Menguji Integritas Siswa di Ujian Nasional SMP

Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhammad Solihin
VIVA.co.id -
UN Lancar, Mendikbud Berterima Kasih pada Hacker
Hari pertama Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat selesai dilaksanakan pada Senin, 4 Mei 2015. Namun, para siswa belum sepenuhnya "lega", karena mereka masih harus berjuang menghadapi ujian akhir tersebut.

Pernyataan Mengejutkan Aurel saat Dihujat Ikut Ujian Paket C

Pelaksanaan UN tingkat SMP berlangsung hingga Kamis, 7 Mei 2015. Artinya, masih ada tiga hari lagi bagi mereka untuk menjalani ujian.
Pelajaran yang Sulitkan Stuart Collin saat Ujian Paket C


Sebanyak 50.515 SMP dan 3,7 juta siswa mengikuti ujian pada tahun ini. Ada dua sistem yang digunakan yaitu Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) atau Computer Base Test (CBT) dan Ujian Nasional berbasis kertas.

Perbedaan utama dengan tahun-tahun sebelumnya adalah ujian tahun ini tidak berfungsi sebagai dasar kelulusan. Sikap, perilaku, dan nilai rapor selama bersekolah menjadi alat menentukan kelulusan mereka.

Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah, Anies Baswedan, mengatakan, sebanyak 42 SMP melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer. UNBK digelar di 15 provinsi dan dua sekolah Indonesia di luar negeri.
 
"Total ada 42 sekolah yang telah siap melaksanakan UNBK dan melibatkan 9.252 siswa," kata Anies.

Materi yang akan diujikan antara lain Bahasa Indonesia (Senin, 4 Mei), Matematika (5 Mei), Bahasa Inggris (6 Mei), dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada 7 Mei 2015.

Dari segi persiapan, Anies tidak melihat adanya kendala. Semua tuntas. Bersama dengan penyelenggara UN SMP di daerah-daerah, dia sudah mengecek secara langsung baik logistik, pendistribusian maupun hal-hal lain.

Mantan Rektor Universitas Paramadina itu hanya mengimbau para kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) untuk mengutamakan dua hal, yaitu kedisiplinan dan komunikasi.

"Dalam menerapkan pola kedisiplinan pada pelaksanaan UN, saya mengimbau dan mengajak agar para pelaksana UN dapat mengikuti norma serta standar yang telah ditetapkan dan selalu aktif berkomunikasi dengan Kemendikbud," ujar Anies.




Soal Bocor
Kecurangan menjadi masalah yang hampir setiap tahun muncul dalam pelaksanaan Ujian Nasional tak terkecuali di tingkat SMP. Salah satu kasus muncul misalnya dugaan kebocoran soal di Sumatera Utara.


Saat melakukan pengawasan, petugas menemukan kertas yang diduga berisi kunci jawaban yang dibawa siswa saat UN berlangsung. Temuan ini terungkap saat tim Ombudsman Perwakilan Sumatera Utara meninjau pelaksanaan UN di salah satu SMP Negeri di Medan.


"Tadi pas tim meninjau, kami melihat ada siswa yang curang, dan langsung kami minta pengawas untuk menyita kertas yang diduga berisi kunci jawaban," kata Kepala Perwakilan Ombudsman Sumut, Abyadi Siregar, di kantornya, Jalan Majapahit, Nomor 2, Medan, Senin, 4 Mei 2015.


Menurut Abyadi, kertas yang disita dari peserta UN diduga merupakan kunci jawaban untuk soal ujian mulai dari nomor 1 hingga 50.


Selain memantau Ujian Nasional, Ombudsman Perwakilan Sumut juga melakukan pemantauan ke SMPN 18 Medan. Sebanyak 46.547 siswa SMP sederajat di Medan, mengikuti UN yang akan berlangsung hingga Rabu, 6 Mei 2015.


Persoalan kedua adalah kecurangan siswa saat melaksanakan ujian. Beberapa siswa tidak jarang nekat melanggar aturan seperti mencontek.


Kasus ini bisa dilihat di salah satu SMP swasta di kawasan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Salah satu peserta UN di SMP itu, LS, mengakui tidak mendapat bocoran kunci jawaban ataupun soal seperti pada saat UN SMA beberapa waktu lalu.


Namun, menurut dia, pengawasan saat ujian sangat longgar, karena kerja dua orang pengawas per ruangan yang diisi 20 siswa cukup santai. "Masih bisa contek-contekan
kok,
asal jangan berisik saja," ujarnya.


Meskipun demikian, staf kesiswaan SMP swasta itu, Dwi Cahyanto, mengaku sekolahnya tak menemukan adanya bocoran soal ataupun kunci jawaban.


"Kalaupun ada kami
nggak
berani lah, kami sekolah Islam," ujarnya.


Dwi mencatat, dari 89 siswa yang mengikuti ujian nasional hari pertama, satu orang absen karena sakit. Untuk itu, siswa tersebut harus mengikuti ujian susulan pada Senin, 11 Mei.


Kritik DPR
Anggota Komisi IX DPR, Reni Marlinawati, melontarkan kritik terhadap pemerintah. Kritik itu disampaikan untuk merespons pelaksanaan UN tingkat SMA sebelumnya yang terdapat kebocoran.


Menurut Reni, pelaksanaan UN 2015 tersebut tidak jauh lebih baik dibanding UN sebelumnya, karena persoalan-persoalan lama kembali muncul dalam perhelatan UN tahun ini.


"Ini bukti Kementerian Dikdasmen dan jajarannya tidak belajar dari masa lalu dan tidak mengantisipasi atas persoalan yang akan muncul," kata Reni di gedung DPR, Jakarta, Jumat 17 April 2015.


Politisi Partai Persatuan Pembangunan itu juga melihat pelaksanaan teknis dalam UN Online belum berjalan maksimal. Persoalan yang muncul di lapangan seperti persoalan jaringan, server serta listrik masih dominan terjadi. Padahal, persoalan teknis tersebut, bisa diantisipasi jauh-jauh hari.


"Saya melihat Kementerian Dikdasmen dan jajarannya tidak maksimal menyiapkan UN Online ini," ujarnya.


Reni meminta Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) untuk melakukan audit total terhadap pelaksanaan UN tingkat SMA. Tujuannya agar kejadian serupa tidak kembali terulang dalam pelaksanaan UN di tingkat SMP maupun SD.


"Pemerintah juga harus serius menaggapi masalah ini," kata anggota DPR asal Daerah Pemilihan Jawa Barat itu.


Mengenai langkah kepolisian yang berhasil mengungkap kebocoran soal UN, Reni mengapresiasinya. "Saya mendukung langkah Mabes Polri dalam melakukan penyelidikan atas bocornya soal UN. Aparat penegak hukum harus mengusut tuntas seluruh aktor atas peristiwa ini," kata Reni.




Upaya Pemerintah
Terhadap pelanggaran dan kecurangan tersebut, pemerintah melalui Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah, Anies Baswedan, memang tidak tinggal diam. Anies terlihat melakukan inspeksi mendadak (sidak) Ujian Nasional tingkat SMP dan sederajat di Solo, Jawa Tengah, Senin, 4 Mei 2015.


Anies memantau langsung tempat penyimpanan soal UN SMP di Solo yang ditempatkan di SMP Negeri 10, Solo. Dia menyaksikan pembukaan segel oleh salah satu perwakilan guru SMPN Solo, dan memastikan soal yang ada di dalamnya dalam kondisi baik.


Usai sidak, Anies optimistis pelaksanaan UN tingkat SMP dan sederajat tahun ini akan berjalan dengan baik. Meskipun sempat terjadi insiden kebocoran soal pada pelaksanaan UN tingkat SMA di Yogyakarta beberapa waktu lalu, Anies menekankan kepada seluruh siswa pentingnya menjaga integritas.


"Kejujuran dalam mengerjakan soal ujian nasional itu sangat penting. Jika ada yang mengkhianati kejujuran, mereka bukan hanya pembocor UN, tetapi juga mengkhianati ratusan guru," kata Anies.


Selain itu, menurut Anies, masalah yang terjadi dalam pelaksanaan UN sebenarnya bukan karena banyaknya orang jahat, tapi banyak orang baik yang diam. Anies meminta kepada semua pihak yang melihat ada ketidakjujuran dalam pelaksanaan UN agar segera melapor.


"Sehingga bisa diproses secara hukum," ujar dia.


Anies juga menyempatkan diri meninjau pelaksanaan UN tingkat SMP di Yogyakarta bersamaan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo. Usai peninjauan tersebut, Anies memastikan tak ada kebocoran.


"Hari ini pelaksanaan UN di hampir semua daerah berjalan dengan lancar. Belum ada laporan kendala-kendala yang serius tentang pelaksanaan UN," kata Anies di Bantul, DIY.


Anies juga mengatakan jika UN di tingkat SMA diwarnai kebocoran soal dari internet, untuk pelaksanaan UN tingkat SMP tidak ditemukan adanya kebocoran soal.


"Setiap daerah meningkatkan keamanan soal, sehingga tidak terjadi kebocoran," ucapnya.


Anies berharap UN tingkat SMP ini tetap berjalan dengan lancar dan siswa yang mengikuti UN tetap mengutamakan kejujuran. "Kejujuran dalam mengerjakan UN sangat penting," ungkapnya.


Sebelumnya, Anies sudah menjelaskan bahwa UN tahun ini berbeda dengan ujian serupa tahun-tahun sebelumnya. Menurut dia, soal yang telah diujikan masih berstatus dokumen sangat rahasia.


"Naskah UN harus disimpan dalam gudang penyimpanan yang disegel. Mulai tahun ini naskah UN akan dimusnahkan," ujar dia saat menggelar konferensi pers di Gedung E, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat, 17 April 2015.


Lembar soal bekas UN yang sudah tak terpakai biasanya bisa didistribusikan untuk dipelajari siswa yang akan mengikuti UN tahun berikutnya. Namun, tahun ini, seluruh lembar soal akan dimusnahkan.


Langkah ini dilakukan sebagai respons atas bocornya paket soal UN untuk SMA di Provinsi Yogyakarta dan Aceh. Selain itu, karena UN 2015 menjunjung tinggi integritas. Setiap sekolah akan dinilai indeks kejujurannya.


Anies mengajak seluruh masyarakat untuk segera melapor ke polisi jika menemukan ada upaya membocorkan soal-soal UN. Dia mengatakan, instansinya telah berkordinasi dengan polisi untuk segera memproses laporan-laporan tersebut.


"Ini bukan delik aduan, tapi adalah tindak pidana murni. Jangan takut lapor ke polisi," ungkapnya.


Tak Kesulitan
Sementara itu, pelaksanaan hari pertama Ujian Nasional tingkat menengah pertama di SMP Negeri 1 Jakarta, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, mulus dilalui sebagian siswa. Salah seorang siswa, Rahmat Karib, mengaku tak kesulitan mengerjakan soal Bahasa Indonesia yang diujikan hari ini.


"Kesan pertamanya saja membuat deg-degan. Setelah berjalan, jadi biasa saja. Soalnya ada 50. Kesulitannya, hanya sedikit bingung, karena banyak jawaban yang mirip," ungkap Rahmat, di Gedung Sekolah SMP Negeri 1 Jakarta, Senin 4 Mei 2015.


Rahmat mengaku soal yang dikerjakannya pada Ujian Nasional hari pertama ini, tak jauh berbeda dengan apa yang ia kerjakan sebelumnya dalam
try out
yang dilakukan beberapa waktu jelang UN. Apalagi, kata Rahmat, pengawas tidak bersikap berlebihan saat bertugas mengawasi UN.


"Soal
try out
lebih sulit dari soal ujian hari ini. Pengawasnya juga biasa saja enggak ketat
ngawasinnya
," kata Rahmat.


Berbeda dengan Rahmat, Laras yang juga bersekolah di SMP Negeri 1 Jakarta itu mengaku pengawas pada Ujian Nasional hari pertama dinilai sangat ketat. Selebihnya, Laras berargumen sama dengan yang Rahmat sampaikan.


"Kalau untuk soal itu mudah dibandingkan dengan soal
try out
. Hanya saja pengawasnya yang cukup ketat mengawasi pada Ujian Nasional hari pertama ini," ujar Laras.


Untuk di Jakarta, 149.172 siswa yang tersebar di 1.431 sekolah akan mengikuti Ujian Nasional tingkap SMP/sederajat. (art)


Salahuddin/tvOne Solo

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya