Jalan Berliku Berantas Bisnis Esek-esek Online

Deudeuh Alfisahrin semasa hidup.
Sumber :

VIVA.co.id - Prostitusi bukan hal baru di Jakarta. Setiap penjaja cinta pasti tahu ke mana akan mencari kenikmatan sesaat itu. Bisnis protitusi atau esek-esek tak hanya berdiri di pinggir jalan, di dalam kafe atau kelab malam, kini terobosan baru ikut dimanfaatkan para pelaku prostitusi.

Internet dan media sosial lah yang dipilih mereka untuk 'menjual' diri kepada calon 'pembeli'. Cara ini dianggap praktis tanpa harus melalui germo (perantara). Selain tak kena ongkos potong germo, penjaja bisnis esek-esek online ini bisa memilih calon pelanggannya dengan mudah.

Di akun media sosial pekerja seks komersial (PSK) sengaja memasang foto kemolekan tubuhnya serta mendeskripsikan ciri-ciri mereka. Paling cantik dan murahlah yang dicari para lelaki hidung belang.

Bisnis esek-esek online ini terbongkar setelah kasus tewasnya Deudeuh Alfi Sahrin alias Mpih (26). Dalam akun Twitter pribadinya @tataa_chubby, Mpih secara gamblang menjelaskan maksud dan tujuan pembuatan Tiwtter itu kepada para pengikutnya. Dari data profile akun Twitter Mpih, dia bahkan secara gamblang menuliskan informasi yang  tidak biasa.

Akseyna, Deudeuh Dibunuh karena Harta dan Nafsu

Bahkan, mengarah  ke pengungkapan "informasi pribadi" melalui media sosial. "25 tahun, 168/65/xxx/putih. Open BO include room 350 sejam xxxxx. Include room/caps, serious only, no BBM, no WA, SMS only. No nego, real account," begitu isi profil Mpih.

Setelah ditelusuri, ternyata Mpih sering mendapatkan pelanggan dari bisnis itu. Berkenalan melalui Twitter kemudian bertukar nomor telepon lalu menentukan lokasi untuk melakukan hubungan orang dewasa. Belum usai, Mpih biasanya rajin memposting SMS testimoni dari pelanggan yang puas dengan pelayanannya.

Pembunuh Tata Chubby Divonis 16 Tahun Penjara

Bahkan pelaku pembunuhan Mpih, RS, membooking lewat akun twitter yang ditujukan langsung pada wanita berkulit putih itu.

Melihat kondisi ini, Polisi mengambil langkah. Mereka akan meningkatkan patroli cyber terutama dalam bisnis prostitusi. "Kita terus melakukan patroli cyber di mana penyidik terus memantau penyimpangan yang terjadi di media sosial atau lainnya," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Martinus Sitompul.

Berdasarkan kasus-kasus sebelumnya, untuk mengungkap prostitusi online tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun bukan berarti tidak bisa terungkap. Dalam kasus esek-esek online, Penyidik, kata mantan Kabid Humas Polda Jabar ini, pernah menangkap pelaku yang menjajakan diri melalui Facebook.

"Pelaku menawarkan sejumlah wanita yang diakuinya sebagai model dengan tarif Rp700 ribu hingga puluhan juta," kata dia.

Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, AKBP Albert Sianipar, menambahkan, tindakan yang dilakukan Deudeuh merupakan salah satu kejahatan dunia maya (cyber crime).

"Ini salah satu kejahatan dunia maya," ujar Albert usai jumpa pers mengungkap pelaku pembunuh Deudeuh di Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Rabu 15 April 2015.

Albert menjelaskan, kejahatan ini memerlukan keahlian khusus dan peralatan yang berimbang karena kejahatan ini jangkauannya luas dan semua orang bisa mengakses ke dalam.

Pembunuhan Tata Chubby, Bukti Keterlibatan Priyo Kuat

Selain itu, Albert mengatakan butuh kerja sama dari berbagai pihak terkait untuk mengungkap kejahatan dunia maya ini.

"Untuk melacak keberadaan (kejahatan dunia maya), pencegahan, bukan hanya dari pihak kepolisian. Selain kerja sama instansi tertentu, dibutuhkan kerja sama masyarakat dan media untuk sosialisasikan," katanya.

Bisnis esek-esek yang dilakukan Deudeuh melalui media sosial bukan yang pertama kali. Banyak pelaku prostitusi menjadikan media sosial sebagai sarana.

"Makanya sudah saya sampaikan karena ini sifatnya pribadi, bisa disamarkan. Jika mau ditelusuri satu per satu kan pasti tidak akan semudah yang dikatakan," ucapnya.

Lebih lanjut, Albert mengatakan kejadian ini menjadi pembelajaran untuk masyarakat dan instansi terkait agar lebih mengawasi bisnis prostitusi melalui media sosial.

"Kerja sama yang dilakukan adalah agar memblokir akun-akun seperti itu (menjajakan diri) dan jangan sampai setelah kejadian ini kita baru bertindak," ujar Albert.

Selama ini, penggunaan media sosial untuk tindak kejahatan bukan semata-mata ke hal prostitusi yang mengakibatkan pembunuhan. Banyak kasus bermula dari perkenalan di dunia maya, kemudian terjadi kejahatan penipuan atau tindakan pencabulan.

"Ini langkah awal (pemblokiran akun prostitusi) untuk langkah-langkah selanjutnya. Tindakan ini tidak bisa serta merta. Ini cukup sensitif," katanya.



Kominfo kewalahan

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Ismail Cawidu, mengungkapkan kementeriannya masih kesulitan membendung bisnis prostitusi di dunia maya.

"Kebanyakan saat ini, mereka (situs atau akun jual diri) sering menggunakan kata-kata yang berlindung kalimat positif. Itu yang dirasa sulit untuk dilakukan
pengawasan. Sehingga sulit ini situs baik atau negatif," kata Ismail saat dihubungi VIVA.co.id.

Ismail melanjutkan, saat ini sudah jelas dalam Undang-Undang Pornografi, Kominfo hak untuk melakukan pemblokiran. Namun, kata dia, aturan untuk pemblokiran mengenai standarisasi konten negatif, khususnya pornografi, masih belum jelas.

Sehingga, diperlukan sebuah standarisasi yang kuat terlebih dahulu, sebelum dilakukan tindakan pemblokiran.

"Saat ini untuk standarisasi konten negatif belum jelas. Masa orang yang sedang menyusui, kemudian kelihatan payudaranya, itu dikategorikan konten negatif," ucapnya.

Disampaikannya, Forum Penanggulangan Situs Internet Bermuatan Negatif (PSIBN), khususnya panel kesatu tentang pornografi, kekerasan terhadap anak, dan keamanan internet, sedang membahas kriteria mengenai konten negatif.

"Nanti kriteria itu akan menjadi rujukan dalam kebijakan pemerintah dalam memblokir situs," tuturnya.

Diketahui, Forum PSIBN terdapat empat panel penilai. Panel-panel yang terkait dengan muatan negatif yaitu Pertama, Panel pornografi, kekerasan terhadap anak, dan keamanan internet. Kedua, Panel terorisme, SARA, dan kebencian.

Ketiga, Panel investasi ilegal, penipuan, perjudian, obat dan makanan, dan narkoba. Keempat adalah Panel yang khusus memberikan dukungan terhadap masyarakat, industri, dan ekonomi kreatif yaitu Panel perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI).


Prostitusi merajalela

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, angkat bicara mengenai banyaknya bisnis prostitusi di wilayahnya. Dia mengaku sulit memberantas praktik esek-esek itu.

Pelacuran di Ibu Kota, kata Ahok, sapaan akrab Basuki, terjadi mulai level yang paling rendah, yakni indekos hingga apartemen dan hotel mewah.

"Sekarang kalau soal pemberantasan PSK susah. Memang di hotel-hotel besar nggak ada PSK? Di rumah indekos, di kantor nggak kejadian? Susah lah. Di apartemen, di hotel banyak terjadi," ujar Ahok.

Ahok mengatakan, aparat wilayah yang terdiri dari Ketua RT dan Ketua RW sebenarnya merupakan garda terdepan dari Pemprov DKI untuk mencegah hal-hal seperti itu terjadi. Hanya saja, para aparat wilayah juga tidak akan semudah itu melakukan tindakan pencegahan terhadap praktik prostitusi.

"Susah kalau kita cuma menduga-duga ada perbuatan asusila. Itu mesti tangkap tangan kan. Masa kita pasangin kamera CCTV di masing-masing kamar indekos?" kata Ahok.

Ia meminta warga bertindak proaktif dengan melakukan pelaporan kepada Ketua RT dan RWnya masing-masing saat menemukan kasus-kasus seperti itu. Bila ada Ketua RT atau RW yang tidak melakukan tindak lanjut, Ahok mengatakan, maka ketua RT dan RW itu terancam dipecat dari jabatannya.

"Ada Pergubnya. (Pergub Nomor 168 tahun 2014). Ketua RT, RW nggak benar, ya kita copot," jelasnya.

Mantan Bupati Belitung itu meminta aparat berwenang, dalam hal ini kepolisian, untuk tetap melaksanakan tugasnya menegakkan hukum dengan cara menindak dan menangkapi

para pelaku perzinahan. Berbeda dengan aparat milik Pemprov DKI, kata dia, aparat kepolisian memiliki wewenang untuk menindak para pelaku perzinahan dengan KUHP. "Suruh polisi saja yang bisa tangkap," tambahnya.


Pembunuhan Deudeuh

Kasus tewasnya Deudeuh membuka tabir kian menjamurnya bisnis esek-esek online. Janda beranak satu itu ditemukan tewas di kamar kos di kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada 11 April 2015 lalu.

Korban diketahui ditikam oleh pelanggannya sendiri yang berinisial RS. Pelaku yang merupakan guru privat ini kabur usai membunuh wanita cantik tersebut. Tak hanya meghardik, RS juga merampas barang berharga korban.

RS kemudian kabur ke kawasan Bogor, Jawa Barat. Belum tepat seminggu, RS harus mempertanggungjawabkan perbuatanya. Dia tak berkutik. Pasrah saat penyidik dari Subdit Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya meringkusnya.

Menurut keterangan polisi, motif pembunuhan Deudeuh karena sakit hati. RS tak terima dihina bau badan.

"Usai bercinta, korban mengatakan jika pelaku bau badan. Korban terganggu dengan bau tersebut. Awalnya korban menahan, tetapi korban terus mengucapkan hal tersebut," ujar Kasubdit Kejahatan dan Kekerasan Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan.

Herry menjelaskan, setelah korban mengucapkan bau badan itu, RS langsung tersinggung dan spontan membunuh korban.

"RS membunuh korban masih dalam keadaan telanjang. Korban dijerat lehernya menggunakan kabel pengering rambut, lalu mulutnya disumpal kaus kaki," kata Herry.

Saat ini penyidik masih memeriksa RS untuk dilakukan pengembangan.

![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya