Karen dan Prestasi Pertamina

Karen Agustiawan Direktur Utama Pertamina
Sumber :
  • Pertamina

VIVAnews - Siapa yang tak kenal dengan Karen Agustiawan. Dia adalah wanita pertama yang menjabat sebagai orang nomor wahid di perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi pelat merah, PT Pertamina.

Badan Geologi: Potensi Tsunami Akibat Gunung Ruang Bisa Setinggi 25 Meter

Ia menjabat sebagai direktur utama sejak tahun 2009 lalu, setelah dilantik menggantikan dirut yang lama Ari Hernanto Soemarno.

Namun, siapa yang menyangka kalau ia mengungkapkan keinginannya untuk mengundurkan diri dari jabatan yang telah diembannya sejak enam tahun terakhir ini.

Adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, Senin 18 Agustus 2014, yang menyatakan bahwa Karen telah mengajukan permohonan pengunduran diri itu kepadanya.

Bahlil Bocorkan Isi Pembicaraan Jokowi dan Tony Blair: Energi Baru hingga IKN

Tak bisa lagi menahan Karen untuk memimpin Pertamina lebih lama, Dahlan pun akhirnya mengabulkan keinginan satu-satunya wanita yang pernah menjadi puncak pimpinan eksekutif di perusahaan pelat merah itu untuk melepaskan jabatannya.

Menurut Dahlan, Karen akan resmi berhenti sebagai dirut Pertamina per 1 Oktober mendatang. Sebelumnya, Karen sudah berkali-kali mengungkapkan niatnya untuk mengundurkan diri. Tetapi, Dahlan selalu bisa menolak dan mempertahankannya di Pertamina.

"Kali ini saya tidak bisa tahan Bu Karen berhenti. Dia masih sebulan lagi jadi dirut Pertamina," ujar Dahlan di Kementerian BUMN, Jakarta.

Dahlan memaparkan, sebenarnya saat masa jabatan sebagai dirut Pertamina habis tahun lalu, Karen meminta agar tidak usah diperpanjang. Namun, Dahlan bersikukuh agar Karen tetap menjadi dirut Pertamina.

"Masa jabatan sebagai dirut Pertamina diperlukan cukup panjang. Saya ingin perusahaan itu stabil, sehingga diperlukan pembangunan corporate culture. Perusahaan yang sering ganti pimpinan, tidak akan sempat membentuk corporate culture," kata mantan dirut PT PLN ini.

Dalam surat pengunduran dirinya, Dahlan melanjutkan, Karen menyampaikan alasannya mundur dari jabatan dirut Pertamina untuk fokus mengurus diri sendiri dan keluarga. Selain itu, Karen juga mengungkap keinginannya untuk menekuni karier berikutnya, yaitu menjadi pengajar di perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat.

"Beliau diterima di Harvard University, sudah disurati terus kapan bisa mengajarnya itu," kata Dahlan.

Dahlan menjelaskan, dia tidak akan mengangkat dirut baru menggantikan Karen, tetapi menunjuk pejabat sementara yang akan menjalankan tugas Karen. Penunjukan dirut Pertamina yang baru akan diserahkan ke pemerintahan selanjutnya.

"Kebetulan juga akan terjadi pergantian pemerintahan. Saya serahkan kepada Dewan Komisaris Pertamina untuk mengusulkan siapa yang akan menjabat sebagai pejabat sementara dirut Pertamina, apa saja tugasnya sampai dirut baru Pertamina ditunjuk," tambahnya.

Elpji 12 kilogram
Ketika ditanya, apakah pengunduran diri Karen dari jabatan di Pertamina ini berkaitan dengan isu rencana kenaikan harga elpiji 12 kilogram, Dahlan pun menepis anggapan itu.

"Tidak ada hubungannya. Biarlah jadi rahasia antara saya dan dia berdua," kata Dahlan.

Menko Luhut Siap Beri Insentif ke Apple Agar Mau Berinvestasi di RI

Menurut Dahlan, dalam surat pengunduran diri yang disampaikan sejak tahun lalu, Karen sama sekali menyinggung tentang kenaikan harga elpiji. Karen hanya mengutarakan keinginannya untuk fokus mengurus diri sendiri, setelah enam tahun memimpin di BUMN di bidang energi ini.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir, juga mengutarakan alasan yang sama dengan Dahlan, tentang mundurnya Karen dari perusahaan BUMN energi itu.

Pertama, Karen telah berkarier lama di Pertamina sejak 5 Maret 2008. Kala itu, wanita tersebut berkarier sebagai Direktur Hulu Pertamina, kemudian kariernya menanjak menjadi direktur umum Pertamina pada 5 Februari 2009.

"Beliau (Karen) berpendapat, inilah saatnya regenerasi terhadap kepemimpinan Pertamina," kata dia.

Selanjutnya, Ali menuturkan keinginan Karen mundur sudah lama terjadi, tetapi tertahan karena Dahlan memintanya untuk menjadi dirut. "Mundurnya efektif tanggal 1 Oktober 2014. Sampai saat itu, beliau tetap menjalani tugas sehari-hari jadi dirut Pertamina," ujar dia.

Selain itu, Ali menjelaskan bahwa sejak awal Maret 2013, Karen berniat untuk mundur. Namun, ditahan oleh Dahlan dan diperpanjang masa jabatannya. "Akhirnya, diminta lagi. Perpanjangan 1 periode untuk lima tahun," kata dia.

Prestasi dan apresiasi

Dahlan pun mengapresiasi prestasi yang dicapai Pertamina selama Karen menjabat dirut Pertamina.

"Sudah enam tahun mencurahkan pikirannya untuk menyelesaikan masalah-masalah Pertamina, dan waktu itu misalnya, banyak persoalan yang diselesaikan. Tahun kedua jabatannya, Pertamina masuk Global 500 Fortune," kata dia.

Seperti diketahui Pertamina kembali mempertahankan posisi dalam jajaran perusahaan terbesar dunia, Fortune Global 500 pada 2014. Perseroan mengklaim prestasi ini didapat dari perolehan pendapatan dan laba bersih 2013 yang lebih tinggi daripada tahun sebelumnya.

"Bertahannya Pertamina ke dalam jajaran Global Fortune 500 ini merupakan penghargaan yang tinggi dari dunia internasional terhadap kinerja Pertamina yang dari tahun ke tahun semakin baik, di tengah tingginya tingkat persaingan global saat ini," kata Ali Mundakir.

Pemeringkatan Fortune Global 500 tahun 2014, didasarkan pada total pendapatan yang diperoleh perusahaan selama tahun fiskal yang berakhir 31 Desember 2013, dan telah mempublikasikan laporan keuangan audited sebelum 31 Maret.

Ali mengatakan, pada tahun fiskal 2013, Pertamina berhasil membukukan total pendapatan US$71,1 miliar, atau meningkat dibandingkan 2012 yang mencapai US$70,9 miliar.

Laba bersih pada 2013, meningkat 11 persen menjadi US$3,07 miliar dari tahun sebelumnya US$2,77 miliar, kendati masih mengalami rugi sebesar Rp5,7 triliun pada bisnis elpiji non subsidi 12 kg.

Tidak hanya itu, global bond senilai US$5 juta yang diterbitkan Pertamina, telah mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak empat kali.

Selain itu, Karen juga masuk dalam daftar lima wanita paling sukses dan inspiratif di Asia di peringkat pertama, yang dirilis oleh Accenture, seperti dilansir laman Business Insider.

Karen, memulai kariernya di Pertamina sebagai staf ahli pada 2006. Karen menjadi wanita pertama yang memegang jabatan penting dan berhasil menduduki posisi teratas pada perusahaan BUMN terbesar di Indonesia yang memproduksi minyak dan gas.

Tahun lalu, Karen menempati peringkat pertama dalam daftar 15 pebisnis minyak dan gas wanita yang paling berpengaruh yang dilansir Terrapinn dan masuk dalam daftar 50 pebisnis wanita yang paling berpengaruh di Asia yang disusun Forbes.

Langkah Karen yang mengundurkan diri ini turut disayangkan oleh kalangan pengamat. Di antaranya, peneliti Indonesia Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara.

Ia menyatakan, ada beberapa alasan, mengapa orang nomor satu di Pertamina ini disayangkan untuk mundur. Salah satunya adalah keberanian Karen dalam menangani masalah Blok Mahakam.

"Dia berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan bisnis Pertamina dan juga berani berhadapan dengan Menteri Energi ESDM (Jero Wacik) dalam kasus Blok Mahakam," ujar Marwan kepada VIVAnews.

Seperti diketahui, Blok Mahakam yang sahamnya dimiliki Total dan Inpex ini akan berakhir masanya pada 2017 .

Menurut Marwan, apabila Blok Mahakam jatuh ke Pertamina akan membawa pengaruh positif pada perseroan itu. "Saya melihat Bu Karen berani berhadapan untuk kepentingan rakyat," kata dia.

Selain itu, Karen juga dinilai sukses membawa Pertamina menjadi perusahaan bergengsi di dunia dengan berhasil menembus peringkat 500 Fortune Global selama dua tahun berturut-turut.

"Komitmen GCG (good corporate governance) yang diusung Pertamina benar-benar dijalankan, terlihat dari masuknya Pertamina dalam Fortune Global," kata Marwan.

Untuk itu, Marwan menilai, Karen semestinya tidak mundur dari jabatan dirut Pertamina. "Dua alasan itu, menunjukkan kinerja baik. Kami merasa kehilangan," kata Marwan.

Dalam kesempatan terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas, Johanes Wijanarko, menyatakan bahwa selama di bawah kendali Karen, Pertamina bisa bekerja sama dengan SKK Migas secara baik.

Bahkan, di industri hulu, SKK Migas mencatatkan beberapa kenaikan. "Ini menunjukkan kerja sama yang kami jalin berjalan baik," ujar Johanes di Jakarta, Senin.

Menurut Johanes, kinerja Pertamina juga membaik, terlihat dari adanya peningkatan penyerapan lifting minyak. Karena itu, ia berharap, pengganti Karen nantinya bisa bekerja sama dengan baik seperti layaknya Karen.


Siapa layak gantikan Karen?

Marwan Batubara, mengatakan bahwa ada beberapa kriteria yang pas bagi seorang pengganti Karen. Menurut dia, orang tersebut harus profesional secara bisnis dan harus independen. "Dia harus bebas dari kepentingan politis praktis," kata dia, Senin 18 Agustus 2014.

Selain itu, calon dirut perseroan itu pun harus mempunyai komitmen untuk mengembangkan Pertamina.

"Karena Pertamina itu perusahaan rakyat, sahamnya 100 persen dimiliki oleh negara," kata Marwan.

Seharusnya, ia menambahkan, orang yang menjadi dirut Pertamina adalah orang yang tidak mengejar jabatan dan ia harus bebas dari KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). "Orang-orang itulah yang kita butuhkan," kata dia.

Selain itu, pengamat ini pun menyarankan agar calon dirut Pertamina pengganti Karen berasal dari golongan internal. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya