Muslihat Uang Gaib Dimas Kanjeng

Taat Pribadi, Pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo Jawa Timur. Lelaki ini mengaku dirinya bisa menggandakan uang dan kini menjadi tersangka penipuan dan pembunuhan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Istimewa

VIVA.co.id – Seorang lelaki berbaju gamis putih panjang  dengan tubuh tambun duduk di sebuah kursi. Mulutnya seperti merapal sesuatu dengan mata serius. Beberapa saat kemudian, tangannya pun seolah mengambil sesuatu di belakang punggungnya.

Syarat Iran Tak Jadi Serang Israel, Kisah Penyamaran Intel Kopassus hingga Sopir Bus Positif Narkoba

Mengejutkan. Setumpuk uang tiba-tiba muncul di tangannya. Lembar demi lembar uang itu pun dihamburkannya di atas lantai. Berulang-ulang aksi itu dilakukannya. Hingga membuat lembaran uang mulai dari Rp100 ribu hingga Rp50 ribu berserakan di lantai.

Setelah beberapa waktu. Lelaki yang dikenal dengan nama Dimas Kanjeng Taat Pribadi itu pun berdiri. Tak ada benda apa pun di kursi tempat duduknya tadi. Tak ada juga tas atau dompet yang menyimpan tumpukan uang yang tadi dihamburkannya.

Viral Penipuan File APK Surat Panggilan Polisi, Begini Respons Polda Metro Jaya

Taat pun bergegas masuk ke dalam ruangan pribadinya. Sementara sejumlah orang yang menonton dan mengabadikan aksinya mengeluarkan uang bergegas mengumpulkan lembaran uang yang berserakan di lantai.

Bak terpukau biji kecubung yang memabukkan. Para pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi pun kemudian serentak memisahkan uang pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu. Lalu mengikatnya dengan perekat untuk kemudian disusun di tumpukan uang yang terlihat menggunung di dalam ruangan tersebut.

Miliarder di Vietnam Dijatuhi Hukuman Mati Gegara Menipu Bank Rp 697 Triliun

Setelah itulah dalam sekejap, kejadian yang kemudian diabadikan dalam sebuah video itu beredar. Decak kagum pun mengalir melihat aksi Dimas Kanjeng. Namanya pun tersohor dan membius semua orang. Mencari uang bukan perkara mudah bagi yang malas. Karena itu, keahlian menggandakan uang yang ditunjukkan Dimas Kanjeng Taat Pribadi pun menjadi buruan.

Kesaktian Taat Pribadi pun melambung dan membuatnya banyak dikagumi oleh orang. Karena itu, pada tahun 2006, ketika Dimas Kanjeng membuat padepokan. Hanya dalam waktu setahun, dua ribu orang langsung jadi pengikut setianya.

Dan dalam waktu singkat juga, lahan padepokan yang awalnya cuma dua hektare, bekal dari istri Taat Pribadi pun bertambah menjadi tujuh hektare pada tahun 2012. Dan konon, dari 'kesaktian' itu juga Dimas Kanjeng bisa mengumpulkan 23 ribu pengikut se-Indonesia.

 

Bank Gaib
Di Probolinggo, nama besar Taat Pribadi nan sakti yang bisa menggandakan uang bukan kabar baru. Seluruh pelosok termasuk di sejumlah wilayah Indonesia, nama Taat Pribadi tak perlu diragukan lagi.

Karena itu, banyak orang hendak menjadi santri di padepokan milik Taat Pribadi. Mulai dari warga biasa, polisi, TNI, pejabat bahkan hingga pejabat daerah pun terbius pesona Dimas Kanjeng.

Dan sebagai penambah keyakinan pengikut. Di padepokan ini juga kerap digelar pengajian dan istighasah sehingga semua orang meyakini bahwa apa yang dijalankan Taat Pribadi sesuai syariat Islam.

Tak ada syarat susah untuk menjadi santri disini. Cukup bayar mahar dengan nominal tertentu dan aktif pengajian. Nanti, mahar-mahar itu akan digandakan oleh Dimas Kanjeng. Kabarnya, uang Rp1 juta akan digandakan menjadi 100 kali lipat atau menjadi Rp1 miliar.

Semakin banyak uang titipan, maka semakin besar uang pengganda yang didapat penyetornya. Lalu bagaimana syarat agar uang itu bisa didapat kembali? Dari berbagai informasi terhimpun, prasyarat wajib yang harus dimiliki penyetor adalah ikhlas.

Pemimpin Padepokan Kanjeng Dimas, Taat Pribadi.

FOTO: Pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi

Ya, ikhlas atau dengan kata lain menyerahkan sepenuhnya tanpa ada perasaan menyesal uang kepada Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Tidak ikhlasnya penyetor akan membuat semakin lama uang mereka kembali. Dan satu catatan pentingnya adalah uang yang disetor itu, tidak menggunakan bukti kuitansi.

Singkatnya, Dimas Kanjeng Taat Pribadi di balik padepokan pengajiannya itu membuat Bank Gaib. Ia sebagai pemimpinnya mengumpulkan uang dari pengikutnya lalu menarik kembali uang yang disimpan di bank gaib tersebut. Dan tentunya, bank gaib itu bisa membuat uang yang disimpan menjadi berlipat-lipat ganda.

"Kemampuan menggandakan uang Dimas Kanjeng itu anugerah tuhan," ujar seorang pengikut setia Dimas Kanjeng, Marwah Daud Ibrahim.

Marwah Daud memang bukan orang sembarangan. Perempuan yang sempat dikenal sebagai cendikiawan muslim dan peneliti Bank Dunia itu adalah Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng.

 

Skandal pembunuhan
Di minggu ketiga September 2016. Secara mengejutkan ribuan personel polisi menyerbu kediaman Dimas Kanjeng. Padepokan seluas tujuh hektare itu pun penuh sesak polisi bersenjata lengkap.

Mirip drama penangkapan teroris. Rumah Dimas Kanjeng memang diserbu polisi. Rupanya, pria yang pernah dikeluarkan di salah satu kampus di Malang itu dituduh membunuh.

Si raja duit glamour ini dianggap bertanggungjawab atas penemuan dua mayat pria yang ternyata adalah mantan pengikutnya pada bulan April 2016. Pertama, Ismail Hidayah yang dibunuh pada 2 Februari 2015 dan kedua, Abdul Gani yang mayatnya ditemukan mati di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri pada April 2016.

"Korban dinilai menghambat padepokan, maka harus dibunuh," kata Kepala Sub Direktorat III Jatanras Ditreskrimum Polda Jawa Timur, Ajun Komisaris Besar Taufik Herdiansyah Z.

Tak ayal penangkapan Taat Pribadi pun membuat heboh. Ribuan personel polisi yang diterjunkan ke Padepokan Dimas Kanjeng sempat mengeluarkan gas air mata untuk menghalau para pengikutnya sebelum berhasil mencokok sang raja.

Polisi menunjukkan para tersangka eksekutor pembunuhan anak buah Dimas Kanjeng, Abdul Gani, dan barang bukti di Markas Polda Jatim di Surabaya pada Kamis, 29 September 2016.

FOTO: Tiga tersangka pembunuhan anak buah Taat Pribadi saat ditunjukkan oleh kepolisian beserta barang buktinya

Alhasil, dari pemeriksaan polisi. Dari sejumlah bukti dan keterangan saksi, Dimas Kanjeng Taat Pribadi rupanya memang terbukti melakukan pembunuhan. Ia disangka menjadi dalang dari dua pembunuhan pengikutnya tersebut.

Bersama lelaki bertubuh tambun ini polisi akhirnya menetapkan 10 tersangka lainnya. "Dua korban itu diduga otak tersangkanya Dimas Kanjeng," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Kombes Pol RP Argo Yuwono, Selasa, 27 September 2016.

Dari pemeriksaan juga terungkap jika ada tiga di antara pelaku ternyata adalah pecatan perwira TNI yang ikut menjadi pengikut Dimas Kanjeng. Seluruh pelaku disebut dibayar honor ratusan juta rupiah.

Direncanakan persidangan akan digelar dalam waktu dekat. Kepolisian dan kejaksaan masih mempertimbangkan lokasi persidangan yang relatif aman dan tidak memicu kegaduhan.

Namun demikian lucunya, ketika ditanya kepada para pengikut soal penangkapan Taat Pribadi. Konyolnya para pengikut ini justru tidak mempercayai. Yang mereka percayai adalah bahwa yang ditangkap itu bukan Dimas Kanjeng.

Pria bertubuh tambun klimis itu dianggap para pengikut adalah sosok lain yang menyerupai Dimas Kanjeng. Sebabnya, uang saja bisa digandakan oleh Taat Pribadi, apalagi dirinya sendiri.

"Dimas Kanjeng bisa menjadi sembilan. Yang ditangkap polisi itu bukan yang asli," kata seorang perempuan asal Pangandaran yang menceritakan keyakinan kakaknya yang kini menjadi pengikut Dimas Kanjeng di Probolinggo.

 

Tipu Muslihat
Belakangan, setelah tertangkapnya pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Akhirnya mulai terkuak kasus penipuan yang dilakukan oleh Taat Pribadi.

Sebabnya, kematian dua pengikutnya sebelumnya memang berkaitan dengan laporan penipuan yang kabarnya dilakukan oleh Abdul Gani dan Ismail Hidayah.

Pria kelahiran Desa Wangkal, 28 April 1970 itu disebut menipu atas uang yang telah dititipkan kepadanya. Jumlahnya cukup fantastis mencapai miliaran rupiah. Dan itu baru satu laporan yang terungkap.

Fenomena bank gaib yang bisa menggandakan uang yang dilakoni oleh Taat Pribadi, harus diakui memang mengejutkan. Sebabnya, jumlah uang yang konon dititipkan kepadanya bukan jumlah sepele.

Seperti yang dilaporkan oleh anak bungsu almarhumah Najmiah, Muhammad Najmur. Lelaki asal Makassar Sulawesi Selatan ini tiba-tiba angkat suara usai tertangkapnya Taat Pribadi.

Barang-barang aneh dari Dimas Kanjeng ke korbannya.

FOTO: Sejumlah uang dan emas palsu milik Pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi saat ditunjukkan kepada polisi, Jumat (30/9/2016)

Dalam laporannya di Polda Jawa Timur, uang yang pernah dititipkan ibunya mungkin terbesar di antara para pengikut lainnya yakni mencapai Rp200 miliar.

Uang itu telah disetor bertahap oleh ibunya Najmiah sejak dua tahun. "Nilai setor totalnya Rp200 miliar," kata Najmur di Surabaya, Jumat, 30 September 2016.

Seperti pengikut lainnya, ibu dai Najmur ini pernah diimingi uang yang dititip itu akan dikembalikan berlipat-lipat dari nominal awal. Dan sebagai jaminan, ia pun akhirnya diberikan uang dalam bentuk rupiah dan asing. Termasuk emas batangan.

"Uang dan emas palsunya kami jadikan barang bukti," kata Akbar Faizal, anggota DPR yang mendampingi Najmur saat melapor ke Polda Jawa Timur.

Hal yang perlu diingat kembali, ini baru segelintir laporan soal penitipan uang yang tercatat di kepolisian. Sebagai pengingat, Padepokan Dimas Kanjeng ini dilaporkan memiliki 23 ribu pengikut se-Indonesia.

Dan tentunya, setiap pengikut sama motivasinya untuk mendapatkan uang mereka kembali berlipat-lipat. Sebab itu, pasti seluruh pengikut pasti memberikan mahar kepada Taat Pribadi.

Karena itu, menilik akan banyaknya orang yang akan merasa dirugikan dari bisnis klenik menipu Taat Pribadi. Maka Polda Jawa Timur sengaja membuat posko pengaduan khusus kepada para korban. Setidaknya ada dua tempat yang bisa dimanfaatkan yakni, Polres Probolinggo dan Polda Jawa Timur.

"Kalau ada yang merasa jadi korban dan belum melapor, tak perlu malu," kata Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anton Setiadji.

Sejauh ini, hingga Jumat, 30 September. Diakui baru ada empat laporan tercatat. Tiga di Polda Jatim dengan total kerugian 201,5 miliar dan satu lagi di Mabes Polri dengan kerugian tercatat Rp20 miliar.

Meski begitu, kepolisian kini masih menempatkan Taat Pribadi sebagai saksi terlapor. Sebabnya, kepolisian masih mengumpulkan laporan penipuan dari para korban Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

"Penyidik masih mengumpulkan bahan keterangan dari sejumlah saksi dan alat bukti untuk menjerat Dimas Kanjeng," kata Anton.

 

Tantang di Depan Presiden
Kini, sejak kepolisian menggelandang Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Belakangan banyak pihak mulai bersuara soal kiprah raja duit yang telah mendirikan padepokan sejak belasan tahun itu.

Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur, bahkan langsung melakukan penelusuran ke padepokan. Dari itulah kemudian MUI menemukan sejumlah kejanggalan terkait ajaran yang diberikan dalam padepokan Dimas Kanjeng tersebut.

Salah satunya adalah adanya dugaan syirik di dalam ajaran. Menurut Ketua MUI Jawa Timur Abdussomad Bukhori, kuat dugaan padepokan itu menanamkan ajaran yang diturunkan Syekh Siti Jenar yang menyimpang dari Islam.

Hal itu ditandai dengan temuan sejumlah selebaran dan buku bacaan. "Bacaannya itu ‘Niat ingsun sejatini Allah, wujud ingsun dzat Allah, Allahu Akbar Allahu Akbar,” kata Abdussomad mencontohkan ajaran Taat Pribadi.

Penyimpang berikutnya yakni soal penyelenggaran pengajian dan zikir yang dinamai Shalawat Fulus (duit). Ucapan yang dibacakan dirasa janggal dan aneh dengan kebiasan Islam. "Zikirnya itu memang aneh. Makanya bisa dikatakan ajarannya menyimpang bahkan menjurus sesat," kata Abdussomad.

Namun demikian, sejauh ini belum ada yang menyatakan secara resmi jika ajaran Taat Pribadi sebagai penyimpangan. Sebab keputusan ini harus berdasarkan pertimbangan sejumlah ulama.

"Kita menunggu para ulama, para kiai-kiai kita untuk berpandangan," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Jumat, 30 September 2016.

Lalu bagaimana respons para pengikut soal perkara yang membelit Dimas Kanjeng? Sejauh ini yang terang-terangan bersuara membela Dimas Kanjeng adalah baru Marwah Daud Ibrahim.

Perempuan cerdas yang dikenal sebagai mantan Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu, bahkan nekat mendatangi Mabes Polri hanya untuk meminta penangguhan penahanan dan memprotes penangkapan Taat Pribadi seperti teroris.

"Pakaian (anggota polisi) lengkap, ibarat (mau melakukan) penangkapan mungkin teroris," ujar Marwah Daud Ibarahim di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin 26 September 2016.

Marwah Daud Ibrahim

FOTO: Mantan anggota DPR RI Marwah Daud Ibrahim

Tak jelas alasan Marwah Daud sebegitunya mempercayai Dimas Kanjeng. Namun perempuan asli Sulawesi Selatan yang pernah duduk sebagai anggota DPR tiga periode dan pernah menjadi asisten peneliti di Bank Dunia itu betul-betul pasang badan soal Dimas Kanjeng Taat Pribadi. "Dia aset untuk Indonesia," kata Marwah dengan yakin.

Bahkan, begitu percayanya Marwah terhadap Dimas Kanjeng, perempuan berhijab ini berani menantang agar Taat Pribadi diizinkan untuk melakukan atraksinya menarik uang gaib di hadapan Presiden Joko Widodo.

"Jika diizinkan melakukan ritual, kami akan datangkan uang di hadapan Presiden," kata perempuan lulusan American University tersebut pada Selasa, 27 September 2016.

Lantas sejauh manakah kebeneran kesaktian dari sang Dimas Kanjeng? Kepolisian terus mengusut sejumlah dugaan penipuan yang dilakukan oleh Taat Pribadi. Namun sejumlah barang bukti memang menguat jika Dimas Kanjeng memang penipu ulung.

Uang rupiah dan asing yang sempat diberikannya kepada seorang korbannya di Sulawesi Selatan, ternyata seluruhnya uang palsu. Begitu pun dengan emas batangan yang memiliki berbagai logo, ternyata juga seluruhnya palsu.

Lalu, hingga kini belum ada satu pun pengikut Dimas Kanjeng yang mengaku telah menerima uang dari hasil menabung mereka di Bank Gaib milik Taat Pribadi. Seluruhnya masih berharap dan berkemungkinan gigit jari.

Sebabnya uang yang terlanjur disetrorkan sebagai mahar kepada Dimas Kanjeng tetap tak berbuah manis seperti yang pernah dijanjikan kepada mereka. Tidak sedikit pengikut Dimas Kanjeng yang justru jatuh melarat karena uangnya habis disetorkan ke Dimas Kanjeng.

"Kalau ingin kaya itu ya bekerja. Bukannya mempercayai orang-orang semacam itu (Dimas Kanjeng) kata Ketua MUI Jawa Timur Abdussomad.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya