Menyelamatkan Rupiah dengan Bebas Visa

Liburan di pantai.
Sumber :
  • www.eccireland.ie

VIVA.co.id - Nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat, terseok jauh dari prediksi Bank Indonesia. Loncatannya yang menembus di atas Rp13 ribu cukup mengejutkan karena melebihi nilai krisis global pada tahun 2008 yang hanya berkisar Rp12.650 per dollarnya.

Begitu perkasanya nilai uang milik negeri Paman Sam ini, memang patut diwaspadai. Bukan apa, pengalaman menunjukkan ketika krisis terjadi pada tahun 1998, hampir seluruh pelosok Indonesia pun bergejolak.

Maklum, sejumlah pengusaha kita memang masih mengandalkan barang impor. Sehingga ketika dollar melonjak, otomatis membuat biaya produksi ikut terdongkrak naik.

Jangan lupa, dampak ini baru dari sisi biaya, belum dengan kemungkinan ancaman gulung tikarnya pengusaha yang tak mampu membeli bahan bakunya lagi. Maka akan bisa kita bayangkan efeknya.

Pemerintah Indonesia telah merespons gelagat ini. Sejumlah paket kebijakan fiskal pun diluncurkan untuk berjaga-jaga agar tak muncul gejolak di tingkatan masyarakat.

Pada jumat 13 Maret 2015, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, mengatakan setidaknya sudah ada empat paket kebijakan yang saat ini sudah disepekati untuk menjadi jurus pemerintah dalam menekan laju pelemahan nilai tukar rupiah.

Pertama yakni pemberian insentif pajak kepada perusahaan yang melakukan ekspor dan perusahaan yang melakukan reinvestasi di dalam negeri, kedua, berupa perlindungan produk dalam negeri melalui Kebijakan Anti Dumping Sementara dan bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara.

Tujuh Hotel dengan Layanan Paling Mewah


Ketiga, yakni penerapan bebas visa kepada empat negara baru yakni China, Korea, Jepang dan Rusia. Dan terakhir keempat adalah, penggunaan biofuel dengan patokan target hingga 20 persen untuk menghemat devisa yang dipakai dari solar impor.

"Paket (penanganan lemahnya nilai tukar rupiah) ini adalah inisiatif untuk membuat ekonomi kita lari," ujar Djalil baru-baru ini.

Direncanakan, pada hari ini, Senin 16 Maret 2015. Sejumlah paket kebijakan itu kembali akan dimatangkan dalam rapat kabinet bersama seluruh menteri. "Hari Senin di-work out- dalam rapat kabinet untuk membereskan aturannya. Sehingga nanti bisa segera diefektifkan," kata Djalil.

Menjaring Turis Dari Bebas Visa

Lantas sejauh manakah efektifnya jurus ini diterapkan pemerintah. Sejauh ini publik masih berharap positif ada tindakan segera dan nyata dari pemerintah atas melorotnya nilai rupiah di mata uang negara lain.

Namun demikian, dari sejumlah jurus itu. Terdapat satu kebijakan yang cukup menarik ditelusur yakni rencana pembebasan visa kepada empat negara baru yakni yakni China, Korea, Jepang dan Rusia.

Keempat negara ini akan menambah daftar negara lain sebelumnya yang telah mendapatkan keistimewaan bebas visa yakni Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Hong Kong Special Administration Region (Hong Kong SAR), Makau Special Administration Region (Makau SAR), Chile, Maroko, Peru, Vietnam, Ekuador, Kamboja, Laos, dan Myanmar.

Mau Menginap di Hotel Mewah Terbaik Dunia, Ini Daftarnya


Harus diakui potensi kunjungan wisman di Indonesia, memang cukup menjanjikan. Data Badan Pusat Statistik, menunjukkan memang terjadi lonjakan kunjungan selama tiga tahun terakhir. Di 2012, tercatat ada sekira 8,3 juta orang yang berkunjung ke Indonesia.

Selanjutnya melonjak naik 9,42 persen di 2013 menjadi 8,8 juta, hingga selanjutnya merangkak naik lagi di tahun 2014 mencapai 9,44 juta orang.

Untuk tahun ini, pemerintah sebenarnya telah menargetkan kunjungan wisata akan menembus 10 juta hingga 12 juta orang. Sebab itu beragam upaya pun mulai digeber untuk mewujudkan rencana ini.

"Indonesia punya ragam tujuan wisata di banding negara lain. SebabĀ  itu kita ingin mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan. Strategi besar harus segera dirancang," kata Presiden Joko Widodo pada tengah Februari lalu.

Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Deddy Pranowo Eryono, mengatakan semenjak terjadinya depresiasi rupiah terhadap dollar. Secara tidak langsung ini membuka keran bagi para wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia.

Tingginya nilai tukar dollar, membuat biaya perjalanan dan akomodasi bagi para turis akan menjadi murah di Indonesia. "Biaya perjalanan, hotel, dan lain-lainnya dengan melemahnya kurs rupiah ini akan menguntungkan wisatawan asing," ujar Deddy.

Stabilitas Politik dan Infrastruktur

Soto-Sate Padang Dulu, Sebelum Balapan Tour de Singkarak

Meski begitu, kebijakan bebas visa ini tetap tak lepas dari kekhawatiran. Proyeksi peningkatan kunjungan wisata agar mampu membantu mengumpulkan dollar di Indonesia yang selanjutnya diharapkan dapat menekan lemahnya rupiah, harus disertai dengan perbaikan di dalam negeri.

Sebut saja, soal dinamika politik. Sebab merujuk pada catatan BPS pada November 2014, ketika dinamika politik Indonesia dalam kondisi labil. Para pelancong luar negeri terbukti langsung merespons kondisi ini dengan mengurangi kunjungan mereka ke Indonesia.

"Kunjungan wisman di November 2014 menurun 5,48 persen atau hanya sebanyak 764,5 ribu orang. Ini sebagai imbas dari dinamika politik yang sedang terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah pergantian pemerintahan," kata Kepala BPS Suryamin.

Selain itu, baru-baru ini Indonesia sudah disorot oleh sejumlah negara asing perihal kebijakan eksekusi matinya terhadap sejumlah warga negara asing. Tentu, efek kebijakan ini tak bisa diabaikan begitu saja.

Apalagi, beberapa waktu ini ketegangan politik sudah terjadi dengan Australia pasca kebijakan eksekusi tersebut. Maka bukan tidak mungkin, citra Indonesia akan ikut terganggu di mata negara lain atas kisruh ini. Belum, lagi soal kisruh di berbagai partai politik yang belum juga terselesaikan. Bahkan, seakan pemerintah seperti "membiarkan" konflik itu makin meruncing. Konflik Partai Golkar dan PPP menjadi contohnya.

Sebab itu, jangan sampai jurus bebas visa ini justru tak memberi manfaat untuk menguatkan kembali nilai rupiah di mata uang asing. Tanpa upaya menstabilkan kondisi politik di dalam negeri dan rendahnya perbaikan infrastruktur, bisa dipastikan jurus ini tak akan efektif menekan tekanan dolar kepada rupiah.

Baca juga:





Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya