Alasan Maraknya Investasi Asing Saat Ekonomi RI Terseok

CEO ConocoPhillips Ryan Lance
Sumber :
  • Dokumentasi Sekretariat Kabinet

VIVA.co.id - Pemerintah baru-baru ini menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp500 per liter untuk jenis premium. Banyak pihak bersikap pro dan kontra terhadap kebijakan baru ini.

Sebagian kalangan menganggap pemerintah justru akan sulit mengendalikan inflasi jika harga BBM subsidi berfluktuatif. Sebab, mayoritas harga barang, terutama pangan, sangat bergantung dengan harga BBM.

Akibatnya, perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan ekonomi global.

Menurut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, harga minyak dunia yang relatif rendah saat ini, bukan satu-satunya penentu penetapan harga BBM, yang justru malah dinaikkan.

Dia menjelaskan, nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat, saat ini berpengaruh besar terhadap kenaikan harga yang ditetapkan pemerintah.

"BBM kita itu impor, jadi pengaruh kurs ada, bukan hanya pengaruh harga minyak dunia," tegas Bambang.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih bertahan di level Rp13 ribu per dolar AS. Berdasarkan pantauan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), meskipun Rabu 1 April 2015 rupiah menguat, tetapi masih di level Rp13.043 per dolar AS.

Namun, di tengah kondisi tersebut, investasi asing ternyata mulai berdatangan masuk ke Indonesia. Siapa sajakah mereka dan apa alasannya?

Bank Mandiri Jadi Penyalur Investasi Asing ke Daerah

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengatakan bahwa produsen mobil asal Jepang, Toyota, berkomitmen terus menambah investasi mereka di Tanah Air.

Menurutnya, Toyota siap menggelontorkan dana hingga Rp20 triliun berinvestasi di Indonesia pada 20015-2018.

"Toyota sudah komitmen menanamkan investasi Rp20 triliun. Mulai tahun ini sampai 2018," kata Sofyan.

Selain Toyota, raksasa otomotif asal Jepang lainnya, yaitu Suzuki juga berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia. Perusahaan itu akan menambah investasinya sekitar US$1 miliar dolar, atau Rp13 triliun (berdasarkan kurs Rp13.043 per dolar AS).

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Fanky Sibarani, mengungkapkan bahwa investasi tersebut akan direalisasikan selama dua tahun. "Sedang berjalan," ungkapnya di kantor Kementerian Bidang Perekonomian.

Ia mengaku belum mengetahui secara detail tentang rencana perluasan investasi yang akan dilakukan. Namun, permintaan lokasi untuk berinvestasi sudah diajukan. "Saya kurang detail alamatnya, Bekasi, atau Cikarang gitu," tambahnya.

Menurut Franky, selain perusahaan asal Jepang, dalam kunjungan kerjanya ke Tiongkok bersama Presiden Joko Widodo pekan lalu, banyak perusahaan yang mengantre untuk investasi di Indonesia.

BKPM Gandeng Bank Mandiri untuk Tampung Dana Investor

Jenis investasi

Jenis investasi yang diminati mulai dari pembangunan infrastruktur, pengembangan komponen dalam negeri hingga dibidang perdagangan. Pemerintah akan menarik potensi itu, sehingga peran investasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dapat lebih besar. "Investasinya beda-beda, lagi saya susun," ujarnya.

Komitmen lain, datang dari the Coca Cola Company. Perusahaan asal AS ini meresmikan dua lini produksi di pabrik Coca Cola Amatil Indonesia di Cikedokan, Bekasi, Jawa Barat.

Pengembangan pabrik raksasa minuman ringan dari Amerika Serikat itu berbiaya US$500 juta, atau sekitar Rp6,5 triliun (kurs BI Rp13.043).

"Kami melihat pasar Indonesia, menjanjikan dan salah satu motor pertumbuhan kami," kata Chairman and CEO The Coca Cola Company, Muhtar Kent, di Cikedokan Plant, Bekasi, Jawa Barat.

Kent mengatakan bahwa investasi ini akan menambah total nilai investasi Coca Cola selama 25 tahun terakhir yang mencapai US$1,2 miliar.

Kent mengaku senang berbisnis di Indonesia. Selama puluhan tahun, raksasa produsen minuman asal AS ini sudah berinvestasi di Tanah Air.

Kent mengatakan alasannya, situasi bisnis di Indonesia sangat dinamis. Hal itu merupakan tantangan tersendiri baginya. "Pasarnya juga potensial," ujar Kent.

Dengan alasan itu pula, perusahaan ini menggelontorkan investasi miliaran dolar AS selama ini. Ditegaskannya, investasi itu akan terus meningkat di masa depan. "Selama 25 tahun, kami telah berinvestasi US$1,2 miliar dan tambah lagi US$500 juta untuk 3-4 tahun mendatang," kata Kent.

