Waspada Hujan dan Badai Jelang Kemarau

Anomali Cuaca
Sumber :
  • FOTO ANTARA/Fanny Octavianus
VIVA.co.id
'Ritual' Berburu Air di Desa Ini Menyedihkan
- Sejumah ruas jalan di wilayah Jakarta Selatan terendam genangan air setelah hujan deras melanda wilayah itu sejak Rabu siang, 25 Maret 2015. Genangan air tak hanya merendam jalanan dan menciptakan kemacetan arus lalu lintas, tapi juga menggenangi sejumlah permukiman penduduk.

Matahari Menuju Utara Katulistiwa, Bali Panas Menyengat

Kondisi ini tentu cukup membuat masyarakat bertanya, kenapa hujan penyebab banjir masih saja mengguyur Jakarta di tengah sudah berlalunya puncak musim hujan 2015.
Usai Salat Istisqa, Menteri Agama Ajak Warga Istighfar


Sebenarnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah mengeluarkan peringatan dini melalui situs resminya terkait potensi hujan deras yang bakal melanda wilayah bagian selatan Jabodetabek.

Bahkan, peringatan dini itu berupa potensi cuaca ekstrem yang selalu menghiasi layar situs resmi BMKG dalam beberapa dua pekan terakhir ini. Jauh hari sebelumnya, BMKG juga telah memprediksikan potensi bakal terjadinya cuaca ekstrem pada April 2015.


Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, Kukuh Ribudianto, menyebutkan, cuaca ekstrem yang melanda ditandai dengan hujan lebat berdurasi singkat yang disertai angin kencang atau puting beliung serta petir atau kilat.


Menurut BMKG, cuaca ekstrem yang melanda selatan Jakarta itu, karena saat ini adalah waktu di mana berlangsungnya masa transisi perubahan iklim dan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau.


"Masa transisi yang dimaksud adalah masa di mana terjadi perpindahan musim dari musim penghujan ke musim kamarau," kata Kukuh Ribudianto, pada Rabu 11 Februari 2015.


Cuaca ekstrem yang terjadi dapat dilihat dengan memperhatikan waktu terjadinya hujan. Sebab, cuaca ekstrem memiliki ciri khusus yakni hujan dan angin kencang serta petir biasa terjadi di waktu siang menjelang malam hari.


Pada masa transisi perubahan iklim dan cuaca ini, juga menciptakan pertumbuhan awan-awan Cumulonimbus (CB). Awan ini adalah awan berbahaya yang selalu menjadi musuh utama dan paling ditakuti pilot pesawat terbang.


"Nanti dari awan itu muncul petir kencang, awannya menyerupai bunga kol berwarna hitam pekat," papar Kukuh.


Kondisi ini tak hanya terjadi di Jakarta, tapi juga melanda sejumlah daerah lainnya di Indonesia.


Badai Tropis Nathan


Selain cuaca ekstrem, cuaca Indonesia kini juga terpengaruh dengan adanya pertumbuhan aktivitas badai tropis. Badai bernama Nathan itu, terdeteksi tumbuh dan beraktivitas sejak beberapa hari terakhir di sekitar wilayah selatan Banda.


Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta melalui BMKG menyebutkan, Badai Tropis Nathan secara perlahan tapi pasti semakin hari kian menjauhi wilayah Indonesia.


TCWC, dalam buletin siklon tropisnya menyebutkan bahwa pada Kamis 26 Maret 2015, Badai Tropis Nathan terpantau sudah berada di posisi koordinat 12,7 lintang selatan dan 128,8 bujur timur.


Aktivitas badai ini terus bergerak dengan arah gerak menuju ke barat Banda dengan kecepatan 4 knots atau 7 kilometer per jam dengan sifat bergerak menjauhi wilayah Indonesia.


Meski terus menjauhi wilayah Indonesia, Badai Tropis Nathan memberikan dampak cukup berbahaya di wilayah Indonesia.


Aktivitas badai ini memengaruhi kondisi cuaca di sebagian wilayah Indonesia dengan ditandai turunnya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, yang berpotensi melanda wilayah Maluku Tenggara dan Papua bagian selatan.


Nathan juga memicu meningkatnya ketinggian gelombang hingga mencapai dua sampai tiga meter di Laut Seram bagian timur, Perairan Kepulauan Kai dan Kepulauan. Aru, Perairan Agats Amamapare, Laut Banda bagian timur, Perairan Kepulauan Tanimbar, Perairan Yos Sudarso, serta Laut Arafuru bagian barat dan timur.


Badai tropis ini juga memicu meningkatnya ketinggian gelombang laut di Laut Arafuru bagian tengah dengan ketinggian gelombang mencapai tiga hingga empat meter. (art)

![vivamore="
Baca Juga
:"]





[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya