Menguak Misteri ‘Kopi Bersianida’

Sumber :
  • VIVA.co.id / Foe Peace

VIVA.co.id - Garis polisi dipasang di salah satu meja di kafe Olivier, Grand Indonesia (GI), Jakarta Pusat. Puluhan polisi tampak berada di sekitar meja itu.

Jessica Terdakwa Kasus Kopi Sianida Jalani Sidang Kesebelas

Dengan mengenakan sarung tangan berbahan karet warna biru, petugas meraba permukaan meja dan kursi. Polisi menggeledah tempat itu, Senin 11 Januari 2016 untuk prarekonstruksi tewasnya I Wayan Mirna L Salihin.

Di meja nomor 54 itu, Mirna minum kopi bersama dua temannya, Rabu 6 Januari 2016. Tak lama setelah menyeruput es kopi Vietnam, wanita 27 tahun itu kejang-kejang hingga kemudian tewas.

Lokasi Layanan SIM Keliling Hari Ini

Kematian Mirna menarik perhatian publik. Media sosial lantas ramai memperbincangkan tewasnya wanita yang dikabarkan belum sebulan menikah itu. Spekulasi pun bermunculan atas meninggalnya Mirna.

Kabar yang beredar, Mirna meninggal secara tidak wajar. Temuan teranyar dari polisi makin meyakinkan publik ada yang janggal dalam kematian Mirna.

Pengacara Jessica Ragukan Jumlah Sianida di Tubuh Mirna

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti menyebutkan, penyidik telah mengirimkan enam sampel cairan kopi dari lokasi kejadian ke Pusat Laboratorium Forensik.

"Diduga salah satu sampel mengandung zat sianida," kata Krishna dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Minggu 10 Januari 2016.

Namun, Krishna tidak bisa memastikan apakah sampel kopi yang mengandung zat beracun itu adalah kopi yang diminum oleh Mirna. Nantinya, temuan "kopi bersianida" itu akan dibandingkan dengan hasil autopsi Laboratorium Forensik RS Polri.

"Terkait pembanding kopi, (hasilnya) akan dibandingkan dengan (hasil) autopsi hati, lambung, dan empedu milik Mirna," katanya.

Meski demikian, Krisna mengakui, Mirna meninggal secara tidak wajar. Tapi penyidik belum bisa memastikan apakah Mirna tewas dibunuh atau bukan.

Adapun Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokes) Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Musyafak mengatakan, penyebab kematian Mirna bukan akibat rusaknya lambung. Tapi, menurut Musyafak, dari kerusakan lambung itu menunjukkan ada zat korosif yang masuk.

"Kemudian, zat korosif itu setelah dicerna merusak sistem tubuh. Itu lah yang bisa menyebabkan kematian. Makanya, kemudian diambil sampel hati dan lambung serta empedu," kata Musyafak ketika dihubungi, Minggu 10 Januari 2016.

Sampel itu nantinya akan dikirim ke RS Polri Kramat Djati untuk diteliti lebih lanjut. Musyafak menambahkan, zat korosif yang merusak lambung bisa jadi sejenis sianida.

"Kalau dilihat ciri-cirinya mirip ya. Kejang-kejang, lalu mulut korban sempat berbusa. Tapi, ini harus diperjelas dengan analisis Puslabfor," kata Musyafak.

Korosif adalah sifat suatu substansi yang dapat menyebabkan benda lain hancur atau memperoleh dampak negatif. Zat ini dapat menyebabkan kerusakan pada mata, kulit, sistem pernapasan, dan organ lain. Contoh bahan kimia yang bersifat korosif antara lain asam sulfat, asam astetat, dan asam klorida.

Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof Hardinsyah mengemukakan, sianida merupakan zat beracun yang sehari-hari biasa digunakan masyarakat. "Sianida ada di pembersih toilet, pemutih pakaian, dan itu tidak dimakan. (Sianida juga) ada di toko kimia," kata Hardinsyah dalam perbincangan bersama tvOne, Senin, 11 Januari 2016.

Meski polisi menemukan "kopi bersianida" dalam sampel minuman kopi yang diperiksa, publik sebaiknya tidak buru-buru menghakimi pihak-pihak tertentu sebagai yang bertanggung  jawab dalam kasus ini. Sebab, polisi masih belum tuntas menyidik kasus tersebut.

Publik Tak Terpengaruh

Kasus meninggalnya Mirna setelah menyeruput kopi di sebuah kafe tidak  memengaruhi minat warga untuk tetap mengunjungi kafe ataupun restoran.

Galuh Isnina, ibu rumah tangga, misalnya. Dia mengaku tak khawatir untuk makan dan minum di tempat umum setelah kejadian tersebut. “Biasa-biasa saja. Ini kan sepertinya ada masalah sebelumnya,” ujarnya saat dihubungi VIVA.co.id, Senin 11 Januari 2016.

Menurut warga Kota Tangerang Selatan ini,  secara kebetulan kasus itu terjadi di kafe tersebut. “Bukan berarti semua tempat sama,” katanya. 

Lantaran itu, wanita yang kerap mengunjungi salah satu gerai kopi ternama itu akan tetap ngopi-ngopi di kafe ataupun gerai-gerai kopi.

Dia yakin, seorang pengusaha tidak akan menjatuhkan usahanya sendiri. Apalagi jika usaha itu telah mengeluarkan modal besar. 

“Enggak mungkin ngehancurin nama baik usahanya sendiri. Kecuali ada yang mau menjatuhkan usaha itu,” kata wanita yang akrab disapa Nina itu.

Setali tiga uang. Icha (20), mahasiswi, juga berpendapat senada. Dia tidak was-was untuk ngopi-ngopi ataupun makan di gerai-gerai ataupun restoran di mal.

“Enggak mungkin itu kesalahan kafenya bisa menimbulkan kematian dari produknya,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya