Motif Teror di Sydney

Seorang sandera lari ke arah polisi di luar kafe Lindt.
Sumber :
  • Reuters

VIVAnews - Publik Australia terkejut, insiden yang terjadi dari sebuah kafe kecil di Sydney, Senin, 15 Desember 2014, membuat banyak orang terhenyak. Beberapa orang disandera oleh pria bersenjata. Belum dapat dipastikan apakah hanya satu pelaku yang terlibat.

Jumlah sandera pun tidak diketahui, namun diperkirakan ada belasan orang. "Lindt Chocolate hanya sebuah kafe kecil," kata seorang wanita pekerja kafe, yang diwawancara oleh media Australia, ABC. Dia tidak pernah menduga, kafe itu akan menjadi sasaran aksi teror.

Para pelanggan mereka, sebagian besar adalah para pekerja di perkantoran sekitar. "Polisi sering datang ke sana. Juga anak-anak, yang datang bersama orangtuanya, mereka berlarian sambil tertawa," ucap wanita itu mengenang.

Martin Place di mana kafe Lindt berada, merupakan kawasan pusat bisnis yang strategis. Lindt persis berada di sebelah kantor Bank Sentral Australia. Di kawasan itu juga terdapat beberapa konsulat termasuk milik Amerika Serikat (AS), bank komersial, rumah sakit, dan gedung parlemen.

Jika pelaku menginginkan publisitas, dia jelas tidak salah memilih Martin Place. Apalagi Lindt Chocolate hanya sebuah kafe, tidak ada pengamanan ketat di dalamnya. Apalagi, sebenarnya telah diketahui adanya rencana serangan di Martin Place.

Pada September lalu, polisi Australia menggelar serangkaian penggerebekan di Sydney. Terungkap adanya rencana ekstrimis Islam, untuk melakukan pemenggalan kepala warga sipil di Martin Place, di tengah distrik bisnis Sydney.

Segera setelah penyanderaan terjadi, Konsulat Amerika Serikat (AS) langsung mengirimkan pesan darurat pada semua warganya, memperingatkan mereka untuk menjauhi Martin Place. Mereka diminta untuk terus waspada, dan melakukan langkah untuk meningkatkan keamanan pribadi.

Publisitas

Pakar Kontra-Terorisme Nick O`Brien, mengatakan pelaku terorisme selalu membutuhkan publikasi. Situasi keamanan saat ini, menurutnya, yang membuat insiden Sydney mendapat perhatian di seluruh dunia.

Jika yang terjadi hanya merupakan situasi penyanderaan, kata Nick, maka peristiwa itu tidak akan menjadi berita dunia. "Tapi adanya bendera hitam, dan karena implikasi teroris, maka itu menjadi berita utama di seluruh dunia," kata Nick dalam wawancara dengan ABC.

"Saya yakin saat dia (pelaku penyanderaan) masuk ke kafe itu pagi ini, dia telah memiliki rencana. Bagian dari rencana itu adalah, mendapat publikasi di seluruh dunia untuk apa yang akan dia lakukan, dan dia telah sukses. Orang itu telah mencapai apa yang dia ingin lakukan," katanya.

Hal itu diperkuat dengan pengakuan penyiar radio Australia, Ray Hadley, yang menyebut dirinya telah berbicara dengan salah satu sandera. Dia mengatakan bahwa sandera itu berbicara sangat tenang, saat menyampaikan informasi di telepon, tentang seorang pria bersenjata.

Hadley mengatakan bisa mendengar pelaku memberikan instruksi pada sandera, selama melakukan percakapan melalui telepon. Pelaku menginginkan sandera itu berbicara dalam siaran langsung di radio, namun ditolak oleh Hadley.

Militan ISIS di Irak dan Suriah, juga banyak merilis pernyataan dalam rekaman suara maupun video, melalui media sosial yang sejauh ini efektif digunakan oleh ISIS untuk melakukan propaganda, serta perekrutan militan.

Terorisme sukses jika berhasil mempromosikan ide-ide mereka, dan menebar ketakutan. Philip Seib dan Dana M Janbek, penulis buku "Global Terorisme dan Media Baru," menyebut terorisme harus dikomunikasikan, untuk bisa memiliki efek.

Hal senada disampaikan profesor ilmu politik dari Universitas Colombia, Brigitte L Nacos. Dia menyebut teroris membutuhkan publikasi untuk mendapatkan perhatian, pengakuan, dan bahkan penghormatan dan legitimasi.

Teror

Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott mengatakan, belum mengetahui motivasi pelaku penyanderaan di kafe Lindt, Sydney. Namun dia menyebut, inti dari insiden itu adalah bahwa pelaku ingin membuat takut masyarakat Australia.

"Kita tidak tahu apakah ada motivasi politik, walau ada sejumlah indikasi mungkin seperti itu," kata Abbott pada pidatonya di Canberra, setelah pertemuan dengan Komite Keamanan Nasional, yang disiarkan langsung oleh ABC, Senin, 15 Desember 2014.

Lebih lanjut, dia mengatakan penyanderaan di Sydney merupakan insiden yang mengganggu. "Saya dapat memahami kekhawatiran dan kecemasan orang Australia," ucapnya. Dia menegaskan bahwa inti dari insiden penyanderaan adalah upaya menakuti warga Australia.

"Inti dari semuanya adalah untuk menakuti orang-orang Australia," ucapnya. Oleh karena itu dia meminta pada warga Australia, untuk tetap menjalankan aktivitas mereka seperti biasa, sementara otoritas menangani kasus penyanderaan yang terjadi.

Apa yang dikatakan Abbott, sesuai dengan yang selama ini diserukan oleh ISIS. Para petinggi ISIS telah merilis banyak pernyataan, berisi seruan pada para pendukungnya agar menciptakan teror dengan membunuh warga sipil Australia, Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis serta negara-negara Eropa lainnya.

Pada penggerebekan yang dilakukan pemerintah Australia, 18 September, seorang tersangka yang tertangkap, Omarjan Azari, mengaku menerima telepon dari seorang militan senior ISIS asal Australia Mohammad Ali Baryalei, yang menginstruksikan dia memenggal orang-orang di Sydney.

"Tidak. Jangan (pergi ke Suriah). Kami ingin Anda tetap di Australia, menculik orang-orang di jalan, penggal mereka dan rekam, kirim pada kami untuk propaganda," kata Baryalei pada Azari.

Ketua Komite Intelijen DPR AS Mike Rogers, mengatakan ISIS ingin menciptakan kejadian yang menarik perhatian di negara-negara Barat. "Mereka (ISIS) ingin menunjukkan bahwa mereka bisa menjangkau dan menyerang negara Barat," kata Rogers.

Menurut Rogers, itu sebabnya kini aktivitas teror dapat dilihat di Kanada, AS, Jerman, Prancis, Spanyol, dan negara Eropa lainnya, karena ISIS secara aktif berusaha untuk menciptakan peristiwa di Barat yang dapat mereka klaim untuk propaganda.

Akhir Kisah

Dua Mobil Premium BMW Bakal Layani Antar Jemput Pasien RS

Dini hari, Selasa 16 Desember, polisi Australia menyerbu kafe tersebut. Sejumlah sandera dibebaskan, namun tiga orang termasuk pelaku penyanderaan terbunuh.

Polisi belum mengumumkan nama penyandera, namun sebuah sumber kepolisian menyebut namanya Man Haron Monis, seorang pengungsi Iran. Monis juga dikenal sebagai sheikh yang kerap mengirim surat kebencian kepada keluarga Australia yang terbunuh di Afganistan. Tahun lalu, dia didakwa atas pembunuhan bekas istrinya.

Perdana Menteri Australia menyatakan pelaku sangat dikenal pihak berwenang dan memiliki sejarah ekstremisme dan instabilitas mental. Pelaku diperkirakan berusia 50 tahun. (aba)

Ilustrasi memakai sunscreen

Direkomendasikan oleh IDI, Apa Sih Physical Sunscreen Itu?

Memakai sunscreen atau tabir surya saat keluar rumah sangat penting, terlebih Indonesia merupakan negara tropis yang 'bersahabat' dengan sinar matahari.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024