Mobil Esemka Diproduksi Massal

Jokowi dan mobil Esemka saat menjabat Wali Kota Solo
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fajar Shodiq

VIVA.co.id – Tidak lama lagi mobil karya anak negeri, Esemka, bakal diproduksi secara massal. Segala persiapan produksi Mobil yang telah mempopulerkan nama Joko Widodo itu, kini sedang dikebut oleh berbagai pihak. 

Mendag Lutfi Dinobatkan Jadi Pemimpin Terpopuler oleh Warganet

Salah satu persiapan yang terus dikebut, pembangunan pabriknya di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Boyolali, Jawa Tengah. Diketahui PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH), perusahaan hasil kerjasama AM Hendropriyono dan PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) selaku inisiator Esemka memiliki rencana untuk merilis produknya di akhir semester I 2016.

Baca juga:  

Menteri LHK: Pembangunan Tak Boleh Terhenti Atas Nama Deforestasi

Bupati Boyolali, Jawa Tengah, Seno Samudro mengatakan, pabrik Esemka sedang proses pembangunan di lahan seluas sekitar 12 hektare. Secara teknis, tanah tersebut separuhnya merupakan sewaan dan separuhnya lagi milik PT ACEH. Nilai investasinya sendiri mencapai Rp2,1 triliun.

"Proses pendirian pabrik sudah berlangsung, proses perizinan juga sudah clear hingga RT/RW termasuk analisis dampak lingkungan (AMDAL). Direncanakan pabrik ini running Juni 2016. Ini juga merupakan arahan dari Pak Jokowi," kata Seno kepada VIVA.co.id beberapa waktu lalu.

Menko Luhut Ingatkan Visi Poros Maritim Dunia Harus Terealisasi

Sewa tanah yang dilakukan nantinya akan dibayar oleh PT ACEH setiap tahunnya. Pemerintah Boyolali pun sudah menganggarkan dana sekira Rp13 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pembangunan jalan dan pengembangan wilayah sekitar pabrik. 

Pabrik Esemka ini dikatakan juga diklaim menyerap banyak tenaga kerja dari wilayah sekitar. Bahkan, kata Seno, berdasarkan pembicaraannya dengan Hendropriyono, ribuan lulusan SMK se-Solo Raya siap direkrut untuk sumber tenaga kerjanya.

Baca juga: , Ini Mobil Esemka

Esemka juga berencana akan menggunakan pabrik di kawasan Cileungsi, Jawa Barat. Pabrik itu sedianya berbagi tempat dengan mobil asal China, Geely.

Sementara itu, Managing Director PT ACEH, Hosea Sanjaya mengatakan, mobil Esemka akan secara resmi meluncur di Tanah Air pada Agustus 2016 mendatang. 

"Kami targetkan bulan Agustus sudah bisa diperkenalkan kepada publik. Kalau bisa terpaut dengan semangat kemerdekaan. Produk kita kan sudah ada brand-nya sendiri dan kita sudah tahu, jadi tinggal kita kokohkan saja," ungkapnya saat ditemui VIVA.co.id, di kawasan Cibubur, Jakarta Timur.

Dia optimistis mobil ini bakal menjadi salah satu manifestasi keberhasilan anak bangsa menciptakan kendaraan roda empat yang mampu diproduksi secara massal. 

"Kami sudah mantapkan visi dan misi yang jelas. Jadi kita bukan sekadar perusahaan yang ada, tapi kita mau (jadi) perusahaan yang eksis, mampu bersaing dan dapat memberikan nilai tambah untuk kita," tambah Hosea.

Sayangnya ketika ditanya lebih jauh mengenai tanggal peluncuran mobil tersebut, Hosea enggan mengungkapkannya lebih jauh. Dirinya hanya menegaskan, mobil yang akan diluncurkan tersebut berada di segmen mobil komersial.

Baca juga:

Produk prematur  

Mesikipun belum secara jor-joran membuka ke publik mengenai peta jalan (Road Map) produksi massal Esemka, produksi mobil anak bangsa ini dinilai terlalu terburu-buru. Terlebih lagi Indonesia sudah punya pengalaman buruk dalam memproduksi mobil nasional. 

"Saya kaget saja persiapannya (Produksi massal Esemka) seperti apa ini, ini pabrik mobil atau sekadar perakitan," ujar Pengamat Otomotif Bebih Juwana kepada VIVA.co.id, Jumat 6 Mei 2016. 

Menurut dia, harus dipertegas lagi roadmap Esemka apakah ini merupakan proyek swasta atau resmi proyek pemerintah. Agar segala upaya yang sudah dilakukan saat ini tidak sia-sia, terlebih lagi jika pabrik tersebut sudah terlanjur dibangun. 

Proses pengembangan Esemka menurutnya pun terlalu cepat, sejak pertama diperkenalkan oleh Presiden Joko Widodo sekitar empat tahun lalu. Diperkirakan belum melalui penelitian dan pengkajian produk baru yang bisa dijual secara komersil. 

Baca juga:

"Kalau kita preteli mobil itu bagiannya kan bisa 20 ribu komponen lebih. Produsen besar saja kalau mau bikin tipe baru butuh empat-lima tahun pengkajian itu yang cepat, dulu hingga tujuh tahun," tambahnya. 

Selain tetap menggandeng PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK), Hosea Sanjaya mengatakan, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan perusahaan otomotif asal Malaysia, Proton. Kerjasama yang dilakukan ditegaskan hanya terkait research and development (R&D) Esemka. 

Menurut Bebin, produsen Esemka harus berkomitmen penuh dengan tujuan kerjasama ini, jangan sampai merekan Malaysia tersebut punya kepentingan lain, mengingat besarnya pasar di Indonesia. Apalagi Proton dari segi bahan baku belum mandiri. 

"Proton itu komponennya itu juga gado-gado, jadi harus dipertanyakan bagaimana kerjasamanya," tegasnya. 

Baca juga:

Siapa yang beli Esemka?

Persaingan penjualan otomotif di Indonesia sangatlah ketat. terlebih lagi produsen otomotif raksasa asal Jepang telah menguasai pasar dalam negeri. Bagaimana peluang Esemka? 

Menjawab hal tersebut Hosea Sanjaya  mengaku yakin mobil karya anak bangsa tersebut mampu bersaing dengan produsen otomotif Jepang dan Eropa yang telah lebih dahulu eksis di Tanah Air. Sebab varian yang pertama akan di luncurkan Agustus mendatang adalah jenis pikap. 

"Salah satu persyaratan itu harga, sehingga kita dapat bersaing. Rasa-rasa lebih dari pada yakin (Bersaing dengan produk lain). Kita melihat berdasarkan tuntutan dan pilihan konsumen," kata Hosea

Selain itu menurutnya, Esemka tidak terikat dengan memproduksi sesuatu produk yang sudah 'terkunci' atau tak bisa diubah. 

"Kami juga belajar dari yang sudah ada. Semua pengaturan kita itu berhubungan dengan original equipment manufacturing (OEM), berhubungan langsung dengan hal-hal yang original dan pabrikan. Jadi tidak ada istilah sekadar tempel satu merek saja," ujar Hosea.

Baca juga:

Sedianya, mobil pikap ini akan menyasar kalangan pedesaan. Peluang untuk menjadikan kendaraan perdesaan ini sebagai kendaraan yang diminati, diakui Hosea cukup besar, hal itu dikarenakan pikap yang ada saat ini memiliki kisaran harga sekira Rp130 juta.

"Produk-produk pikap kecil yang diproduksi di Indonesia itu 1.500cc, harga yang ditawarkan Rp130 jutaan. Di atas 1.500cc itu impor dari Thailand, jadi otomatis peluang sangat besar di situ. Harga yang kita tawarkan harus di bawah Rp100 juta," kata Hosea.

Meski demikian, Bebin berpendapat, memasarkan merekan baru di pasar dalam negeri bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi konsumen Indonesia memiliki fenomena yang unik dalam memilih mobil yang akan dibeli. 

"Di Indonesia (Konsumen) itu menganut filsafat sejuta umat, mobil yang banyak di pasar mereka mau beli, supaya gampang jualnya dan gampang dapat part-nya, memulai merek baru tidak mudah," ungkapnya. 

Terlebih lagi kata dia, biaya pemasaran mobil baru tidaklah murah di pasar dalam negeri. Investasinya tinggi, dan belum tentu ada distributor nasional yang berminat untuk memasarkan.  

"Di Jakarta Rp10 miliar aja nggak jadi showrom, baru itu. Bengkel, suku cadangnya  mau kaya apa? Makanya saya bilang membuka jaringan di Indonesia tidak mudah dan murah, kalau mau merangkul yang ada, yang sudah distribusikan produk Jepang rasanya enggan," tuturnya. 

Baca juga:

Butuh komitmen pemerintah

Lagi-lagi komitmen pemerintah dinilai sangat menentukan suksesnya Esemka mampu bertarung di pasar dalam negeri. 

"Saya bukan pesimistis, tapi memang harus secara nyata jadi program pemerintah," tegas Bebin 

Baca juga:

Pemerintah tidak hanya secara lantang harus mepromosikan Esemka hingga ke pelosok negeri ini, tapi juga harus rela menggunakannya sebagai mobil operasional. 

"Maksudnya dapat dukungan penuh mulai dari awal, persiapan produksi, sampai pembuatan pabrik, terus kalau sudah jadi mobil, ini harus jadi kendaraan pemerintah dong, coba bayangkan berapa banyak," ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya