Trump, FBI dan Pemakzulan

Presiden AS, Donald Trump.
Sumber :
  • REUTERS/Carlos Barria

VIVA.co.id – Belum reda kekagetan publik AS pada berbagai keputusan yang diambil presiden mereka, Donald Trump kembali menciptakan kekagetan. Selasa, 9 Mei 2017, Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer menyampaikan pengumuman pemecatan Direktur FBI James Comey di Washington DC.

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Melalui jubir Gedung Putih, Trump mengatakan pemberhentian itu dilakukan agar penyelidikan soal email Clinton menjadi lebih independen.  Menurut Trump, berdasarkan rekomendasi dari Jaksa Agung Jeff Sessions, kepemimpinan Comey tak lagi efektif. "Sangat penting menemukan pemimpin yang baru untuk FBI. Guna mengembalikan kepercayaan publik dan lembaga FBI," ujarnya, seperti diberitakan oleh The Guardian, 9 Mei 2017.

Banyak yang menduga keputusan Trump adalah hal yang mendadak dan tiba-tiba, namun ternyata tak demikian. Dikutip dari The Guardian, Rabu, 10 Mei 2017, menurut Wakil Sekretaris Pers Gedung putih, Sarah Huckabee Sanders, keinginan Trump untuk memecat Comey sudah muncul sejak ia resmi terpilih. Tapi Trump baru membuat keputusan final setelah menerima masukan lisan dan tertulis dari Departemen Kehakiman.

Polda Jatim Ungkap Pembobolan Bansos COVID-19 AS, Diapresiasi FBI

Huckabee mengatakan, selain meragukan Comey soal penyelidikan email Clinton, Trump menganggap Comey telah melakukan tindakan yang merendahkan sebagai seorang Direktur FBI. Ia dikabarkan telah melakukan tindakan "tak sopan."

"Sepertinya setelah menerima surat dari Departemen Kehakiman dan melakukan pembicaraan soal ini, presiden harus mengambil keputusan, dan saya rasa ini adalah puncaknya," ujar Huckabee. Sedangkan Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer juga sempat menyinggung, bahwa presiden sempat memiliki kepercayaan penuh pada Comey, pada pekan-pekan sebelumnya. Namun beberapa kejadian terakhir mempengaruhi keputusannya.

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

Sanders mengatakan, beberapa pejabat Departemen Kehakiman mengungkapkan kepada Trump keraguan mereka tentang Comey dalam sebuah pertemuan dengan presiden. Trump lalu meminta para pejabat untuk menyampaikan kekhawatiran mengenai "hal tak sopan," yang dilakukan Comey secara tertulis. Beberapa dari kekhawatiran ini kemudian dipublikasikan, berupa surat dari Jaksa Agung Jeff Sessions dan Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein.

Dalam suratnya, Rosenstein menulis bahwa dia "tidak dapat mempertahankan cara penanganan Comey atas kesimpulan penyelidikan email Clinton." Dia menyalahkan Comey karena mengumumkan sarannya tentang bagaimana Clinton harus diadili dalam sebuah konferensi pers publik, sesuatu yang umumnya merupakan wilayah jaksa agung.

Menurut Huckabee, hal ini menunjukkan Comey telah melanggar rantai komando karena menggelar konferensi pers dan menyampaikan saran soal penanganan email Clinton.

Namun isu terus berkembang. Penjelasan Gedung Putih soal pemecatan Comey dianggap tak memadai. Sebuah sumber di Senat Amerika Serikat, menduga pemecatan Direktur FBI, James Comey, kemungkinan terkait dengan penyelidikannya soal keterlibatan Rusia dalam pilpres AS.

Rusia dan Pilpres AS

Sumber yang juga anggota Kongres itu mengatakan, beberapa hari sebelum dipecat, Comey sempat menyampaikan permintaan pada anggota Parlemen, agar lembaganya diberikan sumber daya tambahan, terutama staf, untuk kepentingan penyelidikan mengenai keterlibatan Rusia dalam pemilihan Presiden AS.

Diberitakan oleh BBC, 11 Mei 2017, Comey memberitahu anggota Parlemen tentang permintaannya, setelah Komite Intelijen Senat yang melakukan penyelidikan sendiri, telah meminta FBI untuk mempercepat penyelidikan soal Rusia.

Anggota Parlemen dari Partai Demokrat, Dianne Feinstein, yang juga anggota Komite Kehakiman Senat, mengatakan pada wartawan bahwa ia tahu dan mengerti keinginan Comey mencari lebih banyak sumber untuk penyelidikan FBI.

Pemecatan Direktur FBI dianggap sebagai sebuah keanehan oleh Vox.com. Sebab, jabatan Direktur FBI adalah jabatan nonpartisan dengan masa tugas selama 10 tahun. Comey diangkat oleh mantan Presiden Barack Obama pada 2013. Harusnya ia masih menjabat hingga 2023.

Meskipun presiden memiliki wewenang untuk memecatnya setiap saat, tapi mengikuti norma dan kebiasaan, presiden yang baru terpilih biasanya mempertahankan Direktur FBI, meski ia dipilih oleh presiden sebelumnya. Ini memastikan FBI bersih dari dunia politik. Tak pernah ada cerita pemecatan terhadap pemimpin lembaga intelijen itu, kecuali pada tahun 1993, Amerika pernah memecat Direktur FBI. Tapi itu dilakukan karena alasan korupsi dan kesalahan finansial.

Jadi, wajar sekali publik AS malah mencurigai alasan pemecatan Comey. Apalagi pada Maret lalu, Comey baru menyampaikan bahwa pihaknya sedang mengawasi penyelidikan tentang campur tangan Rusia dalam kampanye 2016, yang menyinggung kampanye dan rekan Trump. Itu sebabnya pemecatan Trump terhadapnya malah semakin menimbulkan pertanyaan apakah Trump berusaha menghalangi penyelidikan ini?

Upaya pembenaran yang disampaikan Trump, bahwa Comey terlalu kritis terhadap Clinton dalam kasus penggunaan email pribadi dan tuduhan bahwa Comey telah melampaui kewenangan jaksa agung semakin tak relevan. Karena Trump, dan Jaksa Agung Jeff Session pernah membuat pernyataan yang berbeda soal tersebut.

Pemecatan Comey juga membuat marah anggota FBI. Mereka menganggap pemecatan itu sebagai sebuah penghinaan terhadap lembaga prestisius itu. Comey, melalui surat pamitnya kepada anggota FBI mengatakan, sejak diangkat ia sudah memahami, seorang Direktur FBI bisa dipecat tiba-tiba untuk alasan apa-pun, bahkan juga tanpa alasan apa-pun.

Anggota Senat Richard Blumenthal, pada Rabu, 10 Mei mengatakan pemecatan Comey tak menutup kemungkinan Kongres untuk melanjutkan rencana pemakzulan Trump. "Ini seperti mengulang kembali kasus AS vs Nixon, dengan sebuah surat perintah pengadilan yang dikirimkan kepada Mahkamah Agung AS," ujar politisi dari Partai Demokrat itu saat diwawancara oleh CNN.

"Kasus ini bisa menjadi pemicu untuk melanjutkan proses pemakzulan, meski sebenarnya masih sangat jauh dari kemungkinan itu," ujarnya menambahkan. Ia menyebut keputusan Trump malah semakin meningkatkan “krisis konstitusional.

Kekecewaan publik, kemarahan lembaga FBI, dan keraguan anggota Senat pada gerak Trump bisa berujung pada apa yang disampaikan Richard Blumenthal, yaitu pemakzulan. Jika itu terjadi, mungkin Trump akan menjadi Presiden AS yang terpilih secara konstitusional, namun memiliki masa jabatan terpendek.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya