili pertumbuhan Internet. Setelah dinaikkan, domain tak hanya diparkir (dibeli) saja, tetapi dipakai sebagaimana mestinya," terang Sigit. 

PANDI tak tinggal diam. Lembaga ini berupaya mengampanyekan dan mengeduksi pengguna nama domian untuk menggunakan .id, termasuk dengan memberikan penghargaan bagi institusi yang beralih ke nama domian .id. 

Salah satunya yaitu portal online VIVAnews, yang sebelumnya menggunakan nama domain vivenews.com beralih viva.co.id

VIVA mendapatkan pernghargaan langsung dari Ketum PANDI dan Ketua Asosiasi Pengelola Jasa Internet (APJII), Samuel Pangerapan di ruang Perpustakaan Universitas Indonesia, awal 2013. 

"Selain memberikan apresiasi, agenda ini juga bertujuan untuk diskusi dalam upaya mengambil kebijakan serta masukan dari publik. Baik itu usulan maupun program," kata Sigit Widodo, ketua sosialisasi dan promosi PANDI, kepada VIVAnews, saat itu. 


Rp500 ribu Bisa Turun

Soal biaya yang tergolong premium ini, PANDI berbagi cerita. Angka ini lahir dari perdebatan panjang di antara pemangku kepentingan domain di Indonesia. 

"500 ribu itu diusulkan melalui diskusi terbuka. Bahkan sebelumnya ada yang usul RP250 ribu, hingga Rp10 juta. Tapi kemudian voting dan aklamasi untuk ambil Rp500 ribu, jadi ini adalah kasil kesepakatan, ujar PANDI. 

Biaya ini tidak sebuah angka statis. Ada kemungkinan biaya itu bisa naik bahkan bisa turun, tergantung rapat forum domain. 

Kini setelah diluncurkan, berlaku prinsip siapa cepat mendaftar, maka akan cepat dapatkan nama domian apapun.id

"Mulai hari ini, domain 'apapun.id' dapat didaftarkan pada semua registrar PANDI dan reseller-reseller-nya. Saat ini sudah masuk tersedia untuk umum dan dapat didaftarkan dengan prinsip pendaftar pertama, first come first serve," ujar Andi.

Ia berharap pembukaan nama domain untuk publik secara umum pada 17 Agutus 2014, dapat meningkatkan penggunaan nama domian ,id di Indonesia. 

"17 Agustus kali ini merupakan refleksi untuk mempromosikan .id, kita sudah tak sadar memprmosikan .com. Kami berharap nantinya tidak ada lagi humor soal galau.com, ngarep.com tapi yang ada yaitu galau.id atau ngarep.id," ujar Andi berkelakar. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya