Membaca Arah Dukungan Pemilih Agus-Sylvi

Tiga pasangan calon peserta Pilkada DKI 2017 dalam debat kandidat terakhir beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Pemungutan suara di Pilkada DKI Jakarta sudah selesai digelar pada Rabu, 15 Februari 2017 lalu. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada satu pasangan calon pun yang mampu meraih suara lebih dari 50 persen.

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

Hal itu setidaknya bila mendasarkan pada hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei. Real count dari Komisi Pemilihan Umum pun menunjukkan situasi yang sama.

Jumat malam 17 Februari 2017, pukul 18.30 WIB, penghitungan KPU dari formulir C1 atau hasil hitung Tempat Pemungutan Suara (TPS) sudah mencapai100 persen. Hasilnya, pasangan nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni memperoleh 17,05 persen suara (936.609) , pasangan nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat 42,91 persen (2.357.587) , dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno 40,05 persen (.200.636) .

SBY Sindir Kejanggalan Pilkada DKI 2017

Sesuai Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2016, khususnya pasal 2, kondisi itu mengharuskan Pilkada DKI Jakarta dilaksanakan lagi atau masuk pada putaran kedua. Alasannya, pasangan calon yang bisa ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta adalah mereka yang berhasil memperoleh suara lebih dari 50 persen (pasal 1).

Pertanyaan yang mengemuka kemudian adalah ke mana suara Agus-Sylvi akan berlabuh? Apabila dilihat dari jumlahnya, 17,03 persen, tentu sangat menentukan nasib Ahok-Djarot maupun Anies-Sandi di putaran terakhir.

Pilpres 2019 Diharapkan Tak Seperti Pilkada DKI, Marak Hoax

Siapa pun yang mendapat limpahan suara sebesar itu, maka dipastikan akan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih periode 2017-2022.

Namun untuk mendapatkan hampir sejuta suara itu, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, di belakang Agus-Sylvi ada banyak elemen atau kekuatan sosial dan politik yang terlibat. Misalnya saja partai-partai pengusung seperti Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, yang tentunya memiliki pandangan masing-masing. Belum para relawan dan juga pemilih Agus-Sylvi sendiri.

"Tentang pertanyaan ke mana, ke mana suara Mas Agus, dan Mpok Sylvi akan disalurkan, tentunya itu akan ditentukan, diputuskan Mas Agus, Mpok Sylvi," kata Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan, Kamis, 16 Februari 2017.

Menurut Syarief, semua partai-partai pengusung akan berembuk terlebih dahulu. Kemudian, apa keputusannya, secara resmi akan ditentukan pada saat yang tepat oleh Agus dan Sylvy.

"Sekarang masih dalam tahap melakukan evaluasi, mengapa Mas Agus mengalami kekalahan? Karena itu penting buat kami sebagai salah satu cara mengantisipasi langkah ke depan," ujarnya.

Syarief juga meminta publik untuk tidak terburu-buru ingin mengetahui ke mana sikap atau dukungan mereka pada putaran kedua di Pilkada DKI Jakarta. Dia menegaskan Demokrat akan menentukan pilihan terbaiknya. "Lebih bagus bersabar. Kami masih punya waktu untuk membicarakan masalah ini," kata Syarief.

Dalam kesempatan yang berbeda, Syarief menegaskan sikap yang sama saat ditanyakan lagi soal arah dukungan dari Agus-Sylvi. "Masih terlalu dini untuk membahas soal (arah dukungan) itu," kata dia lewat sambungan telepon, Jumat 17 Februari 2017.

Menurut anggota Komisi I tersebut, Demokrat juga masih mengevaluasi penyebab jatuhnya suara Agus. Mereka masih tidak menyangka Agus memperoleh suara yang paling sedikit dibanding yang lain. "Karena aneh, dalam waktu hanya beberapa hari turun 10 persen," ujar Syarief.

Agus sendiri secara ksatria dan lapang dada, menerima kekalahannya di Pilkada DKI, usai hasil hitung cepat keluar, Rabu, 15 Februari 2017. Dia pun mengucapkan selamat kepada pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi.

Namun demikian, Agus tidak membicarakan soal dukungannya di putaran kedua. Misalnya meminta para pemilihnya untuk mendukung salah satu pasangan calon. Agus hanya mendoakan siapa pun yang jadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta bisa sukses.

"Bisa pimpin rakyat Jakarta bisa adil dan bijaksana dan penuh kasih sayang kepada rakyat Jakarta," kata Agus dalam pidatonya.

Anies Serukan Persatuan

Gerak cepat segera dilakukan Anies Baswedan. Demi memenangkan putaran kedua, ia pun menjalin komunikasi politik dengan kubu Agus.

"Alhamdulillah, komunikasi politik sudah terbangun antara kami, dan telah berkomunikasi antar pimpinan partai pendukung juga. Saat ini sudah ada pertemuan yang berlangsung tentang kesepahaman, bahwa kita ingin perubahan di Jakarta," ujar Anies di DPP PKS, Rabu, 15 Februari 2017.

Dari pertemuan tersebut, ia beserta rekan koalisinya menginginkan perubahan yang signifikan untuk Jakarta. Ada rencana, pertemuan itu bakal digelar kembali.

"Insya Allah akan ada pertemuan, tapi belum ada waktu khusus. Antar pimpinan partai sudah ada komunikasi. Insya Allah ini tanda baik dan positif," kata Anies.

Keputusan tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan antar pimpinan, bukan pada calonnya. Menurut Anies, ini berkaitan dengan pemetaan koalisi yang saat ini tengah dibentuk.

"Jadi Sekjen Gerindra dan Mardani dari PKS, yang berkomunikasi dengan PAN maupun Demokrat. Itu sudah berjalan. Kini sedang on going, update terakhir sore, dan rasanya sudah jalan," ujar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.

Anies juga menyampaikan apresiasinya kepada sebagian relawan Agus-Sylvi yang telah menyatakan dukungannya kepada Anies-Sandi untuk mengikuti putaran dua. Anies berharap, ke depan seluruh relawan Agus-Sylvi dapat menyatukan dukungannya.

"Mungkin sebelumnya ada yang merasa saya satu, saya tiga, tapi di sini, saya garis bawahi kami tak beda. Kami sama-sama menginginkan gubernur baru di Jakarta, kami minta seluruh relawan dari nomor satu dan nomor tiga bisa bersatu," kata Anies, Kamis, 16 Februari 2017.

Menurut Anies, saat ini sebanyak 58 persen warga Jakarta menginginkan Gubernur baru, dan setelah Agus-Sylvi mundur, Anies merasa saat ini tanggung jawabnya untuk memenuhi harapan warga Jakarta yang menginginkan gubernur baru.

"Sekarang itu semua menjadi tanggung jawab kami. Kami harus kerja keras agar keinginan warga Jakarta memiliki gubernur baru dapat terpenuhi," ujarnya.

Anies mengatakan, kepada sebagian relawan Agus-Sylvi yang kini mendukungnya dan juga relawan Anies-Sandi yang masih setia bahwa ini bukan akhir dari segalanya. Ini merupakan babak baru untuk menghadirkan kepemimpinan baru di Jakarta. Dia berjanji akan menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya.

"Insya Allah bukan hanya sampai dengan 19 April, kami akan kerja sama 5 tahun ke depan dan masa yang akan datang," ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPP Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria, membenarkan bahwa partainya terus membangun komunikasi dengan koalisi pendukung Agus. Sejauh ini, sudah ada di antara mereka yang menyatakan dukungan tapi ia enggan membeberkannya.

"Lebih baik yang bersangkutan yang mengumumkannya. Tidak bijak kalau saya yang sampaikan lebih awal. Kami tunggu dalam waktu yang tak lama ini ya," ujar Riza.

Menurut Riza, empat partai pendukung Agus-Sylvi punya ikhtiar dan program-program yang hampir sama dengan Anies-Sandi, pasangan calon yang diusung Partai Gerindra dan PKS itu. Lebih dari itu, secara psikologis, mereka juga lebih memungkinkan berkoalisi dengan Anies-Sandi ketimbang Ahok-Djarot.

Suara Koalisi Cikeas

Salah satu pengusung Agus-Sylvi, Partai Amanat Nasional, sepertinya tak perlu waktu lama untuk menentukan sikap pada putaran kedua. Mereka memutuskan untuk mendukung Anies-Sandi.

"PAN ke paslon nomor tiga, Anies-Sandi," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat PAN Yandri Susanto saat dikonfirmasi, Kamis, 16 Februari 2017.

Wakil Ketua Komis II DPR ini mengungkapkan telah ada kesepakatan awal bahwa PAN tidak akan bisa mendukung Basuki alias Ahok. Karena itu, secara otomatis mereka akan mendukung Anies-Sandi di putaran kedua.

"Sudah ada kesepakatan kami dari awal Pilkada Jakarta, PAN mencari pesaing Ahok. PAN enggak mungkin dukung Ahok, karena karakter dan etika Ahok tidak sesuai dengan PAN," kata dia.

Menurut Yandri, sikap resmi dukungan kepada Anies itu akan segera diberitahukan. "Insya Allah dalam waktu dekat," kata Yandri.

Tak berbeda, Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional, Dipo Ilham, memastikan partainya akan mendukung Anies-Sandi. Alasannya, Anies-Sandi memiliki kesamaan visi-misi. Sedangkan dengan Ahok-Djarot, partainya tidak memiliki kecocokan dari sisi karakter, etika, maupun visi-misinya.

Meskipun demikian, mereka masih menunggu hasil resmi dari KPU DKI Jakarta. Jika hasil akhirnya sama seperti hitung cepat dan real count, maka PAN akan mendukung Anies-Sandi di putaran kedua.

"Kami sepakat ingin memberi alternatif pemimpin bagi masyarakat Jakarta. Makanya, kami sudah mulai berdiskusi dengan tim pemenangan Anies-Sandi. Dalam waktu dekat ini, kami akan segera mendeklarasikan dukungan dan mulai menjalin kerja sama untuk upaya pemenangan Anies-Sandi," kata Dipo.

Sedikit berbeda, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa Lukman Edy mengatakan partainya belum memutuskan arah dukungan dalam putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017. PKB juga ingin melihat perhitungan final yang resmi dari KPU DKI.

"Kami menyarankan menunggu dulu sampai ada pengumuman resmi dari KPU. Minimal ada angka yang bisa diyakini itu angka terakhir dari KPU, sebelum secara resmi KPU merilis menjadi keputusan KPU. Quick count tidak bisa dijadikan dasar untuk kami, PKB, mengambil sikap," kata Lukman di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 16 Februari 2017.

Lukman mengatakan, pihaknya bisa mempertimbangkan dua kemungkinan. Pertama, mempertimbangkan koalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, karena faktor PKB sebagai partai pendukung pemerintah.

Kedua, mempertimbangkan berkoalisi dengan para partai pendukung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni karena faktor kekompakan saat Pilkada putaran pertama.

"Makanya kemudian PKB begitu ada dua pilihan ragu, maka minta petunjuk pada Yang Maha Kuasa. Cuma siapa yang ditugaskan PKB untuk (salat) istikharah, ketua umum yang menentukan," ujar dia.

Mengenai pendekatan kesamaan ideologi sebagai pertimbangan koalisi, Lukman mengatakan ideologi PKB juga cair. Yakni ada kader yang berideologi nasionalis, ada pula yang agamis.

"Sekarang enggak ada ideologi. Ideologi kami sudah cair. Semua nasionalis, semua agamis. Mana ada partai menyatakan tidak agamis sekarang. Mana ada partai menyatakan tidak nasionalis," kata Lukman.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Ahmad Baidowi mengindikasikan partainya akan meninggalkan Koalisi Cikeas. Alasannya, pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni kalah di perhitungan sementara Pilkada DKI Jakarta.

"Koalisi bersama Demokrat, PPP, PKB, PAN hanya untuk mengusung Agus-Sylvi. Selanjutnya, ya terserah masing-masing parpol," kata Baidowi kepada VIVA.co.id, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Februari 2017.

Baidowi mengatakan untuk langkah selanjutnya, DPP akan berkoordinasi dengan DPW dan para tokoh PPP terkait sikap politik ke depan. Ia mengungkapkan berbagai aspirasi dari bawah sendiri sudah masuk.

"Saat ini sudah ada sebagian aspirasi yang masuk, baik yang meminta bergabung ke salah satu calon, ataupun yang memberikan kebebasan kepada kader PPP untuk memberikan pilihan sesuai dengan platform PPP," ujar Baidowi.

Ketika ingin ditegaskan kembali paslon mana yang hendak dibidik para kader PPP, Baidowi tidak mengungkapkannya. "Ada yang netral atau memberikan kebebasan kepada kader, ada juga yang ke salah satu paslon," kata dia.

Terkait ajakan koalisi dari pasangan calon dua dan tiga atau partai-partai pengusung mereka, Partai Demokrat menyatakan belum ada yang resmi. Namun, mereka mengakui tetap ada komunikasi di antara para kader.

"Sekali lagi saya tekankan secara formal Partai Demokrat belum memutuskan, masih dalam tahap pembicaraan, diskusi. Pada saatnya nati, sekali lagi, ini suara representasi Mas Agus dan Mpok Sylvi yang resmi akan dideklarasikan Mas Agus sendiri pada saat yang tepat," kata Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan.

Begitu juga dengan adanya sejumlah relawan Agus-Sylvi yang sudah menyatakan dukungan ke Anies-Sandiaga, Syarief menyatakan tidak masalah. Menurutnya, Demokrat tidak bisa memaksa mereka untuk menentukan sikap.

"Kami menyikapi itu adalah suara relawan. Tentunya relawan memiliki otoritas tersendiri bukan otoritas partai, sehingga silakan saja para relawan bersikap. Dan formalnya ditentukan Partai Demokrat, tentunya paslon nomor 1 yang akan memberikan penegasan kemana suara 17 (persen) itu akan disalurkan," tutur Syarief.

Sedangkan, mengenai partai lain seperti Partai Amanat Nasional yang hendak merapat ke Anies, Syarief mengatakan itu sebagai otoritas partai masing-masing. Untuk sikap Demokrat akan disampaikan di waktu yang tepat.

"Ya itu otoritas PAN sendiri, kami tidak bisa mencampuri. Nanti yang akan mendeklarasikan mendukung Anies atau Ahok, kalau Demokrat ya Agus sendiri," kata Syarief.

Peta di putaran kedua

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, mengungkapkan kemungkinan adanya koalisi baru di putaran kedua DKI Jakarta 2017. Menurutnya, pihaknya pasti mengajak kubu Agus-Sylvi untuk bergabung karena selama ini visi-misi mereka sedikit yang berbeda dan sama-sama ingin berjuang memperbaiki Jakarta.

Sementara itu, pengamat politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, memprediksi pada putaran kedua Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017, ada sekitar 75 persen dari perolehan suara Agus-Sylvi yang berpotensi pindah ke pasangan calon nomor urut tiga, Anies-Sandi.

Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Studi Sosial dan Politik (Puspol) Indonesia itu menilai, faktor tersebut terjadi karena calon nomor satu sering berhadap-hadapan secara diametral dengan calon nomor dua, Ahok-Djarot. Sementara, dengan calon nomor tiga hampir tidak ada saling serang.

"Faktor lainya adalah secara sosiologis politik. Kultur politik pemilih Agus-Sylvi lebih dekat dengan kultur politik pemilih Anies-Sandi. Jika ini yang terjadi, maka pasangan Anies-Sandi kemungkinan memenangkan pilkada DKI 2017," kata Ubedilah pada VIVA.co.id, Rabu, 15 Februari 2017.

Apalagi, kata dia, perbedaan hasil hitung ulang atau quick count sangat tipis. "Pasangan Ahok-Djarot tampaknya harus berpikir keras untuk memenangkan pilkada DKI 2017, atau akan berakhir dengan kekalahan tragis," ujarnya.

Pandangan lebih jauh dikemukakan oleh Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Fahri Hamzah. Dia melihat Pilkada DKI Jakarta 2017 ini tidak hanya menunjukkan peta politik saat ini saja.

Lebih dari itu, politikus PKS itu menilai pertarungan politik di Ibu Kota ini merupakan pemanasan Pemilu 2019. Fahri menganggap pertarungan Basuki Tjahaja Purnama melawan Anies Baswedan adalah miniatur kontestasi antara Jokowi dengan Prabowo Subianto.

"Pilgub putaran dua ini yang meninggalkan sisa calon Anies-Sandi, Ahok-Djarot ini, itu pertarungan yang akan terjadi di Pilpres 2019 nanti antara Prabowo dan Jokowi. Itu persis begitu. Itu yang saya bayangkan," kata Fahri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat, 17 Februari 2019.

Tak hanya itu, Fahri menilai Pilkada DKI di putaran kedua ini juga seperti pertarungan Koalisi Merah Putih (KMP) melawan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang sempat sengit beberapa waktu lalu.

"Silakan kalau ada yang mau berdebat dengan saya soal ini. Tapi dualisme atau kekuatan ini sedikit banyak pola dari kekuatan masa depan Indonesia. Kalau kita sebut dari kelompok yang netral, kita sebut KIH, nah yang ini KMP," ujar Fahri.

Karena itu, politikus senior Partai Keadilan Sejahtera ini menilai pola pembentukan koalisi 2019 nanti akan mengikuti pola koalisi Pilkada DKI 2017. Termasuk dualisme di masyarakatnya. "Tidak hanya parpolnya, tapi masyarakat itu akan terbelah ke arah itu," kata Fahri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya