Tebusan Dibayar, Abu Sayyaf 'Kuasai' Laut Filipina

Kelompok Abu Sayyaf saat menyandera warga asing beberapa waktu silam.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Reuters

VIVA.co.id – Tuntutan kelompok bersenjata pimpinan Abu Sayyaf di Filipina yang menukarkan 10 warga negara Indonesia dengan uang senilai 1 juta Dolar AS atau setara Rp1,4 miliar akhirnya terwujud.

Kaleidoskop 2021: Lonjakan COVID-19, KRI Nanggala hingga Herry Cabul

Perusahaan pemilik kapal tunda Brahma 12 yang telah disandera sejak 26 Maret 2016 oleh Abu Sayyaf berjanji akan memenuhi tuntutan itu sebelum tenggat akhir 8 Apri 2016.

"Perusahaan siap membayar," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan, Senin, 4 April 2016.

Ternyata TNI Ikut Terlibat Selamatkan 4 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Tak diketahui persis bagaimana teknis penyerahan uang tebusan nantinya. Sebab hal itu masih dikoordinasikan oleh perusahaan dan kelompok Abu Sayyaf.

"Sekarang masih dikerjakan, antara perusahaan dengan yang menyandera mereka," kata Luhut.

Anggota DPR Respons Penyelamatan 3 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Secara tidak langsung, opsi membayar tebusan ini akan berdampak pada moral kekuatan kelompok Abu Sayyaf. Nama besar Abu Sayyaf pun seolah kembali berkibar di tengah lautan dan hutan Filipina.

Militer Indonesia, sejak sepekan ini mulai bersiaga dengan membuat simulasi penyelamatan sandera di Tarakan Kalimantan Utara. Lewat Pasukan Pemukul Reaksi Cepat Tentara Nasional Indonesia (PPRC), Indonesia ingin menunjukkan kesiapan melawan Abu Sayyaf.

"TNI siap kalau memang diperintahkan. Jika ada perintah, kami selalu siap di manapun berada," kata Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi.

Sejak mencuatnya penyanderaan oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina, otoritas setempat memang belum menunjukkan reaksi langsung atas tindakan itu. Indonesia pun tak bisa bertindak lebih jauh untuk memburu Abu Sayyaf, sebab hal ini berkaitan dengan otoritas negara.

Abu Sayyaf sejak lama sudah berafiliasi dengan kelompok Islam radikal di Suriah atau ISIS. Kelompok separatis ini dikenal piawai dalam perang dan menguasai aksi penculikan, penyanderaan dan pembajakan kapal bahkan perampokan bank.

Kemampuan senjata kelompok ini juga tak bisa diragukan. Pengakuan Ali Fauzi Manzi, mantan teroris asal Jawa Timur yang pernah berlatih militer bersama Moro Islamic Liberation Front (MILF), memang tak bisa disepelekan.

"Mereka memiliki senjata penghancur tank yang banyak. Mortar, M-16 dan AK 47 sudah jadi pegangan biasa," kata Ali.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/03/31/56fc7d42a4b06-kelompok-bersenjata-pimpinan-abu-sayyaf-di-filipina_663_382.jpg

FOTO: Kelompok Sabu Sayyaf di hutan Filipina/Istimewa

Apa pun itu, sesungguhnya kelompok Abu Sayyaf bukanlah nama orang pribadi. Kelompok ini mulanya digagas oleh Abdur Rajak Janjalani. Setelah terbunuh, komando digantikan adiknya, Khadafi Janjalani. "Setelah Khadafi meninggal, pimpinan Abu Sayyaf diganti oleh Rodulan Tsahirun," ujar Ali.

Anggota Abu Sayyaf kebanyakan dari bangsa Sulu, wilayah Filipina bagian selatan yang berbatasan dengan Malaysia. Selain itu, kelompok ini juga eksis di Basilan dan Tawi-Tawi. "Tapi yang dominan personelnya dari Sulu.”

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya