Siapa Berani Tantang SBY di Demokrat?

Temu Kangen SBY dengan Kader Partai Demokrat
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews – Hajatan pemilihan ketua umum Partai Demokrat akan digelar sebentar lagi. Mereka telah merancang penyelenggaraan Kongres pada awal tahun 2015. Sejumlah isu telah mereka gulirkan menyongsong forum pertemuan tertinggi dalam struktur kepartaian. Diantaranya, aklamasi untuk kembali mendaulat Susilo Bambang Yudhoyono menjadi ketua umum.

Menurut Ketua Harian Partai Demokrat, Syarief Hasan, hingga kini semua kader partai berlambang Mercy itu bulat dan solid untuk mendukung SBY. Sebab itu, dia yakin SBY bakal terpilih secara aklamasi.

"Iya dapat dipastikan aklamasi. Tidak ada tokoh lain selain SBY," kata Syarief kepada VIVAnews.

Xiaomi Rilis Redmi Note 13 Pro Plus 5G: Desain Unik, Performa Gahar dan Harga Terjangkau

Menurutnya, kader-kaderlah yang meminta SBY agar kembali memimpin mereka. "Kalau kader-kadernya semua DPC meminta ketum lagi, ya Pak SBY tidak bisa menolak, karena ini amanah," ucapnya.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono, atau akrab disapa Ibas menyampaikan keyakinannya bahwa figur SBY mampu mengembalikan kejayaan Partai Demokrat. Menurutnya, tidak ada yang menyangkal kalau Pak SBY sebagai figur perekat dan yang pasti bisa diterima oleh seluruh kader Demokrat.

“Semua yakin bahwa Pak SBY dengan segudang pengalaman dan pengetahuan sekaligus memiliki sikap kenegarawanan, sikap tengah yang bijak, akan membawa kembali Demokrat di jalur kemajuan dan masa-masa emas," kata Ibas dalam keterangan pers yang diterima VIVAnews.

Ketua Fraksi PD di DPR RI ini optimis partai berlambang mercy ini akan terus berada di jalur demokratis dalam memilih pemimpin karena sebagai partai yang relatif muda, PD sudah belajar dari sejumlah pengalaman.

"Kami sadar dan tidak akan mengulangi kejadian kelam di masa lalu ketika Demokrat melepas demokrasi dalam memilih kepemimpinan yang berujung kepada ketidaksolidan bagi segelintir orang-orang tertentu. Oleh sebab itu, saat ini kita sepakat yang terbaik adalah mencari tokoh penentu, pengayom dan bisa membawa kejayaan kembali Demokrat ke depan dan tokoh tersebut adalah Pak SBY," lanjut Ibas.

Dia berargumen, ada aspirasi kader Partai Demokrat di daerah untuk meminta Ketua Umum PD, SBY tetap bersedia memegang pimpinan PD. Untuk itu, dinamika menjelang Kongres PD mendatang akan diwarnai desakan kader di daerah agar SBY dipilih secara aklamasi sebagai Ketum.

Ibas menilai, keberhasilan SBY baik sebagai kader utama PD maupun Presiden RI sudah dibuktikan secara baik selama 10 tahun beliau menjalankan amanah rakyat. "Sebagai presiden RI ke-6 beliau berhasil membangun melalui program-program pro-rakyat, pro-job, pro-business, pro-growth, pro-environment, pro-demokrasi, dan pro-international relations," katanya.

Kenapa SBY Lagi?

Suara Partai Demokrat merosot tajam saat Pemilu Legislatif 2014 lalu yaitu 10,19 persen dan 61 kursi di DPR. Padahal, pada Pemilu 2009, partai berlambang bintang mercy itu meraih suara terbanyak yaitu 20,85 dengan 148 kursi di DPR.

Meskipun demikian, Ketua Harian Partai Demokrat, Syarief Hasan, tidak melihat penurunan itu sebagai kegagalan Susilo Bambang Yudhoyono. Justru, dia mengungkap sumbangan besar SBY dalam menyelamatkan Demokrat.

"61 Kursi itu karena kerja keras SBY," kata Syarief.

Syarief mengatakan, jika Demokrat turun, sebabnya sudah diketahui oleh publik. Kasus korupsi yang menimpa banyak kader tak bisa dipungkiri menjadi faktor utama.

"Kenapa Demokrat turun semua sudah tahu. Bukan karena kepemimpinan Pak SBY gagal," jelasnya.

Syarief menegaskan, tanpa SBY, Demokrat pada 2014 bisa saja hilang dari peredaran. Oleh karena itu, lanjut dia, seluruh kader harus menghargai jasa Presiden Indonesia keenam itu kepada partai.

"Justru terbalik (bukan gagal). Kalau SBY tidak turun tangan, bisa-bisa Demokrat nggak lolos parliamentary threshold atau tidak masuk parlemen," ucapnya.

Politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, menegaskan partainya tidak akan pecah jika dalam Kongres nanti memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono secara aklamasi. Kekhawatiran tersebut muncul akibat dua partai sebelumnya yakni Partai Golkar dan PPP mengalami dualisme kepengurusan.

"Karena banyak mataharinya di tiap partai. Kalau kami cuma satu kok mataharinya, SBY. Jadi nggak akan pecah," kata Ruhut.

Menurut Ruhut, SBY tidak ingin menjadi ketua umum. Bahkan hingga saat ini, Presiden Indonesia keenam itu belum berniat maju.

"Yang minta kami-kami. Kalau yang lain, mereka yang ngotot supaya aklamasi. Kita nggak. Kita belum tahu Pak SBY mau maju apa nggak," ujarnya.

Ruhut juga membantah bahwa dengan aklamasi, maka proses pemilihan ketua umum Partai Demokrat menjadi tidak demokratis. Dia merujuk pada dasar negara Pancasila yang salah satu silanya adalah musyawarah mufakat.

"Itu yang paling demokratis. Kalau voting Barat. Tapi karena demokratis, boleh juga voting. Itu alternatif yang kesekianlah, yang pertama aklamasi, musyawarah mufakat," jelasnya.

Ruhut menambahkan, Partai Demokrat memang harus dipimpin oleh SBY. Karena baginya, tak ada calon lain yang bisa men yatukan partai tersebut apalagi bersaing pada Pemilu 2019 mendatang.

"Kalau SBY tidak ketum maka partai ini akan hilang dari peredaran," tegasnya.

Pasek Menantang

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Gede Pasek Suardika, berniat menantang Susilo Bambang Yudhoyono dalam Kongres Partai Demokrat mendatang. mengaku telah mengantongi restu dari Anas Urbaningrum (AU) terkait rencananya untuk 'merebut' jabatan yang kini diemban Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"AU (Anas Urbaningrum) sudah merestui," kata Pasek di Denpasar, Bali, Minggu 21 Desember 2014.

Meskipun lawan poitiknya merupakan sosok yang sulit untuk ditandingi, dia berkeyakinan jika rencananya bukan merupakan hal yang mustahil untuk diwujudkan.

"Yang saya lawan tembok Berlin, kokoh dan panjang. Ya akhirnya roboh juga oleh zaman. Saya punya keyakinan itu," ucap Pasek.

Pasek juga memastikan jika keinginannya tak surut meski sudah ada gerakan penggalangan suara melalui kertas bermaterai yang memilih salah satu kandidat secara aklamasi. Dia tetap bersikukuh, jika langkahnya merupakan penyelamatan bagi Partai Demokrat, agar dinamika demokrasi dapat tetap berjalan.

"Meski mayoritas DPD dan DPC sudah membuat rekomendasi bermaterai, tapi saya ingin maju. Yang ingin saya menangkan demokrasi. Jangan sampai mati karena ambisi," kata dia.

Hingga kini, dia juga belum mendengar pernyataan dari SBY yang melarangnya untuk ikut dalam kontestasi pertarungan ketua umum di Kongres Partai Demokrat. "Saya belum dengar SBY melarang saya maju," demikian Pasek.

Pasek mengungkapkan ada upaya membuat pemilihan ketua umum dalam Kongres berlangsung aklamasi. Dia mengaku mengetahui ada surat pernyataan bermaterai yang sudah digalang.

"Bali, Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan ada beberapa lagi," kata Pasek di Denpasar.
 
Dia menyesalkan upaya tersebut akan membuat dinamika demokrasi di Kongres Partai Demokrat mati. "Ini demokrasi apa yang kita bangun. Kalau dilakukan secara fair, saya yakin menang tipis," ujarnya.

Pasek menegaskan, upayanya mencalonkan diri menjadi ketua umum tidak dalam kerangka melawan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Bukan melawan SBY. Saya ingin meluruskan hal tak benar. Intinya adalah saya ingin bangun demokrasi. Ukurannya kinerja. Karakter Sengkuni tak nyaman ketika saya maju. Setiap serangan mereka saya jawab tunai. Didi Irawadi, Ruhut Sitompul, semua saya jawab tunai," kata Pasek.

Pasek mengungkapkan, saat ini ada tiga kekuatan besar di tubuh Demokrat yakni, kubu Cikeas, kubu Duren Sawit dan Marzuki Alie. Jika situasinya seperti ini, di mana seluruh DPD dan DPC pendukungnya dipecati, Pasek mengaku peluangnya semakin tipis.

"Saya tahu peluang saya kecil. Saya tidak takut. Kalau berbasis surat bermaterai itu, selesai sudah ini kongres. Sudah ada pemenangnya sebelum bertanding," katanya.

Reaksi Negatif

Namun, langkah itu dipandang miring oleh koleganya, Ruhut Sitompul. Ruhut yang kini masih menjabat sebagai anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrat itu menilai Pasek tidak layak bersaing dengan SBY. Bahkan, dia menilai Pasek hanya ingin menaikkan daya tawar saja.

"Kalau jadi calon dia jadi Sekjen, wakil ketua umum? Dia kira begitu," kata Ruhut.
 
Meskipun demikian, Ruhut tidak mempersoalkan manuver Pasek yang juga pernah menjadi anggota DPR dari Fraksi Demokrat itu.

"Mungkin dia belum populer, mencari popularitas murahan. Orang maju untuk menang kan? Tapi kalau dia maju untuk gagah-gagahan," katanya.

Ruhut mengklaim, semua kader maunya aklamasi, SBY menjadi ketua umum lagi. Baginya, terlihat aneh jika ada yang masuk dan coba menantang sang matahari. Apalagi, lanjut Ruhut, sahabat mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum itu tidak di Demokrat lagi.

"Kan selalu ada perdebatan. Jadi, Pasek itu sudah dipecat atau belum? Dia itu anggota DPR atau DPD? Artinya, dia sudah dipecat dong," ucapnya. (ren)

Siswa SMK di Nias Selatan meninggal diduga dianiaya kepala sekolahnya

Imbas Kematian Siswa Diduga Dianiaya, Kepala Sekolah SMKN 1 Nias Selatan Dibebastugaskan

"Sanksi sementara terhadap kepala sekolah, kami memberikan sanksi sesuai dengan aturan. Saat ini, proses pembelajaran berlangsung tanpa kepala sekolah (dibebastugaskan).

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024