Miliarder Indonesia Masih Masuk Daftar Terkaya di Dunia

Pemilik grup usaha Djarum dan BCA, R. Budi hartono.
Sumber :
  • Forbes

VIVA.co.id - Sebanyak 22 berhasil masuk dalam daftar orang terkaya di dunia 2015, berdasarkan penilaian Forbes. Mereka mampu bertahan di daftar tersebut dan masih sama dengan penghuni terkaya Indonesia di tahun 2014.

Hartono bersaudara tetap bertengger di posisi teratas. Dengan kekayaan mencapai US$9 miliar atau sekitar Rp116,66 triliun (kurs tengah BI Rp12.962), Budi Hartono menjadi orang terkaya di negeri ini dan berada di urutan ke-142 di seluruh dunia, naik 31 tingkat dibandingkan tahun lalu.

Menyusul di belakangnya adalah saudara Budi, yakni Michael Hartono yang sukses mengumpulkan aset hingga US$8,7 miliar atau sekitar Rp112,77 triliun. Michael, demikian panggilan akrabnya, berhak menempati peringkat ke-151 dunia.

Selisih kekayaan para miliarder Indonesia lainnya terpaut jauh hingga US$4 miliar atau Rp51,85 triliun lebih dengan duo bersaudara Hartono tersebut. Dengan posisi ketiga ditempati oleh Sri Prakash Lohia  dengan nilai kekayaan US$4,7 miliar atau sekitar Rp60,92 triliun, sementara Chairul Tanjung di posisi keempat di Indonesia dengan US$4,3 miliar atau Rp55,74 triliun.

Untuk diketahui, dalam menaksir kekayaan seseorang, Forbes menggunakan metode penghitungan aset. Termasuk, aset berupa saham di perusahaan publik dan privat, rumah, kapal pribadi, koleksi barang seni hingga simpanan uang.

Berikut orang Indonesia yang masuk dalam daftar orang terkaya dunia 2015 versi Forbes yang dirilis Selasa, 3 Maret 2015:

10 Orang Terkaya di Indonesia Pada Tahun 2016

142. R Budi Hartono  (74 tahun), US$9 miliar, Djarum dan BCA

151. Michael Hartono (75 tahun), US$8,7 miliar, Djarum dan BCA

Lima Hobi Ini Hanya Bisa Dilakukan oleh Orang Kaya

341. Sri Prakash Lohia (62 tahun) US$4,7 miliar, Indorama

381. Chairul Tanjung (52 tahun), US$4,3 miliar, CT Corps

Orang-orang Kaya Sedunia Lagi 'Ketakutan' Saat Ini

714. Mochtar Riady (85 tahun), US$2,6 miliar, Lippo Group

810. Peter Sondakh (63 tahun), US$2,3 miliar, Rajawali Group

949. Bachtiar Karim (58 tahun), US$2 miliar, Musim Mas

1.006. Theodore Rachmat (71 tahun), US$1,9 miliar, Triputra Agro dan Kirana Megatara

1.054. Ciputra (83 tahun), US$1,8 miliar, Ciputra Group

1.054. Sukanto Tanoto (65 tahun), US$1,8 miliar, Raja Garuda Mas

1.105. Tahir (62 tahun), US$1,8 miliar, Mayapada Group

1.118 . Murdaya Poo (74 tahun), US$1,7 miliar, Central Cipta Murdaya

1.118. Martua Sitorus (55 tahun), US$1,7 miliar, Wilmar International

1.250. Purnomo Prawiro (68 tahun), US$1,5 miliar, Blue Bird

1.324. Hary Tanoesoedibjo (49 tahun), US$1,4 miliar, MNC Group

1.415. Achmad Hamami (84 tahun), US$1,3 miliar, Trakindo Utama

1.533. Edwin Soeryadjaya (66 tahun), US$1,2 miliar, Investama Sedaya

1.638. Husain Djojonegoro (65 tahun), US$1,1 miliar, ABC Group

1.638. Djoko Susanto (65 tahun), US$1,1 miliar, Alfamart

1.741. Low Tuck Kwong (66 tahun), US$1 miliar, Bayan Resources

1.741. Benny Subianto (72 tahun), US$1 miliar, Adaro Energy dan Triputra Agro

1.741. Harjo Sutanto (88 tahun), US$1 miliar,  Wings Group

Kelas Menengah Dorong Miliarder

Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono semakin diakui oleh dunia. Jika digabungkan maka kekayaan kedua bersaudara ini mengalami kenaikan sekitar US$3 miliar seiring meningkatnya harga saham bank miliknya, PT Bank Central Asia Tbk (berkode saham BBCA).

Menurut Forbes, total kekayaan kedua bersaudara pemilik Grup Djarum tersebut mencapai US$17,7 miliar. Padahal, pada Maret 2014, kekayaan keduanya baru mencapai US$14,9 miliar.

Selain itu, dari data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Budi dan Michael memiliki 11,62 miliar lembar saham di bank swasta terbesar di Tanah Air tersebut melalui Farindo Investment (Mauritius) Ltd. Jumlah saham tersebut setara dengan 47,15 persen.

Mereka juga merupakan pemilik perusahaan rokok Djarum. Dua bersaudara menerima warisan pabrik rokok dari ayahnya, Oei Wie Gwan, yang meninggal dunia. Saat itu, Robert yang berusia 22 tahun dan kakaknya Michael berhasil membuat perusahaan ini menjadi perusahaan raksasa, padahal awalnya pabriknya baru saja terbakar dan kondisi perusahaan tidak stabil.

Hartono bersaudara juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak tahun 2008. Duo bersaudara ini juga memiliki serta sejumlah properti kelas atas, di antaranya Grand Indonesia di pusat Jakarta.

Mereka pun ikut masuk ke pasar elektronik di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser.

"Saya pikir mereka juga tidak terlalu ngotot untuk tetap jadi top karena memang nggak ada untungnya juga. Beda dengan juara sport yang memang bertanding untuk menang. Akan tetapi, kalau miliarder hanya berusaha berbisnis secara baik," ujar Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja kepada VIVA.co.id, Rabu 4 Maret 2015.

Jahja pun menyampaikan bahwa pada dasarnya setiap miliarder pasti memiliki keinginan untuk membesarkan bisnisnya. Namun, semuanya itu bertujuan agar bagaimana bisa membantu menyerap tenaga kerja di Indonesia dengan bisnis yang berkembang positif.

Di sisi lain, Johanes Mardjuki selaku pengusaha mengatakan, iklim bisnis di Indonesia yang sedang berkembang disertai dengan peningkatan kelas menengah turut mendorong bertambahnya jumlah pengusaha lokal. Menurutnya, sistem demokrasi yang berjalan cukup kondusif telah memacu kalangan pengusaha untuk terus bergairah dalam menjalankan roda bisnisnya.

"Kestabilan politik membuat para pengusaha merasa aman dan nyaman untuk berbisnis di Indonesia," jelasnya saat dihubungi VIVA.co.id.

Sebagai buktinya, Johanes menyebutkan, sekitar 50-60 juta orang di Tanah Air yang pendapatannya masuk golongan kelas menengah. Dengan pendapatan rata-rata sebesar US$4 ribu per tahun dan ini menjadi landasan bagus untuk bisnis.

"Nah, kalau dengan kondisi rupiah yang sedang berfluktuatif saat ini justru menguntungkan pihak eksportir karena lebih murah dan jadi makin kompetitif," terangnya.

Sektor Bisnis yang Menguntungkan

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamndani, mengatakan bahwa para miliarder itu punya bisnis yang sangat menguntungkan, seperti bisnis media dan bisnis keuangan. Tak hanya itu, bisnis-bisnis mereka pun tumbuh karena juga didukung oleh peningkatan daya beli masyarakat.

"Ini tidak mengherankan," kata Hariyadi kepada VIVA.co.id melalui sambungan telepon.

Dia mengatakan, mereka mencermati betul bisnis yang digelutinya. Bahkan, menurutnya, kalangan miliarder Indonesia tersebut tak segan untuk terlibat langsung dalam kegiatan operasional maupun ekspansi perusahaan.

Tak hanya itu, katanya, mereka juga punya kepekaan terhadap peluang bisnis yang menjanjikan. Begitu pula dengan strategi bisnisnya.

"Sebagai pengusaha, mereka punya 'penciuman' terhadap usaha-usaha yang bagus dan prospektif. Mereka ada kemampuan itu," tuturnya.

Hariyadi mencontohkan, Chairul Tanjung (CT). Mantan menteri koordinator bidang perekonomian ini, dinilainya, memiliki strategi jitu dalam berbisnis. Langkah CT untuk membeli Carrefour, dianggap sangat tepat.

"Itu, kan, ritel, dan bisnis konsumsi. Sektornya bagus. Sebenarnya, kalau tidak tekun dalam bisnis, usahanya akan berantakan. Tapi, mereka profesional dalam menekuni bidangnya," ungkapnya.

Selain itu, lanjutnya, dengan cara itu, mereka bisa 'bertahan'. Terutama di saat perekonomian yang kurang baik, seperti pelemahan kurs rupiah.

Tentunya, miliarder pun telah menyiapkan putra mahkota dalam kerajaan bisnisnya. Hariyadi sendiri tidak memungkiri itu.

"Mereka pasti sudah menyiapkan penerusnya. Saya tidak tahu, ya, kalau HT (Hary Tanoesoedibjo). Tapi, kalau CT punya, seperti Chairal Tanjung," jelasnya.

Hal itu, tegasnya, lazim dilakukan oleh para miliarder, termasuk CT dan HT. Mereka sudah mempersiapkan penerusnya kalau-kalau pensiun dari kerajaan bisnisnya.

"Mereka pasti sudah menyiapkan anak-anakanya dengan baik. Diberikan pendidikan yang bagus, apalagi ini bisnis keluarga," tambahnya.

![vivamore="
Baca Juga
:"][/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya