Apa Kabar Kota Pintar Indonesia?

Konsep kota pintar
Sumber :
  • Schneider-Electric.com

VIVA.co.id - Mengurus kota saat ini dengan lima dekade lalu sangatlah berbeda. Kota pada dunia modern kini hadir dengan setumpuk masalah, mulai dari banjir, pemukiman, kesemrawutan transportasi, problem sosial, keamanan hingga pelayanan publik.

Maka tak heran para kepala daerah saat ini punya gaya berbeda dalam mengelola dan membangun wilayahnya masing-masing.

Jika lima dekade lalu, kepala daerah mengelola wilayahnya relatif lebih santai, jangan harap itu terlihat pada saat ini.

Menurut Ketua e-Indonesia Initiatives, Suhono H Supangat, problem menumpuk yang ada pada kota saat ini adalah akibat beban penduduk yang makin banyak. Menurut perhitungannya saat ini sekitar 50-60 persen populasi suatu daerah sudah tinggal di kota. Angka ini berbeda pada 1950-an ketika kota menampung 30 persen populasi saja.

Tak ayal, peralihan populasi itu membuat daya tampung kota makin sesak, mulai tak mencukupi. Seiring itu, kata Suhono, mulai timbul masalah khas perkotaan yaitu kebutuhan yang makin kompleks mulai dari air bersih, pemukiman hingga transportasi.

"Maka karena demand dan supply-nya nggak berimbang, dibutuhkan kota yang lebih nyaman dan aman. Kota saat ini sering disibukkan masalah macet dan banjir," ujar akademisi Institut Teknologi Bandung itu kepada VIVA.co.id, Jumat 30 Januari 2015.

Untuk menyelesaikan problem itu, lanjut Supangat, kepala daerah harus bekerja keras blusukan ke wilayahnya masing-masing untuk monitoring dan sensing.

Dengan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) sensing dan monitoring kepala daerah bakal lebih baik bila memanfaatkan CCTV, kamera publik hingga perangkat pengenal pintar seperti kartu penduduk elektronik.

"Ini semangatnya adalah agar pengelolaan kota bisa cepat, pintar dam responsif dengan problem yang ada," katanya.

Sebagai solusi, konsep kota pintar menurutnya bisa membantu kepala daerah mengurai berbagai problem menumpuk sepeti macet dan banjirm

Suhono menegaskan ada tiga pengait atau pemicu yang mendukung sebuah kota bertransformasi menuju kota pintar. Pertama pemanfaatan teknologi, masyarakat (people) dan tata kelola.

Ia juga merumuskan tahapan menuju kategori kota pintar yaitu tahapan ikut-ikutan membangun dan belum ada konsep (ad hoc), tahapan merancang kota pintar (initiative), rancangan pada beberapa sektor (scattered), berbagai sektor terintegrasi (integrative), tahapan terakhir kota berhasil jadi kota pintar (Smart).

Pengamatan Suhono menemukan ada sembilan kota di Indonesia yang tengah memasuki kota pintar, di antaranya Bandung, Jakarta, Bogor, Banyuwangi, Banda Aceh dan lainnya.

Nah bagaimana profil kota pintar tersebut?.

Ambisi Bandung 'Silicon valley'

Ini yang Dibutuhkan untuk Kembangkan Kota Pintar

Sejak dipimpin Walikota Ridwan Kamil, kota kembang gencar membangun. Kota ini memang tengah menapaki kota pintar.

Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, mengatakan pembangunan kota bukan tanpa alasan. Ia ingin warga yang tinggal di Bandung dalam kategori bahagia.

Sang wali kota punya standar penilaian. Warga yang bahagia hidup di Bandung  skornya adalah 8. Saat ini Emil mengklaim skor kota Bandung  ialah 7,5.

Guna membahagiakan warganya, Pemda Bandung membangun ratusan taman kota, total dicanangkan ada 300 taman tematik dalam waktu lima tahun.

Tak melulu soal pembangunan ruang hijau. Bandung juga gencar memanfaatkan teknologi  untuk menciptakan kota yang aman. Upaya ini dilakukan dengan pengawasan keamanan. Bandung telah memasang CCTV di sudut kota, kendaraan dinas di pasang pelacak GPS sehingga bisa dipantau keberadaaanya dari pusat kendali Bandung Command Center.
Dalam pusat kendali itu terdapat 24  unit video call masing-masing 40-55 inchi.

Emil juga gemar  mengampanyekan penggunaan media sosial seperti Twitter untuk mengundang warga Bandung mengawasi pelayanan publik.

Dalam waktu setahun ini, Emil mengatakan bakal mengembangkan 150 aplikasi untuk kebutuhan informasi masyarakat.

Guna memantapkan pembangunan kota pintar di wilayahnya, Emil pun tengah mengimpikan proyek merias wajah Bandung seperti layaknya kawasan Silicon Valley. Ia ingin Bandung memiliki kawasan yang mirip markas perusaaan teknologi itu.

Gagasan ini terkonsep dalam Bandung Technopolis yang sudah akan dibangun di area Gedebage, Bandung dengan menempati tanah seluas 600 hektare. 

Serambi Mekah Berbenah

Denyut kota pintar tak hanya menggaung di Bandung saja. Di wilayah barat Indonsia, kota Banda Aceh tak ketinggalan. Semangat menuju kota pintar juga dilandasi keterpurukan kota satu dekade silam saat diterjang tsunami Aceh.

Pada fase kota pintar, Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal mengungkapkan kotanya memulai dengan membuat sejumlah aplikasi publik yang mendukung kinerja pemerintahan.

Menurutnya, aplikasi merupakan salah satu menjadi jembatan antara pemerintah kota dengan warganya, sehingga tahu kebijakan dan pelayanan seperti apa yang diinginkan oleh masyarakatnya.

Beragam aplikasi itu ialah Public Complaint pada 2008. Aplikasi ini memungkinkan setiap keluhan warga yang dikirim, baik lewat web, atau SMS akan langsung diterima wali kota, wakil wali kota, dan sekretaris daerah yang diteruskan kepada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Desa) terkait.

Aplikasi lain e-Kinerja, yang mana digunakan untuk memantau performa PNS setempat melalui TIK. Aplikasi ini disebutkan mampu memantau pekerjaan PNS secara real time, pekerjaan sampai mana dan lainnya.

"Jadi, e-Kinerja itu sebagai pembinaan, peneguran, pemotongan, kalau ada yang tidak disiplin, maka akan diberhentikan. Kalau masih saja tidak disiplin dan makin banyak, berhentikan pimpinannya," tegasnya.

Sedangkan di bidang pendidikan, sang wali kota menyiapkan dukungan dengan akses internet dan e-Book.

"Seluruh sekolah sudah ada hotpsot-nya di Banda Aceh, selain itu juga dipasang di beberapa masjid, perkantoran balai kota dan taman kota," ucap Illiza.

Ada juga e-Warning System, yang mendeteksi gempa bila fenomena alam ini terjadi di daeah lain. Ini sebagai wujud untuk bersiap menghadapi kemungkinan gempa melanda Banda Aceh.

"Seluruh sekolah sudah ada hotpsot-nya di Banda Aceh, selain itu juga dipasang di beberapa masjid, perkantoran balai kota dan taman kota," ucapnya mengenai konsep e-Education dan e-Book.

Selain Bandung, Telkomsigma Siap Garap Smart City Lain

Banyuwangi

Kota pintar juga tengah dijalani kabupaten paling timur pulau Jawa, Banyuwangi. Cukup unik, kabupaten ini menandai masuknya menuju kota pintar dengan jargon Smart Kampung.

Jika dua kota lain gencar kampanyekan smart city, maka Banyuwangi pede dengan jargon Smart Kampung.

Konsep ini dilandasi karena wilayah Banyuwangi yang ingin menghubungkan antardesa dalam kabupaten terluas di Jawa Timur.

Diketahui, luas wilayah Banyuwangi yaitu 90 kali lipat dari Banda Aceh, 34 kali lipat dari Bandung, 17 kali lipat Surabaya, dan 9 kali lipat Jakarta.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menjelaskan dengan karakteristik geografi itu, tantangan utama pada kabupatennya adalah problem jarak antardaerah sehingga membantu mempercepat layanan publik.

Dampak adopsi TIK dalam layanan publik dirasakan oleh masyarakat, seperti mengurusi KTP di Banyuwangi biasanya tiga jam, dengan adanya teknologi bisa mengurus KTP cuma 10 menit.

Dengan mencanangkan Smart Economy, Smart Mobility, Smart People, Smart Environment, Smart Living, Smart Governance, dan Smart Farming, Banyuwangi tak tercerabut dari akar wilayahnya, yaitu tetap mengutamakan karya asal daerah.

Anas punya prinsip "Sehebat apapun modal, selama rakyat tidak diproteksi akan kalah",' kata dia bicara soal proteksi karya lokal dan desa.

Sementara untuk Smart Environment, pemkab menerapkan kewajiban penanaman pohon setelah mengantongi sertifikat. Aksi ini dinamai Sedekah Oksigen.

Menurutnya, buah hasil pemanfaatan teknologi terhadap kotanya signifikan, yaitu jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerahnya meningkat cukup pesat tanpa mengandalkan iklan.

Anas menyebut jumlah wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi meningkat 1000 persen dari sebelumnya.

Bahkan, dikatakannya para peternak sudah memanfaatkan online untuk menjual kambing maupun sapi kepada konsumen.

Mengenai profil kota-kota tersebut, Suhono mencatat memang tahap awal pemerintah daerah memasuki kota pintar dengan integrasi layanan publik secara online.

"Rata-rata saya lihat masih tahap scattered, belum terintegasi, baru soal (bidang) layanan publik saja," kata dia.

Ia pun memberikan nilai, untuk menyandang kota pintar, apa yang dijalani beberapa kota itu sudah setengah jalan, meskipun masih banyak perlu perluasan integrasi.

"Kalau saya menilai dalam kategori nilai 100 persen, ini rata-rata sudah 50-60 persen," ujar Suhono

Ia mengatakan setelah lepas landas dengan integrasi pada layanan publik, menurutnya kota-kota itu bisa meningkatkan pada tahap integrasi pada smart goverment, smart transportation hingga smart environment.

Kota Pintar Impian Ericsson
Fasilitas yang dirintis sejak masa Joko Widodo masih menjadi Gubernur DKI Jakarta tesebut telah mempermudah kinerja aparat Pemprov DKI Jakarta.

Minat Smart City Meningkat, Pemerintah Disarankan Investasi

Seringkali proyek smart city tak berjangka panjang.

img_title
VIVA.co.id
11 April 2016