Kompetisi Sengit Mobil Keluarga, Siapa Terjungkal?

Mobil Keluarga Murah di IIMS 2013
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Peta mobil terlaris di Tanah Air saat ini belum berubah. Mobil jenis Multi Purpose Vehicle (MPV) alias mobil keluarga masih menjadi kendaraan roda empat paling moncer penjualannya.

Tengok saja data-data yang disuguhkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang menempatkan MPV masih menjadi "raja" mobil yang masih diminati masyarakat.

Data Gaikindo terakhir menyebutkan, meski total penjualan mobil dari produsen ke diler (wholesale) turun, mobil keluarga tetap seksi. Mobil keluarga yang terus diburu terutama di segmen Low MPV, kemudian Medium MPV, dan terakhir Upper MPV.

Jika melihat apa yang disuguhkan mobil jenis tersebut, kondisi ini tak aneh. Sebab, mobil MPV memiliki kelebihan mampu mengangkut banyak penumpang, ditambah kehadiran kabinnya yang cukup luas.

Lantaran menjadi idola yang digandrungi masyarakat, banyak pabrikan pun berlomba-lomba menghadirkan mobil jenis tersebut. Saking "montok"-nya rupiah pada mobil jenis ini, pabrikan otomotif dari Amerika, Korea, Malaysia, dan Eropa pun ikut menancapkan kuku bisnisnya di Tanah Air, tak hanya Jepang.

Pengamat otomotif, Suhari Sargo, mengatakan kompetisi ini semakin sengit, lantaran beberapa pabrikan baru mulai bermunculan di Indonesia. "Pemain-pemain besar, seperti Toyota, Daihatsu, dan Honda kini harus rela berbagi pasar dengan beberapa pemain baru," katanya.

Ia menilai, munculnya kompetitor baru sudah tentu akan memberikan pengaruh cukup besar terhadap iklim industri otomotif di Indonesia. Meski pengaruhnya belum cukup terasa, kini segmen pasar harus dibagi dengan lebih banyak pabrikan lain.

Jepang mendominasi

Segmen Low MPV paling banyak dicari lantaran mobil di kelas ini biasanya mengusung mesin 1.500 cc, dan nominal harga yang ditawarkan cenderung lebih terjangkau. Rata-rata harga yang dibanderol kurang dari Rp200 juta.

Berdasarkan data yang disampaikan Gaikindo yang diterima VIVA.co.id, total penjualan segmen Low MPV di penghujung 2014 mencapai 361.261 unit. Angka ini, memang menurun dari tahun sebelumnya (2013) sebanyak 379.206 unit.

Dari sekian banyak penjualan mobil Low MPV, kendaraan-kendaraan asal Jepang terlihat masih mendominasi pasar. Bahkan, data menyebutkan jika 90 persen penjualan mobil MPV dikuasai Jepang.

Di urutan pertama, ditempati mobil sejuta umat Toyota Avanza dengan total penjualan 162.070 unit. Di posisi kedua, didapuk Honda Mobilio dengan torehan penjualan 79.228 unit.

Belum Lama Meluncur, Penjualan Calya Sudah Salip Agya

Mengekor di posisi ketiga, ada Suzuki Ertiga dengan penjualan 47.015 unit, menyusul Daihatsu Xenia di posisi keempat dengan penjualan 46.710 unit, dan Suzuki APV di posisi kelima dengan angka penjualan 10.667 unit.

Di luar posisi lima besar, yakni peringkat keenam, baru pabrikan asal Amerika Serikat, Chevrolet, dengan produk Spin-nya bertengger dengan angka penjualan 7.475 unit. Selanjutnya, masih dari pabrikan Jepang lewat Daihatsu Luxio dengan penjualan 4.304 unit, Nissan Evalia sebanyak 2.945 unit, dan Mazda VX-1 dengan penjualan 787 unit.

Kondisi sama setidaknya juga berlaku di segmen MPV lainnya, seperti medium dan upper. Di segmen Medium MPV, Toyota masih menjadi jago lewat kendaraan Innova-nya dengan penjualan 56.157 unit.

Selanjutnya, ada Nissan Grand Livina dengan angka penjualan 15.716 unit, Honda Freed 6.517 unit, Isuzu Panther 2.994 unit, Proton Exora 400 unit, dan Mitsubishi Delica 165 unit.

Di segmen Upper MPV, Jepang lagi-lagi mendominasi dengan Nisan Serena sebanyak 1.712 unit, Mazda Biante 1.485 unit, Toyota Alphard 1.156 unit, Honda Odyssey 642 unit, Toyota Nav1 535 unit, Hyundai H-1 447 unit, Chevrolet Orlando 150 unit, Nissan Elgrand 122 unit, dan Mazda 8 sebanyak 19 unit.



Chevrolet tutup pabrik

Persaingan sengit di segmen MPV ternyata dirasa sangat ketat bagi pabrikan mobil asal Amerika Serikat, Chevrolet. Lantaran tak kuat menghadapi gempuran kedigdayaan pabrikan Jepang, Chevrolet lewat General Motors sebagai induk perusahaan akhirnya memilih menutup pabriknya di Pondok Ungu, Bekasi.

Pabrik tersebut diketahui memproduksi mobil Spin, MPV andalan Chevrolet di Indonesia. Rencananya, pabrik akan ditutup pada awal Juli 2015.

Dengan ditutupnya pabrik tersebut, produksi Spin otomatis disuntik mati alias berhenti total dan tak lagi diproduksi.

General Manager (GM) Executive Vice President Stefan Jacoby, yang mengawasi pasar luar Amerika, Eropa, dan Tiongkok, mengakui pihaknya keliru dalam "pertarungan" bisnis dengan pabrikan Jepang yang didominasi Toyota Motor, hingga membuat mereka rontok di Indonesia.

Padahal, GM mencoba memproduksi secara lokal Chevrolet Spin di Bekasi sebagai salah satu strategi kecil untuk head to head dengan pabrikan Jepang.

Pamerkan 23 Mobil Baru di IIMS, Honda Klaim Banjir Pesanan

"Kami tidak bisa meningkatkan produksi Spin untuk meningkatkan volume seperti yang kami harapkan. Meskipun produknya (Spin) benar-benar baik," kata Jacoby seperti dilansir Reuters.

Sementara itu, Direktur Komunikasi dan Humas PT GM Indonesia, Maria Sidabutar mengatakan, penutupan "markas" mereka di Bekasi dilakukan lantaran biaya produksi yang terlalu tinggi. Sementara itu, daya serap kendaraan yang diminati masyarakat Indonesia terhadap Chevrolet Spin rendah.

"Beberapa faktor utama pabrik ditutup antara lain biaya material yang tinggi. Sebab, sebagian besar komponen masih diimpor, ditambah nilai tukar rupiah belakangan yang memburuk. Selain itu, pasokan lokal untuk Spin masih sangat terbatas," ujar Maria kepada VIVA.co.id, Jumat 27 Februari 2015.

Alhasil, dia pun mengakui jika Spin tak dapat mewujudkan apa yang diharapkan GM sejak pabrik tersebut berdiri pada April 2013, yakni harga yang kompetitif.

Berdasarkan catatannya, sejak pabrik tersebut dibuka, Spin hanya mampu terjual sebanyak 25 ribu unit, tiga ribu di antaranya dilakukan dengan menempuh jalur ekspor.

"Tetapi, Chevrolet tetap masih akan berbisnis di Indonesia dengan produk-produk unggulan kami lainnya. Sampai pabrik ditutup, kami akan berusaha memproduksi tiga ribu unit Spin lagi," ujar Maria.

Dia juga memastikan kepada para pemilik mobil Spin untuk tidak khawatir dengan kondisi tersebut. GM sepenuhnya menjamin ketersediaan suku cadang dan servis sebagai bagian dari komitmen mereka.

Sebagai dampak penutupan pabrik, sebanyak 500 karyawan pun dirumahkan. "Kami juga akan melakukan kebijakan pembayaran pesangon sesuai dengan keputusan pemerintah dan tambahan kompensasi sebagai bagian dari kebijaksanaan perusahaan," kata Maria.

Daihatsu Antisipasi Turunnya Daya Beli Masyarakat



Toyota makin melenggang

Dengan disuntik matinya Chevrolet Spin, secara otomatis persaingan di segmen Low MPV semakin berkurang. Setidaknya, pabrikan mobil sejenis akan lebih memiliki peluang untuk mendulang rupiah dengan gugurnya satu pesaing mereka.

Namun demikian, hal tersebut tidak dianggap sebagai kabar gembira bagi Toyota. Sebab, Toyota mensinyalir jika bisa saja penutupan pabrik tersebut menjadi bagian dari rencana besar yang akan dilakukan General Motors di Tanah Air.

"Saya pikir ini merupakan kebijakan matang dari perusahaan yang telah melalui proses complicated. Soal penutupan pabrik, mungkin banyak faktor pula yang menjadi alasan mereka. Tetapi, sejauh ini kami anggap persaingan bukan merupakan ancaman," ujar Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor (TAM), Rahmat Samulo, kepada VIVA.co.id, Jumat 27 Januari 2015.

Menurut Samulo, penjualan mobil sebenarnya memang tidak semudah yang dibayangkan banyak orang. Sebab, para pabrikan juga harus siap dengan berbagai kelengkapan dan faktor pendukung lainnya untuk menunjang penjualan.

Salah satu kunci kesuksesan Toyota, kata dia, adalah penguatan jaringan aftersales, seperti ketersediaan suku cadang dan layanan servis. Penambahan diler untuk mengatrol penjualan di berbagai wilayah juga dianggapnya penting untuk mencapai target yang diproyeksikan.

"Kami harus membangun fondasi yang kuat, dan itu lah yang telah dilakukan Toyota hingga menjadi unggul di Tanah Air," ujar Samulo.

Menurut dia, faktor mobil buatan Jepang atau pabrikan Amerika sebenarnya bukan alasan kuat mengapa masyarakat memilih mobil-mobil dari negeri Sakura. Melainkan ketersediaan dan kemudahan pelanggan setelah memiliki mobil.

"Kami menciptakan sendiri image Toyota. Ya itu, bagaimana kami memberi produk yang sesuai dengan pelayanan dan tentunya kelengkapan jaringan," kata Samulo.

Dengan begitu, tak heran jika kini Low MPV kebanggaan mereka, Avanza, masih terus bertengger di posisi puncak penjualan mobil terlaris di Indonesia. Bahkan, Avanza tak hanya menguasai penjualan di segmen tersebut, namun mengungguli penjualan mobil secara nasional.

"Meski jarang mengalami perubahan, berdasarkan survei yang kami lakukan, Avanza masih cocok dengan selera dan kebutuhan masyarakat saat ini," ujar Samulo. (art)

![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya