Misi Keluarkan Ribuan WNI dari Yaman

WNI yang tengah berada di Arab Saudi untuk dievakuasi ke Oman
Sumber :
  • Direktorat Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI
VIVA.co.id
Gejolak Yaman, Kelompok Houthi Tewaskan 1.000 Anak
- Penghujung Maret 2015, situasi negeri kaya minyak, Yaman makin runyam. Perseteruan politik antara Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi dan kelompok pemberontak pimpinan Hussein Badreddin al-Houthi membuat Yaman tegang. Konflik makin memanas saat Arab Saudi memutuskan menyerang Yaman melalui serangan udara, Rabu 25 Maret 2015.

Salat Idul Adha Dibom, Puluhan Tewas

Serangan udara Arab Saudi dilakukan dengan melibatkan 10 negara koalisi. Serangan itu dilakukan dengan dalih menghalangi pergerakan kelompok pemberontak Houthi.

Pemberontak itu terus merangsek melawan pasukan loyalis Presiden Yaman, Sang presiden itu akhirnya terdesak dan mengungsikan diri ke Arab Saudi, mencari perlindungan sekutunya.

Yaman kian tak aman. Situasi yang memanas di negeri Timur Tengah itu dengan cepat menjadi perhatian negara dunia khususnya bagi negara yang warganya berada di Yaman. Termasuk bagi Pemerintah Indonesia.

Yaman pun bukan negara yang 'asing' bagi warga Indonesia. Menurut data Kementerian Luar Negeri RI, setidaknya ada 4.159 warga Indonesia yang tinggal di Yaman. Secara rinci 2.686 sebagai mahasiswa dan 1.488 pekerja profesional di bidang minyak dan gas serta staf KBRI mencapai 45 orang.

Situasi tak aman di Yaman membuat Kemlu bertindak untuk mengevakuasi ribuan warga RI. Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhammad Iqbal, Kamis 26 Maret 2015 terus mendorong agar warga Indonesia segera pulang mendorong agar warga RI segera kembali ke Tanah Air.

Iqbal mengatakan banyak warga Indonesia yang tak berada di dekat lokasi konflik bersenjata. Menurut dia, WNI lebih banyak di Yaman bagian Selatan yang jauh dari lokasi serangan. Namun pemerintah tetap membujuk warganya untuk pulang demi keamanan. 

Catatan Kemlu menunjukkan awalnya WNI yang bersedia dipulangkan secara sukarela tergolong sedikit.

Data menunjukkan sampai akhir Maret 2015, dari ribuan warga, 148 WNI sudah dipulangkan ke Indonesia.

Melihat situasi yang kian memanas, Menteri Luar Negeri RI, Retno L.P Marsudi, mengatakan Pemerintah Indonesia siap untuk melakukan evakuasi besar-besaran terhadap WNI yang masih bermukim di Yaman.

Gelombang pertama sejak serangan Arab Saudi berhasil memulangkan 98 WNI.

Temui Raja Saudi, Jokowi Akan Tagih Perbaikan KBRI Yaman

Sejak Februari

Retno menjelaskan, aktivitas pemulangan WNI ini sebenarnya telah dilakukan sejak bulan Februari lalu.

"KBRI Sana'a telah melakukan pendekatan dan pengumuman kepada warga Indonesia yang bermukim di sana terkait rencana evakuasi. Pendaftaran juga telah dilakukan mulai bulan Februari dan pemulangan pertama sudah dilakukan sejak bulan Maret," papar mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda itu. Sayangnya masih banyak yang memilih bertahan di Yaman.

Pemerintah tak berhenti untuk mengimbau warganya pulang. Terkait cara pemulangan dan jalur yang ditempuh, Retno menambahkan, ada beberapa pilihan yang tersedia. Puluhan WNI itu, kata dia, dipindahkan dari Sana'a ke lokasi yang lebih aman di Alhudaidah.

"Dari sana, maka kami akan melakukan evakuasi tahap selanjutnya," imbuh Retno.

Jika dilihat dari jalur, maka pemulangan bisa dilakukan melalui Oman dan Arab Saudi, negeri terdekat dari Yaman. Apabila evakuasi dilakukan dari Oman, maka akan ditarik titik Salalah.

Guna melancarkan proses evakuasi tersebut, Kemlu menginstruksikan para diplomat di KBRI Muskat dan KJRI Jeddah turut terjun membantu. 

"Opsi lain yakni jika dipulangkan kota Jizan, Arab Saudi. Untuk hal ini, kami telah dibantu oleh pejabat di KJRI Jeddah," papar Retno, Senin 30 Maret 2015.

Opsi pemulangan melalui jalur udara, kata Retno digelar dengan melibatkan TNI Angkatan Udara. TNI akan mengerahkan satu pesawat Boeing 737.

Sehari berikutnya, Kemlu mengumumkan mengirimkan dua tim ke Yaman, yang akan berangkat menuju ke Salalah, Oman, dan Sana'a, Yaman.

"Tim yang akan dikirimkan terdiri dari Kementerian Luar Negeri, TNI Angkatan Udara, dan Polri. Total tim terdiri antara 7 hingga 13 orang. Maksimal 13 orang," ujar Iqbal pada Senin pekan terakhir Maret 2015. Unsur Badan Intelijen Negara (BIN) juga dilibatkan.

Tim yang dikirim ke daerah Salalah yang berbatasan dengan Yaman, berfungsi untuk menjaring warga Indonesia di bagian timur. Kemudian, satu tim lagi akan dikirimkan ke Sana'a melalui rute Arab Saudi.

Iqbal memaparkan tim pertama yang terdiri atas 15 orang dikirim ke Ibu Kota Sana'a, Yaman dan dipimpin oleh Susapto Anggoro Broto dari TNI.

Selanjutnya, tim kedua berjumlah 8 orang akan bertolak ke Mukalla. Tim kedua dipimpin oleh pejabat Kemlu, Yusran Ambari.

Tim kedua bertugas membantu proses evakuasi WNI dari kota al Mukalla dan Hadramaut, Yaman menuju ke Oman. Tim ini dilepas pada Rabu 1 April 2015.

Iqbal menegaskan personel tim yang dirimkan merupakan orang yang berpengalaman dan pernah terlibat dalam meneboros daerah pusat konflik seperti di tripoli, Tunisia, Kairo dan Damaskus. 

Skenario evakuasi

Skenario pemulangan WNI pun dirancang. Dari beberapa titik di Yaman, WNI akan diarahkan ke al Hudaydah menuju Jizan, Arab Saudi. Begitu tiba di Arab Saudi, WNI akan dipulangkan menggunakan pesawat komersial.

Sedangkan WNI yang berada di Aden, lokasi serangan, diupayakan dievakuasi dengan kapal laut. Pemerintah mengaku berkomunikas dengan negera lain, yaitu India dan Tiongkok yang memiliki basis militer di Aden.

Sedangkan sisanya yang berada di Mukalla akan dibantu oleh tim evakuasi di Salalah. Mereka kemudian akan diantar ke Oman dengan pesawat TNI AU.

Selain menggunakan moda pesawat, pemerintah juga menempuh opsi darat bagi WNI dari al Hudaydah ke Jizan.

Upaya pemerintah tak sia-sia. Kamis 2 April 2015, 262 warga Indonesia berhasil dievakuasi oleh KBRI Sana'a dari wilayah Yaman di tengah serangan udara Arab Saudi yang masih berlangsung. Evakuasi dilakukan melalui jalur darat dengan menggunakan enam bus. Setelah melalui perjalanan lima jam, rombongan sampai di Jizan, Arab Saudi.

"Ini merupakan evakuasi pertama yang berhasil usai dimulainya rangkaian serangan udara yang dilakukan oleh koalisi di bawah pimpinan Arab Saudi pada tanggal 25 Maret lalu," tulis Iqbal dalam pesan pendeknya.

Semula misi evakuasi itu akan membawa 309 WNI. Selain 262 WNI, disebutkan warga lain menyusul untuk dievakuasi. 

Misi evakuasi ini juga tak melupakan nasib warga negara lain. Kemlu mengungkapkan bersama 262 WNI yang dievakuasi, terdapat dua warga Thailand yang turut dalam rombongan. Disebutkan Kedutaan Thailand di Sana'a meminta tolong KBRI untuk menyertakan warganya.

Selain Thailand, misi evakuasi WNI oleh pemerintah juga dimanfaatkan oleh negara lain. Tercatat India, Sri Lanka, Singapura dan Filipina meminta tolong Indonesia untuk mengevakuasi warga mereka yang ada di Yaman.

Sementara evakuasi dengan jalur kapal juga membuahkan hasil.

Juru Bicara Menteri Luar negeri Arrmanatha Nasir, Kamis, 2 April 2015, mengatakan 98 warga negara Indonesia (WNI) di Aden, sebelah Selatan Yaman menggunakan kapal sewaan. Kapal tersebut turut membawa 10 warga negara Singapura dan Filipina.

Jalur laut

Upaya pemulangan WNI akan terus dilakukan dari Yaman. Selain dari jalur darat lalu disambung udara, Indonesia juga tengah mengusahakan pemulangan melalui jalur laut.

Sekitar 100 WNI semula akan dipulangkan dengan menggunakan kapal yang telah disewa oleh Pemerintah RI dari pelabuhan Aden. Tetapi, hal tersebut terpaksa ditunda karena situasi keamanan di kota itu belum mumpuni. Masih terdapat pertempuran di kota tersebut antara pasukan loyalis Presiden Yaman dengan kelompok pemberontak Houthi.

Sementara, kapal yang semula telah disewa RI dan diberi bendera Indonesia, terpaksa meninggalkan Aden setelah 24 jam menunggu di tengah laut. Kapal melepas sauh dan tidak bersandar di pelabuhan karena khawatir akan menjadi sasaran tembak dari peperangan itu.

Menlu Retno LP Marsudi, sudah melakukan pembicaraan dengan Menlu Malaysia, Anifah Aman mengenai kemungkinan kapal Negeri Jiran yang sudah berada di dekat Aden untuk ikut bantu mengantar WNI.

"Saya sudah berbicara dengan Menlu Malaysia. Menurut informasi, kapal mereka akan merapat jika kondisi keamanan sudah memungkinkan. WNI akan dipulangkan dengan warga Malaysia," kata Retno melalui pesan pendek kepada VIVA.co.id pada Sabtu, 4 April 2015.

Untuk bisa memulangkan WNI dari Yaman, Retno mengatakan membutuhkan koordinasi dari berbagai negara sekitar. Selain itu, kondisi di sana yang masih dinamis, membuat semua perencanaan dan skenario bisa saja berubah mengikuti situasi keamanan di Yaman

Gelombang kedatangan WNI di Tanah Air telah mendarat Minggu, 5 April 2015, sebanyak 110 warga Indonesia yang diungsikan dari Yaman tiba di Tanah Air. Menurut informasi yang diperoleh dari Kementerian Luar Negeri RI, 110 WNI akan tiba dalam tiga gelombang penerbangan yakni pukul 14.20 WIB dengan penerbangan Qatar Airways (QR) 956, pukul 14.40 WIB menggunakan Etihad (EY) 474 dan pukul 15.40 menggunakan penerbangan Emirates (EK) 356.

Semula terdapat 262 WNI yang telah dievakuasi ke Jizan. Menurut Iqbal, sisa 152 WNI akan diberangkatkan menuju ke Tanah Air, Minggu 5 April 2015.

Langsung diantar ke rumah

Menteri Luar Negeri, Retno L Marsudi, menyambut kedatangan 110 warga negara Indonesia yang dievakuasi dari Yaman di common lounge, Terminal 2, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Minggu, 5 April 2015.

Retno mengatakan, pemerintah akan menfasilitasi para WNI yang sudah tiba ke Tanah Air untuk dipulangkan ke daerah asal masing-masing. Proses pemulangan WNI di Yaman akan berlangsung hingga Selasa, 7 April 2015.

"WNI asal Jawa akan kita sediakan bus, dan yang dari luar Jawa akan kita siapkan pesawat. Pokoknya hingga sampai ke daerah masing-masing, besok 110 WNI lagi, diperkirakan Selasa 82 orang," kata Retno.

Sementara terkait WNI yang belum mau meninggalkan Yaman, mantan Duta Besar RI untuk Belanda ini menegaskan, pemerintah akan terus membujuk para WNI agar mau kembali ke Tanah Air. Sebab, suasana di Yaman sangat tidak kondusif.

Menlu menjelaskan, proses pengembalian WNI hari ini terbagi dalam 4 kloter. Kloter pertama sebanyak 14 WNI tiba dengan menggunakan Pesawat Etihad 474 sekitar pukul 14.40 WIB. Kloter kedua sebanyak empat WNI tiba dengan menggunakan Qatar Airways sekitar pukul 15.15 WIB.

Sedangkan kloter ketiga sebanyak 88 WNI tiba menggunakan Emirates sekitar pukul 15.40 WIB, dan kloter keempat sebanyak 4 WNI akan tiba menggunakan Etihad sekitar pukul 23.05 WIB.

Mengingat masih banyak warga yang berada di Yaman, Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, meminta kepada koalisi militer Arab Saudi dan kelompok pemberontak Houthi untuk menghentikan peperangan sementara waktu.

Jeda serangan bertujuan memberi kesempatan bagi warga sipil dievakuasi keluar dari Yaman.

"Kesempatan itu juga akan digunakan oleh Pemerintah RI untuk melakukan evakuasi secepatnya dari Yaman," ungkap Retno dalam keterangan tertulisnya, Minggu 5 April 2015.

Permintaan itu senada dengan seruan organisasi Palang Merah Internasional yang meminta agar ada gencatan senjata selama 24 jam. Waktu itu akan digunakan untuk membawa pasokan obat-obatan medis yang dibutuhkan.

Sementara, data yang disampaikan oleh Kepala Badan Kemanusiaan PBB, Valerie Amos menyebut selama dua pekan serangan udara Saudi ke Yaman, lebih dari 500 orang tewas dan sekitar 1.700 orang terluka.

Laporan: Muhammad Iqbal/Jakarta

![vivamore="
Baca Juga
:"]



[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya