Berebut Koin 'Berkah' di Maulid Nabi

masyarakat Dusun Sukorejo, Desa Kedondong, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun
Sumber :
  • VIVA.co.id/Adib Ahsani (Madiun)
VIVA.co.id
Menikmati Wisata Durian di Desa Suluk, Madiun
- Luapan kegembiraan masyarakat Indonesia khususnya umat Muslim, diungkapkan saat menyambut Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW. 

Suasana Islami di Malam Pergantian Tahun di Surabaya
Tradisi turun termurun yang dilakukan warga Madiun saat perayaan ini adalah dengan cara menebar koin. Baik yang berebut mendapatkan, maupun yang menebar koin, percaya mendapat keberkahan. Tradisi ini masih terjaga sejak zaman Keraton Surakarta pada masa Pakubuwono.

Sensasi Rayakan Maulid dan Natal di Hutan Kalimantan
Diawali dengan memainkan musik Gembrung, masyarakat Dusun Sukorejo Desa Kedondong, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, mulai berduyun-duyun mendatangi rumah peniggalan Ngali Munthoha. 

Ngali Munthoha disebut sebagai utusan keraton Surakarta, pada masa Pakubuwono, untuk menyebarkan agama Islam di daerah ini. 

”Beliau adalah kakek buyut kami yang babat desa ini,” ujar Sudarmoko yang mengaku keturunan keempat Ngali Munthoha, Kamis, 24 Desember 2015.

Untuk menarik simpati kepada warga, Ngali Munthoha menyantuni sejumlah warga, termasuk dengan uang koin. Tradisi inilah yang dipertahankan masyarakat, khususnya keturunan Ngali Munthoha, saat hari Maulud Nabi Muhammad SAW tiba.

Musik Gembrung yang berisikan lantunan Sholawat Nabi itu pertanda akan segera dimulai tradisi. Gembrung itu dimainkan oleh beberapa orang yang kebanyakan sudah tua. 

Di dalam Sholawat Nabi itu, menurut Sudarmoko, ada beberpa bait yang bernama srokal. Jika bait srokal itu sudah dilantunkan, maka tradisi menyebar koin, sudah tiba waktunya.

Diawali oleh keturunan Ngali Munthoha, uang koin yang dicampur dengan beras kuning, mulai disebar. Sementara seratusan warga Desa Kedondong, bahkan warga luar desa, sudah berkumpul. Mereka beramai-ramai berebut koin ketika mulai disebar.

“Masyarakat sini mempercayai akan mendapat berkah. Baik yang menyebar koin maupun yang berebut mendapatkan koin,” kata Sudarmoko. 

Untuk jumlah koin yang disebar, tidak diketahui secara pasti berapa jumlah uang koin yang disebar ke warga.

“Tidak hanya keturunan Ngali Munthoha yang menyebar koin. Banyak warga mampu yang datang lalu menyebar koin. Bahkan, banyak warga juga yang ikut berebut mendapatkan koin, setelah mendapat, disebar kembali kepada warga,” tutur Sudarmoko.

Namun, belakangan bukan hanya uang koin yang dibagikan kepada warga, melainkan uang kertas pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu. 

Antusias warga untuk mendapatkan pun semakin besar. Tidak hanya anak-anak, orang tua, dan remaja pun tumpah ruah dalam tradisi yang digelar setiap Hari Maulud Nabi, selesai zuhur.

Setelah tebar uang koin selesai, warga lalu berkumpul dan memanjatkan doa, agar selalu diberi keselamatan dan rejeki yang melimpah lewat pertanian. Kemeriahan diakhiri dengan makan bersama di rumah peninggalan Ngali Munthoha. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya