Drone, Terobosan Baru Pengiriman Paket

Drone milik Amazon.
Sumber :
  • DailyMail.uk
VIVAnews - Wahana terbang tanpa awak atau drone kini makin populer. Alat itu bukan lagi bukan hanya diadopsi untuk kebutuhan pengawasan lingkungan maupun mendukung pengintaian wilayah musuh dalam operasi militer. 
Kia Bakal Luncurkan Mobil Listrik Harga Terjangkau Tahun InI

Dalam setahun terakhir ini, drone mulai dilirik kalangan perusahaan teknologi dunia. Perusahaan itu bukan ingin turut berperang ataupun mengintai musuh, mereka kepincut menggunakan sistem drone untuk mendukung bisnis dan inovasi mereka. 
Florida School Removes 300 Books Containing LGBTQ

Pembesut situs penjualan online asal Amerika Serikat, Amazon memulai tren itu pada akhir tahun lalu. Amazon sudah mengumumkan adopsi drone untuk meningkatkan kepuasan pelanggan setia mereka. Cara cerdas Amazon merupakan terobosan dalam pengiriman paket pada pelanggan. 
Radja Nainggolan Bikin 3 Assist, Bhayangkara FC Bantai Persik Kediri 7-0

Layaknya virus, terobosan itu menular ke DHL, perusahaan global industri logistik. Dan terbaru ini, raksasa internet, Google tak mau kalah dengan mengujicoba drone untuk pengiriman barang. 

Virus drone untuk komersil ini dimulai Desember tahun lalu. CEO Amazon, Jeff Bezos membuat kejutan, dengan mengungkapkan perusahaannya ingin memberikan kepuasan pada pelanggan. Caranya menggunakan drone untuk pengiriman barang. 

Paket akan sampai ke tangan pelanggan dalam waktu tak lebih dari satu jam. 

Program ini, saat itu disampaikan terangkai dalam Amazon Prime Air. Drone yang digunakan akan dilengkapi dengan sabuk pengaman yang akan membawa paket. 

Namun, drone tak mampu membawa paket dalam bobot yang berat. Kebetulan, kata Bezos, rata-rata bobot paket Amazon, sekitar 86 persen hanyalah lima pound (sekitar 2,3 kg) dan biasanya Amazon akan mengirimkan paket ke rumah pelanggan dalam jarak puluhan mil. Drone jadi solusi pengiriman paket. Langkah terobosan.

"Tentu ini bisa menjadi solusi, dan juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan," kata Bezos dalam pernyataannya, Desember lalu.

Tapi, Amazon menegaskan program ini dikhususkan untuk program belanja pada masa liburan.

Asyiknya, Bezos berjanji layanan drone untuk pengiriman paket barang kepada konsumennya bakal tanpa dikenakan biaya alias gratis.
Perusahaan online shopping terbesar di dunia itu menyebut drone buatan mereka sebagai octocoptors. Octocoptors akan menggantikan tenaga manusia dalam pengiriman barang, dan juga mempersempit waktu pengiriman.

Amazon tampaknya serius dalam adopsi drone. Sampai pertengahan Juni 2014, Bezos mengungkapkan, perusahaan sudah menguji teknologi penerbangan generasi ke-5 dan ke-6, selanjutnya mereka akan mengembangkan generasi 7 dan 8. 

"Kami membuat banyak drone untuk memenuhi kebutuhan pengiriman barang. Dengan drone ini, kami jamin paket barang akan sampai ke konsumen dalam waktu 30 menit saja," kata Bezos. 

Amazon menguji serius teknologi drone itu. Guna memastikan sistem ini handal, perusahaan menguji detail kemampuan drone yang termasuk kelincahan dan kemampuan durasi.

Tak cukup di situ, Amazon juga tak luput memperhatikan sensor menghindar dan sensor pengembangan pada drone. Sebab Amazon memperkirakan kemungkinan operasi drone nanti menemui hambatan dan diharapkan bisa menghindari tabrakan saat mengudara. 

Tenaga baterai drone juga diuji. Dilaporkan dengan baterai yang ada, drone bisa terbang pada kecepatan 80,46 Km/jam. 

Terobosan Amazon itu menular ke perusahaan global industri logistik asal Jerman,  Deutsche Post (DHL). Sepekan usai Amazon mengumumkan rencana drone itu, DHL diketahui mengujicoba drone untuk mendukung pengiriman paket di masa depan. 

Namun DHL memprioritaskan pengiriman paket yang bersifat darurat misalnya obat-obatan ke daerah terpencil.

Melansir Daily Mail, DHL menyewa perusahaan heli mini yang menerbangkan paket. Dalam uji coba drone menjalankan misi pengiriman paket obat-obatan dari sebuah farmasi di kota Bonn ke kantor pusat perusahaan di sisi Sungai Rhine, Jerman, yang berjarak 2,5 Km.

Drone DHL yang memiliki empat baling-baling itu mampu mengangkut paket atau barang dengan bobot 3 Kg. Soal daya jelajah, drone yang disebut dengan Paketkopter itu, mampu terbang dengan ketinggian 50 meter dan menjangkau jarak 1 Km dalam waktu 2 menit. 

Juru bicara DHL, Thomas Kutsch menegaskan pengiriman paket masih dalam tahap uji coba proyek, untuk melihat sejauh mana teknologi drone itu mendukung pengiriman paket. Pada akhir tahun lalu, DHL belum memiliki rencana untuk benar-benar menggunakan drone untuk pengiriman. 

Google Buka Rahasia

Virus adopsi drone itu tak berhenti pada Amazon dan DHL. Belakangan giliran Google yang kepincut mengadopsi drone. 

Bahkan perusahaan asal Mountain View, AS itu mengaku diam-diam sudah mengembangkaninovasi drone selama dua tahun belakangan, melalui divisi Google X, divisi Google yang khusus untuk pengembangan teknologi terbaru. Google menyebut proyek drone ini dengan Project Wing. 

Melansir Mashable, Jumat 29 Agustus 2014, perusahaan mesin pencari ini mengakui bila pengembangan drone itu masih dalam tahap ujicoba. Sama seperti Amazon dan DHL.

"Proyek ini dihasilkan dalam sistem handal yang dapat mengirimkan secara otonom," ungkap Nicholas Ray, pendiri Project Wing. 

Google mengatakan ujicoba drone telah sukses mengirimkan sebuah barang ke sebuah rumah di area terpencil di Australia.

"Kami baru saja mengembangkan teknologi ini untuk memungkinkan sistem pengiriman yang aman, tapi kami berpikir ada potensi dahsyat untuk mengirimkan barang secara lebih cepat, aman dan efektif," kata Ray dalam video YouTube. 

Meski masih dalam tahap uji coba, manfaat pengiriman paket melalui drone itu dirasakan langsung oleh Neil Parfitt, petani dekat Warwick, Queensland, Australia. Parfitt merupakan bagian dari uji coba Project Wing Google itu. 

Dalam uji coba, Parfitt menerima kiriman cokelat Cherry Ripe dari drone Google tersebut. Ia mengakui pengiriman itu sangat efektif, sebab biasanya, untuk membeli cokelat ia mengaku harus menuju ke kota yang berjarak 10 km. 

Tak hanya dia yang mendapatkan kiriman dari drone, anjing kesayangannya juga mendapatkan bingkisan makanan, yang dikirim oleh Roy dari kawasan yang tak jauh dari rumah Parfitt.

Drone Google itu bekerja dengan cara yang berbeda dengan pesawat terbang, mengambil cara antara pesawat terbang dan helikopter. 

Wahana terbang tanpa awak itu lepas landas secara vertikal dan kemudian setelah di udara, terbang secara vertikal mencari lokasi tujuan pengiriman. 

Begitu menemukan titik pengiriman, drone akan mengeluarkan tali derek untuk menurunkan paket ke tanah. Pada ujung tambatan tali itu, terdapat komponen elektronik yang disebut 'telur'. 

Perangkat ini berfungsi mendeteksi paket telah menyentuh tanah. 
Begitu dipastikan menyentuh tanah, 'telur' itu akan melepaskan diri paket dan ditarik kembali ke dalam drone. 

Tak mudah untuk menjalankan uji coba itu, tim Google mengaku, telah melangsungkan lebih dari 30 uji coba penerbangan mandiri di Australia. Belum lagi soal lokasi yang dihadapi berbukit dan memastikan sistem pengiriman itu terkendali di luar laboratorium.

Setelah sukses dalam pengujian itu, Google bakal mengembangkan lagi sistem pengiriman itu. 

"Tahap berikutnya yaitu mengambil momentum dan antusiasme yang kami bangun secara internal. Kami juga ingin mendorong ke arah yang memungkinkan mimpi memberikan barang lebih cepat dengan tepat dan aman," kata Dave Vos, yang memimpin Project Wing.

Keseriusan Google ini bakal menambah ramai potensi pengiriman barang dengan drone. 

Potensi Menggiurkan

Adopsi drone dianggap cukup beralasaan. Laman Computerworld mengatakan selain alasan teknis, ada juga alasan ekonomi dari adopsi drone. 

Association for Unmanned Vehicle SystemsInternational (AUVSI) memperkirakan dampak ekonomi drone selama 3 tahun ke depan dapat mencapai US$13,6 miliar (Rp160 triliun) dan bakal terus tumbuh jadi US$821,1 miliar (Rp9,6 ribu triliun) pada 2025.

Laporan asosiasi memperkirakan, 85 persen penggunaan drone akan banyak digunakan pada bidang pertanian, dengan kemungkinan 135 ribu unit penjualan drone pada 2025 secara global. 

Prediksi angka itu bakal makin meningkat jika tak ada kendala peratura dari otoritas penerbangan. 

Sandera Regulasi

Sayangnya, sambutan tinggi drone itu masih mendapatkan kendala Federal Aviation Administration (FAA), lembaga regulator penerbangan sipil di AS. 

Selama 4 tahun terakhir otoritas itu melayangkan surat kepada individu dan organisasi yang mencoba drone. FAA menyebut mencurigai potensi buruk pemakaian drone untuk komersil. Lembaga itu pun mengirimkan peringatan lisan dan mengirim surat agar pengguna drone menghentikan praktik itu.

Fokus penolakan FAA yaitu tentang jaminan keamanan dan keselamatan drone, termasuk menghindari tabrakan dengan pesawat berawak. 

Melihat banyaknya peminat drone untuk komersil dan hobi itu, Kongres AS sempat meminta FAA untuk memasukkan drone itu dalam cakupan hukum wilayah udara nasional dengan tenggat sampai September 2015.

Menanggpi perintah itu, FAA membangun aturan ketat, di antaranya drone tidak boleh terbang di atas 152 meter, dan pengendali drone harus mendapatkan persetujuan FAA. 

Praktis syarat itu menuai kritikan peminat drone komersil. Petisi yang mempertanyakan terkait syarat itu pun muncul.

Departemen Perhubungan AS juga meragukan kemampuan FAA untuk memenuhi tenggat waktu 2015 dengan menyatakan FAA 'tak efektif dalam mengumpulkan dan menganalisa data keselamatan drone'. 

Akibat ketidakpastian regulasi drone itu membuatpeminat drone itu nekad. Banyak pehobi fotografi sampai pembuat film makin berani menggunakan drone. 

Melihat aksi masyarakat itu, FAA pun mengancam dengan denda, sebab regulasi belum diketok untuk mendukung praktik drone. Tapi ancaman itu tak digubris. 

Ancaman FAA itu akhirnya menjerat seorang fotografi film asal Austria, Raphael Pirker, yang didenda US$10 ribu (Rp117 juta) atas praktik drone untuk fotografi film di AS. 

Belakangan dengan dibantu seorang pengacara, Pirker menggugat denda FAA. Dan di tingkat pengadilan federal pada Maret 2014, hakim membatalkan denda itu. 

Meski FAA sempat banding ke Dewan Keselamatan Transportasi Nasional, putusan pengadilan federal menguatkan asa para peminat drone untuk memanfaatkan wahana tak berawak itu. 

Kini peminat drone menanti ujung pasti ujung sandera regulasi itu. Terlebih bagi Amazon, DHL dan Google. (adi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya