Seberapa Sukses Pertalite Merebut Pasar?

SPBU
Sumber :
VIVA.co.id
Pertamina Pelajari Rencana PLN Caplok PGE
- PT
Dapat Arahan Menteri BUMN, PLN Bakal Caplok PGE
Pertamina resmi meluncurkan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite pada hari ini, Jumat 24 Juli 2015. Pertalite akan diluncurkan di 103 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, termasuk wilayah-wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Sebagai uji pasar, Pertamina akan menyediakan delapan ribu liter untuk satu SPBU. Pertamina menargetkan menjual 500 ribu liter Pertalite per hari.

Pertamina Jamin Stok Premium Tetap Tersedia di Medan
Kehadiran Pertalite memberikan varian baru BBM kepada masyarakat. Pertalite pun digadang-gadang akan menjadi pengganti Premium.

Pertalite memiliki kualitas bahan bakar lebih baik dari Premium. Pertalite memiliki kadar Research Oktan Number (RON) 90, di atas Premium, yang hanya RON 88.

Harga Pertalite juga nantinya akan dibanderol dengan harga miring, hanya sedikit lebih tinggi dari harga Premium. Harganya diperkirakan di atas Rp7.400 dan di bawah Rp8.600 per liter.

Kehadiran Pertalite tentu saja akan memberikan pilihan lebih banyak bagi masyarakat untuk memilih kualitas bahan bakar yang lebih baik bagi kendaraannya.

Pertamina mengharapkan kehadiran Pertalite mampu menarik perhatian masyarakat untuk beralih dari Premium. Pertalite pun diharapkan mengurangi konsumsi Premium.

Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang, mengatakan, pihaknya mengharapkan 10-20 persen konsumsi Premium akan berkurang, karena kehadiran Pertalite. Impor Premium juga akan berkurang 10 persen.

Indonesia saat ini masih mengimpor premium karena kapasitas fasilitas kilang di Indonesia hanya mampu memenuhi 40 persen kebutuhan BBM, khususnya Premium. Sementara itu, 60 persen minyak lainnya dipasok dari luar negeri.

Bahan baku Pertalite terdiri atas produk kilang yang tidak bermanfaat, yaitu nafta dengan kadar RON 70 kemudian dicampur dengan High Octane Mogas Component (HOMC) RON 92 yang masih diimpor.

"Dengan ada Pertalite, impor berkurang karena Pertalite berasal dari nafta yang dicampur dengan HOMC," kata Ahmad.

Pertalite vs Premium

Sebelum diluncurkan, sebuah tes sudah dilakukan untuk melakukan uji perbandingan konsumsi BBM antara Pertalite versus Premium. Pengujian dilakukan Pertamina di Laboratorium Motor Bakar dan Sistem Propulsi Institut Teknologi Bandung (ITB). Pengujian ini menggunakan mobil Toyota Avanza.

Hasilnya, seperti yang dilansir situs resmi Toyota, selain penggunaan Pertalite pada mobil dapat menambah akselerasi kendaraan, juga membuat lebih irit. Dari data yang ada, konsumsi yang tercatat saat mobil menggunakan Premium, yakni 13,64 kilometer (km) per liter.

Sementara itu, konsumsi yang tercatat pada mobil uji coba saat menggunakan Pertalite adalah 14,78 km per liter. Dengan kata lain, penggunaan bahan bakar Pertalite akan membuat lebih irit 1,14 km per liter.

Menurut Tri Yuswidjajanto Zaenuri, staf ahli Laboratorium Motor Bakar dan Sistem Propulsi ITB, lebih iritnya Pertalite itu tentu sangat beralasan, mengingat Pertalite memiliki RON yang lebih tinggi.

"Pengguna Premium beralih menggunakan Pertalite, pasti akan lebih irit. Namun, apabila sebelumnya menggunakan Pertamax RON 92 lebih sering, pasti akan lebih boros," kata Zaenuri.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, pun mengatakan, kehadiran Pertalite akan menggantikan Premium dengan produk yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, menyatakan, peluncuran Pertalite diharapkan memperbaiki kualitas bahan bakar yang dikonsumsi masyarakat, sehingga mampu mengadopsi Vehicle Emission Standard (Euro 2).

"Pertalite bentuk diversifikasi produk Pertamina. Ron 90 ini untuk perbaiki kualitas. Pertamina memperkenalkan jenis lain untuk para konsumen," kata Sofyan.

Sofyan menuturkan, kondisi kilang minyak (refinery) milik Pertamina saat ini masih belum memenuhi syarat untuk standard euro 2. Kilang milik perusahaan pelat merah tersebut dinilai sudah terlalu tua.

"Kilang kita umurnya 30 sampai 40 tahun. Ini yang menyebabkan kita masih belum mengeluarkan standar euro 2. Kita belum siap," ujarnya.

Oleh karena itu, dia berharap, dengan adanya Pertalite, upaya ini dapat mendorong masyarakat untuk membeli bahan bakar dengan jenis RON yang lebih tinggi dibandingkan Premium.

Sekaligus disinyalir mampu membantu pemerintah untuk menghapuskan posisi bahan bakar jenis Premium yang hingga saat ini berada di bawah standar euro 2.

"Kita masih tolerir Premium 88, karena kilang kita belum siap. Pertalite akan perbaiki itu, sehingga masyarakat menyadari oktan yang lebih tinggi itu baik untuk mesin," tutur dia.

Kunci Sukses Pasar

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, mengatakan, sosialisasi ke masyarakat menjadi kunci suksesnya produk ini nantinya di pasaran. Menjadi hal yang penting, menurut dia, untuk meyakinkan masyarakat, agar Pertalite dapat diterima publik.

"Ya, (peluncuran) lama memang, ini kan untuk masyarakat banyak. Nanti, kalau membuat rugi kan susah, jadi kami harus meyakinkan semua orang," tuturnya.

Anggota Komisi VII DPR, Kurtubi, menjelaskan bahwa ada beberapa poin penting yang dapat memengaruhi minat masyarakat berganti jenis BBM-nya ke Pertalite.

Pertama, kata dia, terkait dengan harga yang akan ditetapkan oleh Pertamina nantinya untuk BBM baru tersebut.

Kemudian yang kedua, kualitas dari Pertalite yang lebih bagus. Ketiga adalah Pertalite diproduksi untuk cocok dengan segala jenis kendaraan.

"Paling tidak memang sudah seharusnya BBM yang kita gunakan harus lebih bagus. Jangan selama puluhan tahun kualitasnya tidak ada perubahan," ucap Kurtubi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya