Dokter Bedah Saraf Yakin Lengan 'Iron Man' Bali Berfungsi

Sumber :

VIVA.co.id - Seorang dokter ahli bedah saraf pada Brain Spine Center, dr Muhammad Sofyanto, meyakini lengan robot kreasi I Wayan Sumardana benar-benar berfungsi. Menurutnya, dalam dunia kedokteran, alat semacam itu juga sering digunakan.

Menristek Akan Kunjungi 'Iron Man' dari Bali

“Kami biasa menggunakan untuk membantu pasien yang lumpuh. Biasanya memang ada alat yang ditempelkan di bagian kepala, dan fungsinya membaca perintah dari otak,” kata Sofyanto kepada VIVA.co.id di Surabaya pada Jumat, 22 Januari 2016.

Bahkan, Sofyanto menjelaskan, pada tahun 2007, dia pernah bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya untuk mengembangkan alat semacam itu. “Makanya saya sejak awal memang tidak meragukan alat itu,” kata Sofyanto.  

Bermodal Barang Bekas

Sofyanto melihat kadar kelumpuhan yang dialami I Wayan Sumardana alias Tawan masih belum menyeluruh. Sebab, berdasarkan rekaman video yang dilihatnya, Tawan masih bisa menggerakkan jemarinya.

“Coba dilihat, beliau itu masih bisa menggerakkan jarinya untuk mengelas, dan melakukan pekerjaannya sehari-hari, bahkan sampai menemukan alat itu,” Sofyanto berargumentasi.

Indonesia Bikin Robot

Sofyanto menduga, sebelumya Tawan memang pernah mengalami sebuah kecelakaan yang menyebabkan kelumpuhannya. Tepatnya, sejumlah saraf di antara leher, lengan, hingga jari, atau Plexus brachialis menjadi tertarik, karena patah leher.

“Itu jumlahnya ada delapan anyaman atau Plexus. Nah, saya menduga saraf yang tertarik itu adalah saraf nomor empat, lima, dan enam,” katanya.

Butuh pendampingan

Karena itu, Sofyanto meminta pemerintah maupun para pakar robotik agar melakukan pendampingan terhadap Tawan. Sebab, apabila hal itu tidak dilakukan, bukan tidak mungkin akan muncul kesalahan di masa mendatang. Misalnya, mengenai penyesuaian kadar listrik yang akan dihubungkan ke otak dan kepala.

“Karena Tawan menciptakan alat itu, dan mengaliri dengan listrik yang sesuai dengan penerimaan dari dalam tubuhnya. Hal itu belum tentu cocok dengan penerimaan tubuh orang lain,” ujar Sofyanto.

Sofyanto menambahkan, pada dasarnya masyarakat maupun dunia akademik harus memahami bahwa Tawan menciptakan alat itu karena keterbatasannya dan sangat ingin mengatasi kelumpuhannya itu. Menurutnya, Tawan merupakan orang yang sangat cerdas.

“Dalam bahasa mediknya itu lateral thinking atau orang yang selalu memecahkan masalah dengan memaksimalkan kinerja otaknya. Padahal dia belum menerima ilmu secara akademis. Makanya, pemerintah harus memberikan pendampingan, minimal bisa dimasukkan ke Universitas Udayana,” katanya.

Diragukan

Analisis Sofyanto bertentangan dengan Syamsiar Kautsar, pakar robot sekaligus Dosen Pembimbing Teknik Otomasi pada Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).

Syamsiar melihat sejumlah kejanggalan pada perangkat robot kreasi Tawan, di antaranya, proses pembacaan sensor pada otak. Menurutnya, untuk membaca sensor pada otak manusia tidaklah semudah itu.

“Prosesnya tentulah akan sangat sulit, dan tidak bisa semudah itu,” kata Syamsiar kepada VIVA.co.id di Surabaya pada Jumat, 22 Januari 2016.

Selain itu, berdasarkan foto yang dilihatnya pada sejumlah media massa tentang lengan robot kreasi Tawan, siku penggerak pada tangan robot itu tidak ditemukan motor penggerak. Dia mengatakan, sejauh foto dan video yang dia amati, hanya menemukan gear box pada tangan robot itu.

“Kalau berdasarkan bidang yang selama ini saya pelajari, akan sangat sulit siku penggerak itu bisa berfungsi tanpa adanya motor,” ujarnya.

(ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya