Geliat Warga di Tengah Status Siaga Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Idhad Zakaria

VIVAnews - Aktivitas Gunung Slamet masih siaga level tiga. Hembusan lava pijar dan gempa kerap terjadi. Dentuman letusan dan gemuruh dari kawah gunung masih sering terdengar.

Status ini sudah ditetapkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPTKG) Kementerian ESDM sejak Selasa 12 Agustus 2014, pukul 10.00 WIB.

Berdasarkan rekaman pantauan hari Selasa 26 Agustus 2014, sejak pukul 00.00-06.00 WIB terjadi gempa letusan sebanyak 13 kali. Lebih sedikit dibandingkan Senin kemarin, sebanyak 85 kali suara gemuruh dan tujuh kali suara dentuman kategori sedang dan kuat. [Baca ]

Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Desa Gambuhan Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah Sudrajat mengatakan, secara visual, cuaca di sekitar gunung terlihat terang dengan angin tenang.

Sesekali gunung terhalang kabut dengan udara dingin di sekitar. Saat cuaca cerah teramati 26 kali sinar api dengan tinggi 50 - 200 meter, 12 kali lontaran lava pijar dengan tinggi 100 - 250 m, 2 kali suara dentuman serta  6 kali suara gemuruh.

Meski mengalami penurunan gempa letusan, namun warga diimbau agar tetap tenang dalam menjalankan aktivitasnya dan tetap mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk.

"Warga kami imbau untuk tetap waspada dan tenang. Karena saat ini dalam radius aman yakni di atas 6 kilometer dari puncak," ujar Sudrajat.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Sarwa Pramana mengatakan telah mengirimkan surat dari Gubernur Jawa Tengah yang disebarkan kepada BPBD lima kabupaten.

Surat tersebut berisi imbauan agar seluruh BPBD setempat menyebarkan nomor-nomor posko pengungsian yang disiapkan untuk masyarakat sekitar gunung.

"Jadi jika ada aktivitas serius, warga langsung mengetahui akan mengungsi ke posko mana yang telah disiapkan pemerintah," kata Sarwa.

Untuk mengantisipasi semburan abu vulkanik yang bisa membahayakan kesehatan, BPBD Jawa Tengah telah membagikan 56.000 masker kepada masyarakat sekitar Gunung Slamet.

56.000 masker itu telah dibagikan kepada lima kabupaten di wilayah gunung Slamet, yakni Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Tegal, Pemalang, dan Kabupaten Brebes.

Selain masker, BPBD juga telah menyiapkan logistik untuk dibagikan. Terdiri atas 12 jenis seperti mie instan, beras, minyak goreng, makanan siap saji, dan logistik lain.

"Ini sebagai antisipasi jika aktivitas Gunung Slamet meningkat dan warga mengungsi," kata Sarwa.

Langkah antisipasi untuk menghadapi kemungkinan terburuk penting dilakukan semua pihak. Sebab, kata Sarwa, Gunung Slamet merupakan salah satu gunung yang sulit diprediksi.

Kata dia, hal itu bergantung pada fenomena alam yang terjadi dan mempunyai tipikal seperti Gunung Sinadung di Sumatera Utara. Oleh karena itu, kapan status siaga level tiga ini berakhir, pihaknya belum tahu. [Baca ]

Persiapkan diri

Persib vs Bhayangkara FC Imbang, Begini Komentar Bojan Hodak

Tim relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) dari lima kabupaten di wilayah lereng Gunung Slamet diikutsertakan dalam pelatihan kebencanaan yang digelar Selasa 26 Agustus 2014.

Lima kabupaten tersebut antara lain, Banyumas, Purbalingga, Tegal, Pemalang, dan Brebes. Seluruhnya mengikuti pembinaan dan pelatihan dikelola langsung oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah di Semarang.

Dari 1. 256 relawan Tagana yang mengikuti pelatihan kebencanaan, lima kabupaten yang berada tepat di bawah Gunung Slamet paling banyak jumlahnya.

"Jika lokasi rawan bencana daerahnya tinggi maka jumlah relawannya relatif lebih banyak," kata Kepala Dinas Sosial Jawa Tengah, Budi Wibowo.

Ribuan relawan yang berasal dari 35 kabupaten/kota dibekali sejumlah cara penanganan kebencanaan. Mulai dari pengaturan logistik, hingga bagaimana menangani masyarakat yang terkena langsung bencana.

"Kami juga memberikan pembekalannya setiap tahun kepada Tagana untuk menyelenggaran FGD (focus group discussion), pelatihan, dan trauma healing," kata Budi.

Kendati demikian, relawan Tagana yang dikelola langsung oleh Kementerian Sosial hanya mendapatkan intensif yang relatif kecil. Mereka hanya dibayar Rp100 ribu/bulannya. Itu pun dibayarkan setiap enam bulan sekali yakni di akhir semester.

"Karena anggarannya hanya dari APBN, sedangkan APBD tidak ada," kata Budi.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang juga turut hadir dalam pelatihan Tagana memberikan motivasi kepada relawan. Ia mengapresiasi para relawan yang dengan ikhlas bekerja keras untuk membantu sesama.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Purbalingga sejak beberapa hari terakhir terus meninjau aktivitas warganya di lereng Gunung Slamet. Pengarahan terhadap warga juga terus dilakukan.

Wakil Bupati Purbalingga Muhammad Tasdi mengatakan pendataan jalur dan tempat pengungsian telah dilakukan Pemkab Purbalingga. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses evakuasi.

"Warga diimbau untuk waspada dan bersiap mengungsi jika telah ada petunjuk dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purbalingga," kata Tasdi.

Ritual warga

Peningkatan aktivitas dan status Gunung Slamet tidak ditanggapi berlebihan oleh warga lereng gunung, tepatnya di Desa Ketenger, Kecamatan Baturaden, Banyumas, Jawa Tengah. Desa ini berada sekitar tujuh kilometer dari puncak Gunung Slamet.

Warga masih beraktivitas seperti biasa. Salah satunya Untung. Petani cabai ini mengaku bersama petani lainnya masih beraktivitas seperti biasa di ladang. Tidak ada kepanikan berlebih.

Kata Untung, warga sudah biasa mendengar suara dentuman, suara gemuruh, bahkan abu vulkanik dari Gunung Slamet.

"Tapi kami yakin tidak akan terjadi hal-hal yang membahayakan," kata Untung.

Menurut Untung, peningkatan aktivitas Gunung Slamet sudah biasa setiap lima tahun sekali. Kata dia, tiap ada pergantian pemerintahan, Gunung Slamet selalu meningkat.

"Tiap ada pergantian presiden Gunung Slamet pasti aktif. Tapi kami yakin setelah selesai pemilihan presiden, Gunung Slamet akan kebali normal seperti biasa," ujar Untung.

Berdasarkan catatan, Gunung Slamet pertama erupsi pada abad ke-19. Hingga saat ini, gunung yang statusnya Siaga ini sering mengalami erupsi meski dalam skala kecil.

Pada 1999, Gunung Slamet mengalami erupsi dan kemudian erupsi terjadi lagi pada Mei hingga Juni 2009. Dari puncak gunung mengeluarkan lava pijar. [Baca ]

Secara tradisi, masyarakat lereng Selatan biasa melakukan ritual masak sayur gandul atau kates. Dengan memasak sayur gandul dan dimakan bersama, warga yakin aktivitas Gunung Slamet akan kembali normal.

"Selama ini warga yakin tradisi yang sudah dilakukan turun temurun ini dapat membawa selamat," kata Untung.

Golkar: Kabinet Tidak Boleh Dibatasi karena Prerogatif Presiden

Biasanya, penduduk lereng gunung berkumpul di halaman rumah tokoh masyarakat untuk memasak sayur lodeh dari bahan gandul pepaya dicampur buah melinjo. Telur ceplok melengkapi hidangan ritual ini.

Sebelum menyantap bersama-sama, doa permohonan selamat yang dibacakan tokoh agama setempat terlebih dulu dipanjatkan.

Kemenko Polhukam Susun Rencana Bangun Sistem Pertahanan Semesta di IKN

Kata Untung, ritual ini sudah dilakukan turun-temurun ketika ada peningkatan Gunung Slamet. Tujuannya, meminta selamat dari Gusti Allah agar terhindar dari bahaya.

Rohmad, salah seorang warga Purbalingga yang tinggal di lereng gunung mengatakan saat ini warga masih melakukan aktivitas seperti biasa.

Tapi, kata Rohmad, mereka melakukannya dalam kondisi khawatir. Menurut Rohmad suara dentuman dan gemuruh dari kawah terdengar lebih keras dari wilayahnya.  "Lontaran lava pijar dan asap putih juga semakin sering menyembur dari puncak gunung," kata dia. (adi)

ANTV/Sonik Jatmiko

tvOne/Robbi Sofwan Amin





Ilustrasi diabetes/cek gula darah.

5 Makanan yang Bisa Menurunkan Kadar Gula Darah untuk Penderita Diabetes

Diabetes adalah kondisi yang memerlukan perhatian khusus terhadap pola makan. Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024