Dalam tiga bulan terakhir, Coca Cola Amatil Indonesia telah meresmikan delapan lini produksi baru dan menempatkan 150 ribu lemari pendingin.

Tak hanya itu, perusahaan itu membangun tiga pusat distribusi raksasa untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lokal dengan total investasi lebih dari US$300 juta.

Seperti diketahui, The Coca-Cola System telah beroperasi di Indonesia selama 88 tahun. Saat ini, perusahaan itu memasarkan 16 merek, mengoperasikan 10 pabrik pembotolan di seluruh Indonesia, dan mempekerjakan langsung lebih dari 12 ribu pekerja lokal.

Perusahaan saat ini telah memiliki lebih dari 200 pusat distribusi dan melayani langsung 520 ribu outlet ritel besar dan kecil setiap pekannya.

Aliran Dana Asing ke RI Tembus Rp130 Triliun



Bukti kepercayaan investor

Menteri Sofyan menuturkan, komitmen perluasan investasi yang dilakukan Coca Cola sebesar US$500 juta selama empat tahun mendatang, merupakan bukti bahwa kepercayaan investor asing masih tinggi di Indonesia.

Dia mengatakan, kepercayaan investor asing akan tumbuh sejalan dengan membaiknya perekonomian Indonesia. Perbaikan ekonomi yang terus terjadi secara otomatis akan menarik investasi masuk.

"Itu berarti menunjukkan strong believe-nya kepada Indonesia," kata Sofyan.

Sofyan mengklaim bahwa pemerintahaan baru saat ini telah mengeluarkan serangkaian kebijakan guna menarik investasi masuk. Dengan upaya itu, investasi diharapkan dapat menopang perekonomian Indonesia tahun ini.

"Dalam enam bulan terakhir, pemerintah baru melakukan banyak hal, seperti subsidi BBM dikurangi. Lalu, kami juga ada pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) untuk investasi," tuturnya.

Terakhir, ConocoPhillips Corporation, perusahaan minyak dan gas asal Amerika Serikat, berkomitmen untuk investasi hingga US$2,5 miliar di sektor energi Indonesia.

Komitmen tersebut, disampaikan oleh Chairman dan CEO Global ConocoPhillips Company, Ryan Lance, saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo di kantor Kepresidenan, Jakarta, kemarin.

Tak sendiri, Lance juga didampingi oleh Presiden dan GM ConocoPhillips Indonesia, Erec S. Issaacson, serta Vice President Development and Realtions ConocoPhillips, Joang Laksanto.

Mendampingi Jokowi, Menteri Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, mengatakan ConocoPhillips mengapresiasi upaya reformasi yang dilakukan pemerintah di sektor energi.

"Mereka menyatakan ingin terus bersama Indonesia membangun sektor energi," kata Sudirman, dikutip dari laman sekretariat Kabinet, Rabu 1 April 2015.

Sementara itu, Lance, mengatakan bahwa ConocoPhillips sudah 40 tahun berinvestasi di sektor energi Indonesia. Menurutnya, dalam empat tahun terakhir, pihaknya telah berinvestasi hingga US$2,5 miliar.

"Kami juga berencana untuk menginvestasikan US$2,5 miliar lagi di Indonesia. Kami ingin melanjutkan investasi di negeri ini," jelasnya.

Franky mengklaim, kebijakan yang dibuat pemerintah telah menarik perusahaan asing seperti Coca Cola dan ConocoPhilips untuk berinvestasi di Tanah Air.

"Sebenarnya pemerintah kita sudah memberikan harapan untuk stabilitas politik dan usaha," katanya.

Mantan Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) ini mengatakan bahwa Indonesia punya kelebihan dari negara-negara lain.

Sebut saja keunggulan dalam kestabilan politik dan ketersediaan tenaga kerja. Misalnya, kondisi politik Indonesia dianggap lebih stabil daripada di Thailand. Vietnam pun juga terkendala oleh jumlah tenaga kerja.

"Indonesia masih sekian juta yang menganggur, setengah menganggur, dan belum menganggur dan ujung-ujungnya juga menganggur. Potensi tenaga kerja di Indonesia cukup besar. Tinggal bagaimana mengelola hubungan industrinya dan infrastrukturnya," ujar dia.

Sebagai informasi, pada tahun ini BKPM menargetkan investasi sebesar Rp519 triliun.

Angka ini naik 14 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Target investasi ini didorong oleh semua sektor industri, yaitu industri primer sebesar Rp97,6 triliun, industri hilir Rp211,19 triliun, dan industri jasa Rp147,1 triliun.

Sementara itu, target Rp519,5 triliun ini terdiri atas penanaman modal dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp175,8 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp343,7 triliun. (asp)



![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya