Taktik Menarik Hati Publik di Pilkada DKI

Para calon gubernur dan wakil gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta 2017.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – Kehebohan muncul di arena car free day di kawasan Thamrin-Sudirman, Minggu 2 Oktober 2016. Itu terjadi, ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) datang ke lokasi Hari Bebas Kendaraan tersebut.

Anies Baswedan 16 Bulan Tak Punya Wagub, Inikah Penyebabnya?

Dia yang tengah menunggu putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, tiba-tiba naik ke atas anak tangga di pusat perbelanjaan Sarinah. 

Presiden ke-6 RI itu tak sendiri. Dia didampingi sang istri, Ani Yudhoyono dan sejumlah petinggi Partai Demokrat. Mereka menyanyikan lagu Pelangi di Matamu, yang dipopulerkan grup band Jamrud.

Cerita Haru Saat Serah Terima Kunci Rumah DP 0 Rupiah

Nyanyian SBY menarik perhatian masyarakat, yang saat itu tengah berjalan santai dan olahraga. Tak lama Ketua Umum Partai Demokrat itu bernyanyi, tempat tersebut dipadati warga.

Saat lagu memasuki reff, Agus yang sedang lari pagi bersama warga Jakarta, tiba di lokasi dan langsung mendatangi sang ayah. Suara teriakan penonton, membuat ramai pertunjukkan yang dibuat oleh keluarga Yudhoyono tersebut. 

Sandiaga Siapkan Kado Ultah untuk Anies Baswedan

Kehadiran keluarga Yudhoyono di sana, bukan tanpa alasan. Mereka tengah memberikan dukungan kepada Agus, yang maju sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta. Agus berpasangan dengan Sylviana Murni, deputi gubernur bidang pariwisata dan kebudayaan DKI Jakarta, sebagai bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta. 

Pasangan tersebut, mencalonkan diri di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Mereka didukung empat partai politik (parpol), yaitu Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dukungan berbagai pihak, terutama keluarga, diyakini bakal menguatkan langkah Agus memperebutkan kursi DKI-1, sebutan untuk jabatan gubernur DKI Jakarta. "Jadi, dengan dukungan keluarga dan saya, yang selalu ada di sampingnya, insya Allah menguatkan (Agus)," ujar Annisa Pohan, istri Agus, di arena car free day di Jakarta, Minggu.

Sebagai langkah awal pencalonannya, pasangan Agus-Sylviana telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta, 23 September 2016. Selain pasangan tersebut, dua pasangan lain, yaitu Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno juga telah mendaftar sebagai bakal calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta. Ahok, sapaan Basuki, dan Djarot merupakan calon petahana. Saat ini, mereka menjabat gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Ahok-Djarot diusung empat partai, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Hanura, Partai Golkar, dan Partai Nasdem. Sedangkan Anies-Sandiaga dicalonkan dua partai, yaitu Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Usai pendaftaran, sejumlah bakal calon segera berusaha menarik simpati warga. Banyak cara dilakukan. Agus misalnya, mulai terjun di tengah masyarakat dengan ikut lari pagi di sebuah acara di Jakarta, Minggu 2 Oktober 2016. "Ya, tentu bukan hanya karena kampanye, tetapi saya ingin menjaga kesehatan. Dengan cara berlari, olahraga murah meriah, bisa di mana saja, dan bisa ramai-ramai seperti ini," kata Agus.

Cara serupa dilakoni bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Sandi, sapaannya, menggelar acara Jakarta Berlari. Aktivitas itu merupakan janji Sandi untuk berlari di lima Kota Madya di DKI Jakarta, jika dia diusung Partai Gerindra dalam Pilkada DKI 2017.

Setelah memulainya dari wilayah Jakarta Selatan pada Agustus 2016, kegiatan lari di Lapangan Banteng-Monas, Jakarta Pusat ini adalah penutup rangkaian kegiatan itu, sekaligus memenuhi nazarnya. Sebagai hadiah acara itu, Sandi menyiapkan sebuah mobil dan sepeda motor. Hadiah itu merupakan sumbangan dari temannya pengusaha ritel.

Beda dengan Djarot. Saat ini, ia mengaku hanya fokus kerja menuntaskan masa jabatan hingga Oktober 2017. "Tidak ada langkah pemenangannya. Kecuali, kami fokus kerja. Inget loh ya, kami incumbent kerja sampai 2017 bulan Oktober, jadi kami tidak terpengaruh strategi apa. Pokoknya, kerja mengalir saja, nikmati dengan gembira," kata Djarot.

Strategi tarik massa

Djarot mungkin tak memikirkan strategi pemenangan secara khusus. Namun, orang-orang di sekitarnya telah menyusun sejumlah hal yang akan diusung untuk menarik hati rakyat.

Menurut Masinton Pasaribu, anggota tim pemenangan Ahok-Djarot, jagoannya akan lebih banyak mengusung fakta-fakta keberhasilan yang sudah berhasil dicapai di pemerintahan saat ini. Ahok-Djarot tak lagi mengumbar janji-janji manis untuk memenangkan pertarungan Pilkada DKI 2017. "Akan kami komunikasikan capaian apa yang sudah dikerjakan, bukan yang akan, atau baru dijanjikan. Capaian apa yang dijanjikan pada Pilgub 2012 lalu, apa progresnya," ujar Masinton.

Bukti keberhasilan Ahok-Djarot tersebut misalnya, mampu mengurangi macet dan banjir di DKI Jakarta. Capaian-capaian itu yang akan dijual ke publik. Meski belum sepenuhnya banjir dan macet hilang, tetapi usaha untuk menyelesaikan masalah klasik Jakarta tersebut terus dilakukan berkesinambungan.

Tak hanya itu. Ahok menjadikan 'Teman Ahok' sebagai koordinator kampanye dia dan Djarot. Saat ini, Teman Ahok tak lagi jadi komunitas relawan yang bertujuan mengumpulkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI. Teman Ahok kini adalah komunitas relawan pemenangan Ahok. "Yang penting semua pemasukan, pengaturan jadwal (kampanye) ini, harus melalui Teman Ahok," ujar Ahok.

Dengan perubahan itu, Teman Ahok pun diluncurkan ulang. Peluncuran ditandai dengan peresmian situs web baru Teman Ahok. Teman Ahok kini juga memiliki semboyan #TetapAhok.

Kelompok relawan pemenangan juga dimiliki pasangan Agus-Sylviana. Agus Fans Club (AFC) namanya. Komunitas ini dideklarasikan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin 26 September 2016. "AFC ini kami bentuk, atas semangat yang sama, mengharap sebuah kepemimpinan DKI Jakarta ke depan lebih baik," kata Sirajuddin Abdul Wahab, salah satu inisiator komunitas itu.

Ada lagi komuntas Karib Agus. Kelompok yang terdiri dari profesional muda ini didirikan Minggu 2 Oktober 2016. Karib Agus berjanji tidak akan melakukan kampanye hitam dengan menjelek-jelekkan kandidat lainnya. Pihaknya tetap akan menggunakan cara santun untuk meraih simpati publik agar memilih Agus pada Pilkada DKI 2017.

Selain melalui sosialisasi langsung ke masyarakat, media sosial akan tetap digunakan untuk meraih dukungan dan suara publik. "Kami buat Jakarta lebih baik dengan cara yang baik juga," kata Ketua Umum Karib Agus, Humbul Kristiawan.

Kampanye melalui media sosial pun menjadi pilihan relawan pendukung Sandiaga Uno, yaitu Sandi Uno Digital Volunteer (Soldier). Mereka mengedepankan demokrasi yang sejuk di dunia media sosial, tanpa mencela, atau menjelekkan kandidat gubernur lainnya. 

"Intinya, bagaimana para relawan mengemas informasi positif yang dibalut dengan kreativitas dan berlandaskan fakta untuk disosialiasikan dan disebarluaskan melalui internet," kata Koordinator Soldier, Anthony Leong.

Untuk memenangkan pilkada, menurut Sandiaga, ada tiga hal yang diperlukan. "Kita untuk memenangkan Jakarta, perlu 3W: Word, Wisdom, Win," kata Sandiaga. 

Sebelumnya, pasangan Anies-Sandiaga juga mempopulerkan ‘Salam W’, yakni menyilangkan tangan dengan merentangkan jempol dan jari telunjuk, yang diartikan sebagai simbol work to win dalam kampanyenya.

Dana kampanye

Soal dana kampanye, para kubu pasangan calon punya cara masing-masing. Koalisi Cikeas, pendukung Agus-Sylviana, misalnya, sepakat untuk urunan. "Kami kenclengan (urunan) di internal Partai Demokrat,” ujar Roy Suryo, anggota tim pemenangan pasangan Agus-Sylviana.

Namun, tak dijelaskan besaran setoran yang mesti diberikan setiap partai. Menurutnya, uang yang terkumpul akan digunakan secara transparan dan akuntabel.

Lain lagi, cara pasangan Anies-Sandiaga. Mereka menggalang gerakan Rp50 ribu, atau disingkat Galibu. Hasil yang terkumpul akan digunakan untuk membiayai kampanye pasangan ini. "Kami ada Galibu, gerakan lima puluh ribu. Ada rekening dan audit jelas," kata Ketua Tim Pemenangan Anies-Sandi, Mardani Ali Sera.

Jalan yang ditempuh Ahok tak sama. Dia mulai menerapkan tarif bagi orang-orang yang hendak menemuinya. Dana yang terkumpul untuk membiayai kampanye pasangan Ahok-Djarot. 

Tarif itu mulai dari Rp10 ribu. Itu bila pertemuan adalah acara umum seperti Teman Ahok Fair. Untuk acara yang sifatnya privat seperti makan malam, Ahok menerapkan tarif antara Rp2 juta hingga Rp10 juta. Sementara itu, undangan untuk menjadi pembicara akan diladeni dengan tarif puluhan juta rupiah. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya